/0/2487/coverbig.jpg?v=c364fa6c512d3d8bb0cb3a29e96fd9db)
Gendis, gadis penjual susu kambing Etawa selalu mengantarkan susu ke semua pembelinya setiap pagi. Kepolosan dan kesederhanaannya membuat Gendis dijadikan alat oleh seorang yang selalu membahayakan hidupnya, Lucas. Banyaknya rahasia yang mulai terkuak membuat Gendis mencari tahu identitas Lucas yang sebenarnya. "Ma--maafkan aku, Lucas." tak pernah menyangka jika pria hangat itu ternyata berhati dingin, membuat Gendis ketakutan akan sosok yang tiba-tiba menjadi asing itu. Lucas hanya tersenyum smirk, "bayar dengan susumu yang itu, maka aku akan melepaskanmu, Gendis yang manis."
Hey, Cantik. Ketemu lagi sama JENANG GULA. Tap love agar tahu Up baru dari ceritaku ini, komen juga. Okey, Sayang
: - )
Selamat membaca...
Dengan mengayuh sepeda ontel miliknya, gadis bernama Gendis mengantarkan susu ke pada para pembeli yang sudah menjadi langganan. Setiap dua hari sekali dan tepat di pukul tujuh pagi juga.
Seperti hari ini, pukul sembilan tiga puluh, Gendis baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Memutar sepeda ontel miliknya dan akan pulang.
Tin. Tin.
"Au?!" keseimbangan Gendis berkurang, membuat sepeda ontel yang dikayuhnya jatuh ke parit. Untung saja semua kaleng susu itu sudah kosong, meski baju yang dikenakannya kini kotor karena lumpur, Gendis bisa merasakan lega.
Gendis masih saja duduk di parit, membersihkan sikunya yang terasa linu, dan wajahnya yang terasa basah, yakin ada lumpur juga di sana.
"Kau tidak apa-apa?"
Gendis mendongak, pria tampan dengan hidung yang mancung, tatapan yang tak menunjukkan rasa iba dengan mobil yang terparkir meski deru mesinnya masih terdengar, membuat Gendis yakin jika dialah orangnya, "apa kau tidak bisa membantuku, huh?! Lihat sepedaku!" pekiknya masih dalam posisi yang sama. Gendis tidak pernah melihat orang yang hanya diam saja saat ada orang lain kesusahan seperti saat ini.
Pria itu pun terkekeh, berjongkok dan membuka kacamata yang dikenakannya, "bisakah lebih sopan, Nona? Bilang saja kalau kau membutuhkan bantuan."
Gendis mendengus, sungguh pria yang tak tahu abad.
"Tuan, Lucas. Anda tidak apa-apa?"
"Ck!" Gendis berdecap, sosok yang baru datang dan menanyai pria yang baru saja dia tahu bernama Lucas itu membuat Gendis semakin merasakan geram, "bilang pada Tuanmu, aku yang terjatuh bersama dengan sepedaku, bukan Tuanmu yang naik mobil itu!" segera berdiri, memunguti botol susu yang agak berserakan dan menaikkannya ke sisi jalan meski dirinya sendiri masih ada di parit.
Sedangkan pria bernama Lucas itu kembali ke mobilnya dan bersandar di sana, dagunya menunjuk si gadis desa dan membiarkan pengawalnya membantu menaikkan sepeda ontel milik gadis itu. Lukas hanya mengambil cerutu, mematik korek dengan tangan kanannya dan mengisapnya nikmat, membumbungkan asapnya ke udara sambil terus mengunci gadis dengan matanya yang sedari tadi mengomel tak jelas memenuhi rongga telinganya. Setelah sepeda itu ke luar dari parit, Lucas pun segera masuk ke mobil sambil mengangguk ke pengawal agar mengikutinya juga.
"Maaf, Nona."
Gendis mendengus kembali, membiarkan mobil itu membawa semua pria yang memang menyebalkan saat dirinya mengawali pagi hari ini.
"Siapa dia?" ucap Lucas tanpa menoleh ke Bon, pria yang membantu gadis itu tadi. Bon adalah tangan kanan Lucas.
"Saya tidak tahu, bukankah saya baru mendapatkan rumah itu dua hari yang lalu?"
Lucas terkekeh, "ya. Kau benar." Lucas menghisap cerutunya kembali. Saat mobil yang ditumpanginya masuk ke halaman rumah yang tak terlalu luas, Lucas segera ke luar, sesaat setelah mobil berhenti sempurna, "aku suka rumah ini." mulai melangkahkan kakinya dan masuk, penjaga yang menyamar sebagai tukang kebun termasuk penyamaran yang sempurna untuknya. "Bon, buatlah apa pun yang bisa dimakan, aku akan menunggumu di kamarku." Lucas terus melangkahkan kakinya, meneliti rumah yang akan ditinggalinya selama mencari barang yang dianggapnya berharga di desa ini.
"Ya, Tuan." Bon pun segera ke dapur. Untung saja dirinya sudah mempersiapkan semuanya. Pelayan perempuan pun juga sudah ada, Bon hanya butuh menyebutkan menu yang kiranya Lucas mau karena pelayan ini pun sengaja dibawa dari kota agar tidak terkejut dengan kelakuan Lucas yang selalu banyak permintaan.
~~~
"Susu! Susu segar! Susu datang!"
Lucas ter-jingkat pelan, suara sumbang itu membangunkannya dari tidurnya yang nyenyak. Meski begitu Lucas tetap tak berniat bangun, masih tetap menyadarkan raga dari rasa kantuk. Berpikir teriakan itu hanya ada di alam mimpinya saja.
"Susu! Susu segar! Susuku sudah kubuka! Mana orangnya?!"
Lucas segera membuka matanya dengan sempurna, merasa kalimat itu semakin janggal. Kamar yang berada di lantai dua membuat Lucas segera membuka jendala di hadapannya dan melihat ke halaman, siapa yang berteriak tidak jelas di depan rumahnya se-pagi ini.
Saat wajah yang menurutnya terlihat menarik dan juga menawarkan susu, Lucas segera turun, siapa yang menolak saat ada hal yang menyenangkan di depannya seperti ini?
Membuka pintu rumahnya dan terkekeh, gadis yang cantik dengan pita biru yang menghias di kepalanya. Rambut bergelombang se-siku yang dibiarkan tergerai, dan tampilan membusung di bagian depan membuat otak Lucas semakin kotor, "susumu ... segar." ucap Lucas sambil terkekeh, membayangkan apa yang akan dilakukannya dengan sosok di depannya ini.
"Iya, Tuan. Susuku memang segar, dia diperah dengan cinta dan juga kasih sayang."
"Ya, aku akan melakukannya dengan perlahan nanti."
"Tidak, Tuan. Hanya orang khusus yang memerah susu ini."
"Aku bisa menjadi yang spesial di antara orang khusus itu, pijatanku akan lebih nikmat dari mereka."
"Pijatan apa, Tuan?"
"Di susumu." Lucas menyeringai, sangat menyenangkan membahas hal yang seperti ini ternyata. Gadis dengan nada suara yang melengking, seakan seru jika digemakan di dalam kamarnya malam nanti.
Gendis, yang memang mengantarkan susu ke pembeli barunya ini hanya bisa mengerutkan keningnya, menggeleng dan berdecap, "Tuan, susu." Gendis mengangkat botol susu dengan tangan kanannya, "susu segar, ini susuku yang segar." Gendis merasa ada yang ambigu di setiap ucapan pria di depannya ini.
"Susumu?" ulang Lucas, "ini susumu?" tanyanya lagi.
"Ya, memangnya susu yang mana lagi. Ambillah, Tuan." Gendis mendorong dua botol susu miliknya ke pria di depannya ini dan melepaskannya saat pria tersebut sudah menerimanya, "botol kosongnya besok saja, Tuan. Pekerjaanku masih banyak." segera berbalik dan memutar sepeda ontelnya, mengayuhnya menjauh dari rumah pembeli barunya itu, "dasar pria aneh!" gerutunya sendiri.
Lucas hanya bisa diam di tempatnya, memandangi punggung yang kian menjauh dengan kayuhan pelan di sepeda ontel itu. Pikirannya mulai mengingat, gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang jatuh di parit kemarin.
"Tuan Lucas, maaf saya baru saja dari kamar mandi. Istirahat Anda jadi terganggu."
Lucas pun menoleh, memberi dua botol susu segar itu ke pekerja perempuan yang bertanggung jawab atas pekerjaan dapur, dan melenggangkan kakinya. Memilih untuk kembali masuk ke kamarnya, melanjutkan tidur yang sempat terganggu karena teriakan susu itu tadi. Menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang dan memejamkan matanya, ingin bangun lebih lama lagi dari pada yang ini.
Ceklek.
"Lucas, aku-"
Lucas merasakan punggungnya ditelusuri oleh tangan halus yang dia tahu itu milik siapa, "masih terlalu pagi, Luna. Kau akan membangunkanku kalau seperti itu."
"Ya, dan aku suka dengan milikmu yang bangun Lucas."
Deg.
Bersambung dulu... .
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.