Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / MENOLAK NAFKAH BATIN
MENOLAK NAFKAH BATIN

MENOLAK NAFKAH BATIN

5.0
45 Bab
6.2K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Setelah melahirkan putera pertama mereka, Vania beberapa kali meminta nafkah batin pada suaminya tetapi Prabu menolak memberinya nafkah batin dengan berbagai alasan. Vania tidak tahu apa kesalahannya karena sang suami selalu beralasan. Kecurigaan itu semakin tercium ketika Prabu menghubungi wanita yang bernama Marsya di malam hari. Ternyata wanita itu adalah mahasiswanya sendiri. Vania juga memergoki mereka berdua jalan bersama. Hati wanita sebagai istri hancur lebur saat sang suami mengkhianati. Namun, Vania tidak mau lemah. "Jadi ini sebab kamu menolak memberiku nafkah batin!" "Ini hanya salah paham saja karena kami tak sengaja bertemu di luar!" Vania tak percaya dengan ucapan Prabu, suaminya. Dia tak rela Prabu menduakan nya. Rencana matang di susun agar Prabu yang berprofesi seorang Dosen itu menerima sanksi sosial. Lihat saja, Mas. Kamu tidak tahu siapa aku. Akan kubuat kamu menyesal karena menolak ku!

Bab 1 1. Mas Prabu Menolakku

SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN.

**

[Udah Perkosa aja suaminya, Mbak. Heran hari gini mana ada suami nolak ngasi jatah istri kalau gak ada apa-apa.]

[Suamiku sehari bisa minta sampai 3 kali. Gak pernah kali aku yang minta.]

[Lagian Mbak gatel banget, mungkin suami nya capek dan lelah.]

[Tidak mungkin capek, secapeknya suami dia pasti ingat minta jatah ke istri.]

[Pasti ada perempuan lain di hati suami, atau dia sudah ngamar sama simpanannya di hotel.]

[Perlu dicurigai, Mbak. Tanya baik-baik. Dan periksa gawainya, siapa tahu ada perempuan lain.]

[Jangan-jangan suaminya belok. Laki normal gak mungkin libur selama enam bulan setelah melahirkan.]

Kubaca satu persatu kolom komentar pada aplikasi biru. Aku sengaja curhat di sana memakai akun fake. Sudah tidak tahan lagi dengan sikap Mas Prabu, kami sudah menikah selama dua tahun dan kini putra pertama ku berusia enam bulan. Setelah melahirkan Fauzan, Mas Prabu tidak pernah menyentuhku. Awalnya aku bahagia saja karena aku memang baru melahirkan dan jahitan belum kering. Sekarang sudah berlalu enam bulan tetapi dia tetap dingin.

Entah apa sebab seperti itu? Dan karena tidak tahan lagi aku pun memberanikan diri curhat di sebuah forum wanita dengan akun palsu. Begitu banyak nyinyiran para emak di sana dan aku sudah tahu konsekuensi bakal di bully. Namun, ada juga yang bersimpati memberiku semangat dan sabar serta banyak berdoa agar Allah membalik lagi hati Mas Prabu untuk mencintaiku.

Terdengar suara mobil memasuki rumahku, Mas Prabu memasukkannya ke garasi mobil dan membuka pintu rumah dengan kunci miliknya. Masing-masing dari kami memang memiliki kunci sendiri untuk masuk ke rumah.

Dia melengos masuk saja seperti biasa, ku hidupkan lampu depan agar dia tahu kalau aku belum tidur.

"Vania, belum tidur?" tanyanya padaku.

"Belum, Aku nunggu kamu."

"Tidurlah, Fauzan sudah tidur, 'kan. Aku juga lelah, Van," ucap suamiku berlalu.

Aku tidak bisa seperti ini, bagaimana pun masalah harus selesai.

Aku mendekati suamiku, teringat komentar netizen di forum curhat agar aku yang mulai dahulu untuk merayunya. Kupeluk pinggang suamiku dari belakang.

"Vania, Aku sangat lelah, Tidurlah!" katanya lagi melepaskan tanganku yang melingkarinya.

"Mas, sebenarnya ada masalah apa sih. Sudah enam bulan pasca melahirkan kamu cuekin aku, apa salah aku? Apa kamu sudah punya wanita lain?" sentak ku kesal saat dia kembali menolakku.

"Tidak ada, Vania. Hanya kamu satu-satunya."

"Aku gak percaya sama kamu, tidak mungkin setelah melahirkan kamu tak lagi berselera padaku kalau bukan karena ada alasan lain. Aku perlu bukti, boleh aku cek ponsel kamu?"

Aku mengulurkan tangan meminta ponselnya namun suamiku menggelengkan kepalanya.

"Ini privasi ku Vania, aku seorang dosen dan tidak semua hal perlu kamu tahu yang penting aku ngasih kamu nafkah sesuai adanya."

Dia berlalu meninggalkanku yang belum selesai mengintrogasi nya. Aku semakin curiga dan pasti Mas Prabu menyimpan sesuatu. Selingkuhan, kepalaku rasanya sakit.

"Mas, tidak mungkin ada privasi antara suami istri, kamu sudah berani main belakang padaku?"

Mas Prabu tidak mempedulikan omelan ku. Dia melengos saja dan mengambil bantal serta selimut kemudian dia tidur di sofa ruang tamu.

Hatiku rasanya jengkel. Sudah pasti ada sesuatu antara dia dan wanita lain. Mas Prabu selalu seperti itu, dia tipe lelaki yang malas berdebat dan akan memilih buat menutup telinga ketika kami bertengkar serta membiarkan masalah menguap begitu saja.

Aku pun tertidur di kamar ku bersama balita enam bulan ku. Mas Prabu lebih memilih diluar buat menghindari ku, sekitar pukul 03.00 aku terbangun karena Fauzan minta menyusu, aku mengambil Asi ku yang sudah kumasukkan kedalam botol dot. Aku memang memompa Asiku buat Fauzan.

Samar kudengar suara berbisik Mas Prabu, dia pasti sedang menghubungi seseorang.

"Sudah dini hari, besok saja di kampus, Marsya," Ucap Mas Prabu.

Bisikannya masih bisa kudengar. Siapa wanita bernama Marsya itu yang membuat suamiku berubah padaku? Hatiku terasa nyeri. Bila ini kutanyakan Mas Prabu tidak akan mau jujur. Jalan satu-satunya mencari bukti adalah menyelidiki sendiri.

🍁🍁

"Eh, Van. Senang deh omset kita naik bulan ini. Gak nyangka ide abal-abal kamu buat buka toko pakaian dan hijab berubah manis kayak gini. Dari modal kecil kita berdua sekarang usaha kita makin maju, Van. Pemesanan online kian banyak. Untung sangat besar dan yang pasti kita kaya, Vania," kata Mbak Farah kakak kandungku.

Aku selama lima bulan ini memang membuka bisnis menjual pakaian dan hijab bersama kakak ku.

Awalnya secara online di beberapa market place tetapi karena ramai pembeli dan responnya positif. Kami membuka toko benaran dan berlokasi strategis serta ramai pengunjung. Harga yang kami tawarkan sangat murah dibanding yang lain.

Satu hijab atau pakaian aku dan Mbak Farah sepakat mengambil keuntungan sepuluh hingga lima belas ribu saja. Bila tak laku maka kami obral saja dengan harga modal. Sehingga permintaan sangat banyak dan kami kewalahan melayani. Karena Mbak Farah yang pegang kendali toko, aku tak pernah bercerita ke Mas Prabu sebab dia selalu pulang malam saja setelah aku melahirkan.

"Kamu kenapa, Van? Masalah suami kamu lagi ya?" tanya Mbak Farah dan aku hanya mengangguk.

Aku pernah curhat pada Kakak ku kalau rumah tanggaku dirundung dilema, suamiku bersikap dingin setelah anakku lahir. Dia bahkan tidak ada waktu untukku, aku sibuk sendiri seperti ini dia tidak tahu. Dia pergi pagi dan pulang malam. Padahal dia hanya Dosen saja. Kalau Dosen bila tidak ada jam lagi pasti pulang namun dia berkilah sibuk dan sibuk.

Ibu dan Ayah kami sudah meninggal dan aku hanya memiliki Mbak Farah. Dia lah tempatku berkeluh kesah. Kakakku seorang istri pegawai negeri. Dia sama juga sepertiku hanya Ibu rumah tangga sehingga kami sepakat membuka toko untuk menambah penghasilan.

"Kamu tanyakan dulu baik-baik. Kalau udah gak ada kecocokan ambil jalan yang terbaik, Vania. Jangan siksa dirimu. Hidup itu indah," ucap Mbak ku memberi masukan.

"Hubunganmu bagaimana dengan suamimu, Mbak? Apakah ada privasi antara kalian?" tanyaku mengerutkan dahi berpikir panjang tentang masalahku dan berusaha mencari solusi.

"Nggak lah, suamiku walau sangar tetapi dia selalu cerita padaku. Handphone Bang Sinaga Mbak juga yang pegang kamu kan tahu kalau suami Mbak itu gak bisa kalau gak cerita sama, Mbak. Tidak ada rahasia diantara kami."

Aku menghembuskan napas berat, bagaimana menceritakan kalau Mas Prabu tadi malam dihubungi oleh Marsya. Dan entah siapa wanita itu, tetapi aku sangat curiga.

"Mbak, apa benar ini toko online yang terkenal murah itu, VanFar Hijab?" tanya seorang pembeli. Penjaga toko yang melayani mengangguk

"Oh, ternyata benar, senang sekali. Lihat Mas, aku bisa borong di sini," kata suara wanita muda dengan mendayu.

Aku dan Mbak Farah melihat sekilas dan betapa aku terkejut tangan wanita itu, dia bergelayut manja pada suamiku, Mas Prabu.

"Pilihlah sayang yang mana yang kamu mau." ucap suamiku sambil mencubit pipi wanita itu gemas.

Mbak Farah sudah terlihat murka, dia ingin mendatangi suamiku dan menampar wajah nya.

"Jangan, Mbak. Kita selesaikan secara baik-baik," ucapku berusaha tenang walau hati bergemuruh.

"Hai, mau beli yang mana, Mas dan Mbak nya," kataku dengan suara bergetar.

"Vania!"

Suamiku membelalak kan matanya melihatku di sana dan terkejut karena aku memergokinya bersama wanita lain.

Bersambung.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY