/0/2633/coverbig.jpg?v=508cf13275fb88aa31f2cd1e63d55169)
Bintang Sabda Alam, gadis remaja bertubuh tambun, dekil dan jerawatan akibat masa pubertasnya, tergila-gila pada Christian Diwangkara Junior. Anak sahabat orang tuanya yang dewasa, canggih dan sudah memiliki pacar seorang model professional. Hingga suatu hari, secara tidak sengaja, ia mendengar kalau laki-laki pujaannya itu menghinanya dengan sebutan buntelan jerawatan pada pacarnya. Sejak hari itu Bintang bersumpah bahwa tidak akan pernah lagi menampakkan dirinya di hadapan Tian sebelum ia kurus dan tidak kalah cantik dari pacarnya. Enam tahun kemudian mereka bertemu kembali dalam keadaan Bintang yang sudah berubah 180 derajat dari masa remaja culunnya. "Kamu yang sesempuna ini, mana mungkin dibandingkan dengan buntelan jerawatan seperti bocah halu itu? Kayak bumi dan langit tahu?" -Christian Diwangkara Junior. "Kalau mau ngejelek-jelekin orang, ngomong di depannya dong. Suka banget sih main belakang! Situ banci atau gay?" -Bintang Sabda Alam
"Selamat pagi Ayah, Ibu, Kak Langit. Apa menu sarapan kita hari ini?" Bintang menuruni tangga dengan suara berdebum akibat langkah-langkah kaki besarnya. Ia sudah begitu tidak sabar untuk ikut sarapan setelah membaui aroma roti panggang dengan taburan keju yang meleleh di atasnya. Mulutnya langsung berair saat hidung mancungnya mulai mengendus-endus udara. Ini namanya keharuman yang hakiki untuk perut karetnya. Disebut perut karet karena memang perutnya mempunyai banyak sekali sisi-sisi kosong.
Jadi walaupun perut utamanya telah terisi, masih ada beberapa slot-slot kosong yang bisa diisi di dalamnya.
Selalu ada tempat di perutnya apabila ada makanan yang melambai-lambai manjah memanggil namanya. Mereka seolah-olah berkata, ayo makan aku, habisi aku dan nikmati aku. Kamu tidak usah takut karena kita masih bisa berolah raga besok pagi (kalau ingat) tentu saja. Bintang berprinsip, makanan tidak boleh dibuang-buang karena itu adalah merupakan tindakan yang mubazir. Di Afrika sana, berapa banyak anak-anak yang menderita gizi buruk dan busung lapar bukan? Oleh karena itu semua makanan harus di maksimalkan agar tidak terbuang cuma-cuma. Dan perutnya adalah salah satu tempat pembuangannya. Hehehe.
"Ahelah Bi, kamu makan roti sampai berapa tangkap itu heh? Mana pakai selai kacang lagi. Bagaimana jerawatmu tidak makin subur dan makmur semua di sana. Lah asupan makanan kamu juga begini-begini amat?" Langit menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia speechless melihat selera makan adik kembarnya.
"Jangan suka mengejek adikmu, Lang. Bintang 'kan masih dalam masa pertumbuhan. Jadi wajarlah kalau dia menikmati semua karbohidrat dan protein," Sabda memotong kata-kata Langit. Ia kemudian memalingkan wajahnya ke arah Bintang sambil berkata," asal kamu mau Ayah ajak jogging setiap pagi. Setuju, Nak?" Sabda membelai sayang surai hitam pekat anak gadisnya. Wajar dalam masa pubertasnya Bintang suka sekali makan. Itu semua wajar saja, asal diimbangi dengan olah raga yang cukup dan teratur. Kalau Bintang rajin dan disiplin, Sabda yakin pasti semua lemak membandel yang saat ini betah menghuni tubuh putrinya itu akan terbakar habis semua. Intinya adalah niat.
"Setuju aja sih, Yah. Tapi Bintang nggak janji ya? Hehehe." Sahut Bintang sembari nyengir. Kaum rebahan seperti dirinya ini memang anti sekali dengan yang namanya olah raga. Capek beut, cuy!
"Kamu itu ya Bi, selalu aja janji-janji melulu. Hari ini bilang besok. Besoknya bilang besok lagi. Eh tahu-tahu tahun sudah berganti, tapi joggingnya malah tidak jadi-jadi. Ayahmu tambah seksi eh kamunya malah tambah bohay. Bintang... Bintang." Senja menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan antara suami dan putrinya. Sementara yang di
sindir cuma nyengir-nyengir kuda aja. Masuk telinga kiri dan langsung bablas keluar dari telinga kanan.
"Kalian 'kan sudah habis ujian UNBK. Kok masih sekolah aja sih? Bukannya udah libur ya, Bi?" Tanya Senja seraya meletakkan segelas susu buat Bintang.
"Ini cuma rapat untuk membahas beberapa persiapan untuk PENSI nanti malam, Bu. Paling sekitar tiga jam gitu, Bintang juga udah balik. Bintang 'kan mengisi acara kesan dan kesan selama bersekolah di sana." Jawab Bintang seraya terus saja mengunyah.
"Kalian semua harus mengosongkan jadwal untuk besok malam ya? Kita di undang ke acara syukuran kelulusan Tian. Tante Lyn sudah bolak balik mengabari Ibu," Senja mengingatkan kembali mengenai undangan sahabat lamanya. Ia kini memfokuskan pandangan pada Bintang. "Kamu jangan bikin ulah nanti di sana ya, Bi? Apalagi nanti pasti ada pacarnya si Tian, Clara di sana. Jangan membuat Tian risih dan salah tingkah ya, Nak? Jaga sikapmu." Imbuh Senja lagi.
Senja yang tahu kalau putrinya ini tergila-gila kepada Tian, khawatir dengan tingkahnya yang terkadang suka berlebihan. Karena Tian juga sudah punya pacar. Kehadiran anak SMP labil seperti Bintang ini terkadang membuat Tian tampak serba salah. Senja jadi merasa tidak enak terhadap anak muda itu.
"Ck! si Clara Clara itu cuma pacarnya kan Bu? Belum jadi istrinya? Suami istri aja bisa cerai. Apalagi yang statusnya cuma pacaran doang. Kan bisa aja putus ditengah jalan. Orang Tian itu suami masa depannya Bintang kok. Ya kan, Yah?" Bintang meminta dukungan ayahnya yang seketika di hadiahi jitakan ringan di kepalanya.
"Hussss! Kamu itu masih kelas sembilan udah mikir soal suami aja. Umur juga masih lima belas tahun. Jangan suka asal bicara yang aneh-aneh. Pamali! Ya sudah ayah berangkat dulu ya anak-anak? Ayo, Bu." Bintang melihat ibunya segera mengambil tas kerja ayahnya dan mengantarkannya sampai ke pintu utama. Walaupun sudah menikah selama enam belas tahun, kedua orang tuanya tampak masih seperti sepasang pengantin baru saja. Mesra pake banget pokoknya.
"Ayo, Bi. Mau dianter ke sekolah nggak? Cepetan minum susunya. Kakak mau ke rumah Dava dulu nanti." Langit sudah beringsut dari kursi dan meraih tas ranselnya. Takut ditinggal, Bintang segera meneguk susunya hingga tetes terakhir seperti yang diiklankan di televisi. Ia buru-buru mengejar kakaknya yang sudah tidak sabar menunggu di atas sepeda motor.
==================================
"Tuh, gentong air udah dateng. Katanya aja kembar, tapi kok bisa beda banget gitu ya? Nggak yakin gue. Kalo kembar sama gajah sih pantes. Hahahaha..."
"Iya mungkin aja kembar, tapi beda emak, beda bapak cuma satu pembantu. Hahahhaha..."
Bintang menghitung satu sampai lima dalam hati, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk melewati para pembullynya. Beginilah perlakuan yang harus diterimanya setiap hari di manapun dan kapanpun. Di sekolah, di tempat les, bahkan di mall dan jalan raya pun orang-orang selalu saja berlomba-lomba untuk membullynya. Itu semua terjadi karena ukuran tubuhnya yang memang di atas rata-rata anak seusianya. Julukan mulai dari gajah, kuda nil sampai tong leger pun sudah kenyang ditelannya.
Bintang sadar tidak semua orang yang dia temui di sekolah akan berakhir menjadi temannya. Dia sekarang juga tahu bahwa di sekolah dia bukan hanya takut saat menghadapi pelajaran fisika. Akan tetapi dia juga harus mulai belajar bertahan dari serangan verbal dan non verbal dari anak-anak yang have fun, dengan cara membuatnya tersiksa dan merasa tidak berguna. Dulu sewaktu kelas tujuh, dia pernah sempat ingin mengadukan perbuatan jahat sebagian orang-orang yang mengaku sebagai temannya di sekolah itu kepada kedua orang tuanya. Tetapi ia takut kalau mereka malah akan balik mengatainya pecundang, pengecut atau si pengadu. Makanya ia memutuskan bahwa ia akan mencoba bertahan semampunya saja. Kepada Langit pun ia tidak pernah mengadukan apa-apa. Soalnya para pembully itu semua mendadak manis kalau ada saudara kembarnya yang terkenal galak itu di sampingnya.
"Eh gentong air! Jerawat lo tambah subur aja. Lo pupukin pake aja sih tumbuhnya? Sampai adil dan merata begitu? Hahahaha..."
Kali ini Bintang melewati segerombolan anak laki-laki yang sedang duduk santai di balkon depan kelasnya. Bintang tahu mereka adalah anak-anak basket yang sangat populer dan digilai oleh semua anak-anak perempuan di sekolah Bina Bangsa Jaya. Bintang juga tahu kalau mereka semua adalah anak kelas 12. Tubuh tinggi besar mereka sangat mengintimidasinya yang hanya 158 cm. Tepat pada saat Bintang ingin melewati kelas mereka, salah seorang bintang basket yang populer itu menyilangkan kakinya.
"Rayu gue dulu Dek bohay, kalo lo emang mau melewati tempat ini dengan selamat tanpa satu insiden pun. Ayo cepat! Kalo lo nggak mau, lo nggak akan bisa masuk aula untuk ikut rapat." Sebuah suara bariton memasuki pendengarannya. Tanpa perlu memandang wajah orang yang membullynya ini pun, Bintang sudah mengenalinya dari suaranya saja. Bumi Persada Prasetya. Anak konglomerat pengusaha kayu kesohor negeri ini. Dari mulai ia kelas tujuh, bad boy ini sudah suka sekali mengganggunya.
"Maaf Kak, saya mau jalan. Tolong singkirkan kaki, Kakak." Tukas Bintang pelan. Hening. Tiba-tiba saja Bintang merasa dagunya diangkat tinggi. Rupanya Bumilah pelakunya. Bintang dengan cepat berusaha menepis tangannya nakal kakak kelasnya ini.
"Kalo lo diajak berbicara dengan seseorang itu, biasakan untuk melihat wajah lawan bicara lo. Paham? Rayu gue sekarang atau lo gue cium di sini. Cepat!" Bintang sampat terlompat kaget mendengar suara bentakannya. Kejadian-kejadian seperti inilah yang ingin dia sampaikan pada saat PENSI nanti. Ia ingin mencurahkan seluruh perasaannya selama tiga tahun ini sebagai salah satu dari korban bullying. Ia ingin menyadarkan teman-temannya bahwa perbuatan mereka itu sungguh sangat tidak manusiawi. Tepat ketika Bumi makin mendekatkan wajah padanya, Bintang mulai mundur-mundur ketakutan.
"Kak Bu--Bumi yang paling tam--pan se bumi pertiwi ini. Saya mau lewat. Saya mohon, tolong saya diberi jalan." Dan kaki Bumi pun segera ditarik kembali. Ia benar-benar memberi Bintang jalan. Entah Bintang salah lihat atau bagaimana, tetapi sepertinya ia sempat melihat si galak ini tersenyum simpul sebentar. Tanpa banyak bicara lagi, Bintang pun segera berjalan menuju aula.
"Bum, lo nggak salah mau nyium itu gajah bengkak depan belakang? Lo sehat?" David memandang Bumi dengan aneh. Bagaimana ia tidak heran, begitu banyak gadis-gadis cantik yang bertebaran di sekolah ini, Bumi malah mau mencium anak SMP yang bertubuh besar seperti gajah. Cantik sih... cuma ukurannya itu lho, jumbo cuy!
"Kenapa rupanya? Selera orang 'kan beda-beda. Dan gue juga nggak perlu menjelaskan tentang perasaan gue sama lo. Lo kan bukan gebetan gue." Sahut Bumi acuh.
"Njirrr, lo kata gue gay apa?" David langsung misuh-misuh sambil menyeringai jijik mendengar kata-kata Bumi. Masak jeruk minum jeruk?
=================================
"Bu, ini baju Bintang kok pada sempit semua sih? Pasti waktu dicuci kainnya pada menciut ini. Nggak bagus berarti bahan gaun-gaunnya semua." Bintang memandang putus asa hamparan gaun yang bertumpuk-tumpuk di ranjangnya. Senja hanya bisa menghela nafas panjang.
"Bukan gaun-gaun kamu yang menciut sayang, tapi tubuh kamu yang mengembang. Ayo, sini Ibu pilihkan satu yang bagus. Untuk acara PENSI kan?" Senja berusaha membuat mood putrinya kembali membaik. Bintang ini sebenarnya sangat cantik. Ini memiliki mata Sabda yang tajam serta hidungnya yang mancung. Bibirnya merah alami dan bergaris lembut seperti miliknya. Hanya saja tubuhnya lebih berisi untuk anak seusianya. Dan ditambah jerawat kecil-kecil yang memenuhi wajahnya. Senja yakin setelah melewati masa pubertas nya, ia akan menjelma menjadi putri yang sangat cantik. Lihat saja nanti.
"Nah pakai gaun putih ini aja ya, Nak? Nanti ibu akan membantu merias wajah dan rambutmu." Dengan segera Bintang mengangguk. Setelah menggunakan gaun putihnya, ia segera duduk manis du depan meja rias. Ibunya pun mulai menggambari wajahnya dengan berbagai macam bedak dan kuas.
"Nah sudah selesai. Coba lihat di cermin, Nak? Kamu cantik sekali, Bi." Dan Bintang pun nyaris tidak percaya bahwa gadis yang balas menatapnya dari dalam cermin itu adalah dirinya. Dia rupanya bisa tampil cantik juga. Begitulah penampilan Bintang saat menghadiri PENSI di sekolahnya malam ini. Banyak teman-temannya nyaris tidak mengenalinya. Ia ketahuan hanya karena tubuh bongsornya.
"Hei Gajah! Percuma juga lo dandan cantik, kalo badan lo tetep aja sebesar gajah!"
"Hei awas... awas... ada kingkong lagi jalan tuh!" Bintang tetap diam dan maju ke atas pentas saat namanya di panggil untuk mengucapkan pesan dan kesannya selama bersekolah di sini. Setelah membaca doa dalam hati, Bintang pun meraih mikrofon dengan mantap.
"Selamat malam Bapak dan Ibu guru sekalian yang saya hormati, dan juga teman-teman sekalian yang kalau boleh saya sayangi. Malam ini saya ingin mengungkapkan kesan dan pesan saya kepada kalian semua.
Dulu saya berpikir bahwa sekolah itu adalah tempat yang pasti akan sangat menyenangkan. Bertemu teman baru, belajar, dan juga bermain bersama. Saya sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan kalian semua yang di sebut dengan kata teman-teman. Akan tetapi apa yang terjadi malah berbanding terbalik dengan semua yang saya pikirkan. Hanya karena bentuk tubuh saya yang di atas rata-rata, kalian mulai mengejek saya, menghina saya, dan membully saya yang kalian sebut dengan satu kata manis yaitu, teman. Kalian juga memberikan nama-nama julukan yang sangat tidak manusiawi kepada saya. Dan akhirnya sekolah pun tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan untuk saya. Dan kalian semua tahu itu kenapa?
Karena sekolah bagi saya bukan lagi hanya sekedar tempat belajar, melainkan juga medan perang. Saya harus memperkirakan bagaimana hari itu saya akan dipermalukan, dan hingga jam sekolah berdentang saya harus berusaha bertahan. Saya bahkan tidak perlu melakukan apa-apa agar kalian semua tertawa. Apapun yang saya lakukan, selalu saja salah tanpa saya sengaja. Gaya bicara saya yang terbata-bata semakin membuat kalian tertawa. Mungkin kalian lupa bahwa saya adalah manusia yang tiga dimensional, bukan hanya bahan baku percakapan dan bercandaan.
Saya diam saja, bukan berarti yang kalian lakukan itu menyenangkan. Saya rasa semua anak yang pernah dibully tahu rasanya menerima gencetan dan cuma bisa diam. Tak ingin memperparah keadaan, kami lebih memilih menghindar.
Saya mengatakan semua ini bukan bermaksud untuk mengadu. Niat saya sederhana. Saya hanya tidak mau kembali jatuh korban. Cukup saya sajalah yang kalian beri pelajaran. Saya mohon, tolong jangan diulangi lagi.
Oh ya satu hal lagi yang ingin saya katakan dalam malam perpisahan ini. Mungkin kalian hanya mengenal saya sebagai Bintang Sabda Alam dan saudara kembar Langit Sabda Alam. Hari ini akan saya katakan satu kebenaran pada kalian semua. Saya adalah cucu dari Bapak Fajar Ramadhan pemilik sekolah ini dan anak dari Halilintar Sabda Alam dan Senjahari Semesta Alam. Jadi bisa dikatakan sayalah pemilik sekolah ini."
Suasana yang tadinya tegang menjadi semakin mencekam. Mereka tidak tahu bahwa sekolah mereka adalah milik keluarga Bintang. Semua teman-teman yang selalu membully nya mulai takut dan merasa tidak nyaman.
"Saya sebenarnya bisa saja membalas kalian semua. Tetapi saya tidak di ajarkan oleh orang tua saya untuk membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Karena itu membuat diri saya tidak ada bedanya dengan kalian semua. Saya rasa sudah cukup saya menampilkan pesan dan kesan saya terhadap kalian semua selama bersekolah di sini. Terima kasih."
"Kamu keren, Bi. Kakak bangga sama kamu. Hanya saja kakak merasa bersalah karena kakak tidak tahu betapa dalam penderitaan kamu selama ini di sini. Mulai hari ini, siapa pun yang berani membully kamu, akan kakak ratakan mereka semua. Kakak janji!" Bintang tersenyum dalam deraian air matanya saat merasa kakak kembarnya memeluknya erat. Ia menang! Dia menang karena sanggup bertahan menghadapi para pembully dengan gagah berani selama tiga tahun ini. Tapi ia berjanji, mulai kelas 10 nanti dia akan memberi pelajaran kepada siapa saja yang berani membullynya dan juga anak-anak culun lainnya. Untuk saat ini, cukuplah sudah.
Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-
Alexandra Delacroix Adams--gadis tomboy berjuluk premanwati klan Delacroix Adams, harus menjalani hukuman sebagai Jamilah Binti Surip. Cucu Mbok Sari, Asisten Rumah Tangga keluarganya selama setahun penuh di desa Pelem, Kediri, Jawa Timur. Bagaimana Alexa--sang premanwati menjalani peran dari seorang gadis tomboy berjaket kulit, menjadi seorang gadis feminim berkebaya? Mampu juakah Alexa membangun mindset para wanita di desa, yang sudah terdoktrin dengan pemikiran bahwa tempat wanita adalah di bawah pria? Bagaimana juga sengitnya saat ia beradu argumen dengan Jenggala Buana Sagara. Seorang petani dan peternak modern di desa Pelem, yang selalu menganggap gadis kota adalah boneka cantik berotak kosong? "Kamu jangan mengajari perempuan-perempuan di desa ini menjadi pembangkang, dengan dalih emansipasi. Provokatorwati tidak dibutuhkan di sini?" -Jenggala Buana Sagara "Gue bukan ngajarin mereka membangkang. Gue cuma mau mereka berkembang. Suami-suami mereka bisa saja, sakit, mati atau malah kawin lagi. Kalau hal itu terjadi, siapa yang akan membiayai hidup mereka? Lo? Emang lo sanggup ngawinin semua janda di desa ini?" -Alexandra Delacroix Adams
Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.
Revan Aditama Perkasa-- CEO ADITAMA Group, sudah tidak berhasrat lagi untuk menikah. Ia merasa tidak pernah beruntung dalam hubungan asmara. Mulai dari jatuh cinta pada gurunya sendiri, bertunangan dengan orang yang salah, sampai akhirnya jatuh cinta pada pacar orang, menjadikan Revan apatis terhadap yang namanya pernikahan. Hingga suatu hari, ayahnya memintanya untuk menikahi seorang wanita yang tidak biasa. Dia adalah wanita dari Suku Anak Dalam. Suku yang paling terkebelakang negri ini. "Bagaimana mungkin Saya seorang CEO Aditama Group yang mewakili segala hal yang modern dan intelektual, beristrikan seorang wanita paling primitif dinegeri ini?" -Revan Aditama Perkasa.
Merlyn Diwangkara-si Princess irit dengan tingkat keonengannya yang hakiki-ingin lepas dari bayang-bayang nama besar Diwangkara's. Kehidupannya yang selama ini bagaikan burung dalam sangkar emas, membuatnya bertekad untuk menunjukkan pada dunia, kalau ia mampu hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Sementara itu, Galih Kurniawan Jati-polisi galak namun berprestasi negeri ini-selalu saja ketiban sial setiap kali bersinggungan dengan gadis berpemikiran 'minimalis' ini. Alih-alih menghukumnya, Galih malah acap kali menjadi kesatria berbaju zirahnya. "Anda ini bahkan tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Bagaimana mungkin, Anda bisa survive hidup sendirian di luar sana?" -Galih Kurniawan Jati "Mungkin saya memang tidak bisa membedakan mana kucing dan mana serigala. Tapi, saya tahu apa persamaan mereka ; sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Saya benar, kan, Pak Polisi?" -Merlyn Diwangkara
Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)
Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali pada istri orang. Itulah yang terjadi pada Alex Spencer, pria pengangguran yang hidup menumpang pada istrinya, Tracy. Pesona Tessa membuatnya jatuh cinta teramat jauh. Sedang, Tessa merupakan istri Kapten Pasukan Elit Angakat Darat Salvador, Leo Willborwn. Jika dibandingkan dengannya, jelas Leo jauh lebih baik dari segi apa pun. Hanya saja, Tessa sering kesepian saat suaminya pergi bertugas. Kesempatan itu pun Alex gunakan untuk menjerat Tessa dalam hasrat gilanya. Mampukah Tessa menahan derasnya godaan birahi?
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
Ika adalah seorang ibu rumah tangga yang harus berjuang mencari nafkah sendiri karena suaminya yang sakit. Tiba-tiba bagai petir di siang bolong, Bapak Mertuanya memberikan penawaran untuk menggantikan posisi anaknya, menafkahi lahir dan batin.
Maya dan Adrian, serta sahabat mereka Sinta dan Rizky, tampaknya memiliki segalanya: karier yang sukses, rumah yang nyaman, dan kehidupan sosial yang aktif. Namun, di balik fasad kebahagiaan mereka, hubungan mereka masing-masing mengalami ketegangan dan kekosongan yang menyedihkan. Suatu malam, dalam upaya untuk menyegarkan hubungan mereka yang hambar, Maya dan Sinta memutuskan untuk mengusulkan sesuatu yang ekstrem: "fantasi tukar pasangan ranjang." Awalnya, ide ini tampak gila dan di luar batas kenyamanan mereka. Namun, dengan dorongan dan desakan dari pasangan mereka, Maya dan Adrian, serta Sinta dan Rizky, setuju untuk mencoba. Ketika fantasi tersebut menjadi kenyataan, keempatnya merasakan perasaan canggung, kebingungan, dan kecemasan yang tak terduga. Namun, dalam perjalanan mereka melalui pengalaman ini, mereka mulai menggali lebih dalam tentang hubungan mereka, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan yang mungkin terlupakan, serta menyembuhkan luka-luka yang telah terbuka dalam pernikahan mereka. Dalam prosesnya, mereka menghadapi konflik, kecemburuan, dan ketidakpastian yang tidak terelakkan. Namun, mereka juga menemukan keintiman yang lebih dalam, pemahaman yang lebih besar tentang satu sama lain, dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang hampir putus asa. Novel "Fantasi Tukar Pasangan Ranjang" menawarkan pandangan yang tajam tentang kompleksitas hubungan manusia, dengan sentuhan humor, kehangatan, dan kisah cinta yang penuh dengan emosi. Di tengah fantasi yang menggoda, mereka menemukan keberanian untuk menghadapi kenyataan, menerima kekurangan masing-masing, dan membangun kembali fondasi cinta mereka dengan cara yang lebih kuat dan lebih tulus.