/0/3090/coverbig.jpg?v=378dd83d1be7edc5a07a7c5a27af3428)
Siapa sangka setiap Ketua Genster harus selalu garang, berotot baja, dan lekat dengan tato di dada? Bayu, ketua Gengster paling lembut sedunia. Walau ia sangat baik dan lembut, Bayu lelaki paling segani para anak buahnya. Di usianya yang masih muda, Bayu di tunjuk sebagai ketua di satu kota untuk menjalankan sebuah club malam, dengan bisnis antek-anteknya yang haram. Satu sisi, dia sangat menghargai majikannya yang mengangkat harkat derajatnya jadi lebih mahal. Sisi lain, hati kecilnya lebih dominan untuk mewujudkan cita-cita kakeknya jadi seorang penyanyi tenor terkenal. Kebingungan terjadi saat dia harus memilik salah satunya. Karena hanya ada satu pilihan di lingkar malam itu. Masuk dan jadi kaya, atau keluar tanpa nama. Apa yang akan ia pilih untuk kehidupannya? Jangan lupa riview, rate, dan masukan kedalam rak untuk mengaktifkan notifikasinya.
"Iya! ya! ya! Tunggu sebentar! aku akan segera sampai!" papar Pak Bronz.
Di tengah cahaya matahari berwarna keemasan, ia mengemudikan mobil tuanya dengan santai.
Walau usia mobil itu sudah tua, tapi suara dan performa laju mobil sangat mengesankan menurutnya.
Audio di samping stir mobil pun menyala dengan sangat merdu.
Kemanapun ia pergi, suara audio itu selalu menemaninya dengan menggelagar.
Lantunan lagu lawas selalu ia dendangkan.
Terlebih dia sangat menyukai lagu-lagu yang memiliki kekuatan suara tenor untuk lelaki, dan Sopran untuk perempuan.
Karena melihat waktu yang berjalan dengan cepat, ia pun bersenandung sambil mengemudikan mobil dengan kekuatan tinggi.
"Ck, di hari libur saja aku masih harus berangkat kerja? Sekolah macam apa ini?" decak Pak Bronz pada dirinya sendiri.
Lama mendumel, ia lupa mengendalikan emosinya. Sampai-sampai konsentrasi menyetir pun tak bisa ia kendalikan.
Sebelum sampai ke tempat tujuannya, Pak Bronz berniat menyamping mencari toilet.
Namun saat ia memarkir mobil di pinggiran jalan, ia telat menginjak pedal rem pada mobilnya.
Bim! bim! Brak!
Suara mobilnya menghantam salah satu mobil mewah yang terparkir di depannya.
"Aduh! Sial! bagaimana ini?" gerutunya sambil menepak jidat.
Guru musik berambut kriting dan berbadan tinggi itu akhirnya menarik nafas panjang.
Lalu dengan santai keluar dari mobil tua itu seraya pura-pura bertingkah lurus.
Namun pertahanannya seketika menciut. Saat melihat tiga orang bertubuh besar dan kekar keluar dari mobil lawan.
Tato yang menempel di pelipis matanya menandakan mereka bukan orang baik-baik.
Pak Bronz mengubah strategi menjadi bersikap baik.
"A-ada apa ini?" tanya Pak Bronz berpura-pura polos.
Mereka menjawab dengan kompak menggunkan gerkan mata yang melotot, dan tangan bertolak pinggang.
"Kamu pikir ini murah?" sergah salah satu lelaki bertubuh kekar itu.
"Ta-tapi? Lihatlah! Mobil anda hanya tergotes kecil, lain dengan bamper mobil miliku?" elak Pak Bronz melirik bamper mobilnya yang sudah ringsek tak beraturan.
"Bos kita akan marah tentang ini!" balas lelaki bertubuh besar satunya lagi.
"Hah? Bos? mana bosmu? ya sudahlah kita berdamai saja! Aku sedang sibuk, berapa yang harus aku bayar?" cerocos Pak Bronz sambil mengeluarkan dompetnya.
"Kamu pikir kita pengangguran? hah?" sergah berandalan itu sambil meremas kerah baju Pak Bronz yang sudah dilicin dengan rapi.
Suasanapun semakin memanas.
Hal yang tak di inginkan Pak Bronz akhirnya terjadi juga, ia harus menyiapkan sebuah perlawanan untuk perlindungan dirinya.
"Ada apa ribut-ribut?" suara di balik mobil itu kini semakin jelas setelah jendela kaca mobil mewahnya turun secara otomatis.
Derap sepatu hitam pekat nan mengkilat membuat semua keributan terhenti.
Ketiga lelaki bertubuh kekar sontak berjejer rapi dan menekuk kepala untuk kedatangan majikannya.
Di kira orang di balik sepatu itu akan tinggi besar, namun malah sebaliknya.
Badan kerempeng, bercat rambut warna merah, memakai jas hitam itu adalah ketua dari gengster Elang.
Nama gengster itu sudah sangat terkenal sekali.
Hingga setiap lelaki kerempeng itu menampakan dirinya, semua orang yang melirik pasti menundukan kepala.
"Ini bos! dia tidak mau minta maaf!"
"Owh ... Ngeyel?" bibirnya tersenyum sumbing semakin mendekati Pak Bronz.
Ketika itu pun dia merasa sangat terancam. Pak Bronz berusaha menurunkan pundaknya dan merendah di hadapan lelaki yang di sebut ketua gengster itu.
Plak! Plak! Plak!
Sepatu mahalnya melewati tubuh Pak Bronz begitu saja, dan malah melihat kedalam mobil milik Pak Bronz.
Ia menyetarakan kepalanya, dan melihat kesemua arah dalam mobil dengan liar.
Ia mendengar lagu bersuara tenor di balik audio mobil itu, dan tersenyum lebar.
"Hemh ... Audionya terlalu bagus untuk mobil rongsokan seperti ini! seret mobilnya, dan beri dia uang secukupnya!" papar Bos Bayu dengan sangat tegas.
"Apa?" Pak Bronz terkejut.
"Baik laksanakan Bos!"
Semua sigap melaksanakan titah dari ketua geng dan untuk mengurangi kerusuhan, dua orang dari mereka memegangi tubuh Pak Bronz dengan kuat.
Dan salah satu di antara mereka pun melajukan mobil untuk di bawa ke suatu tempat.
"Hahahhaha!" Bos Bayu tertawa lantang melihat tontonan seperti itu.
***
Setelah waktu berselang lumayan lama, Pak Bronz sampai di tujuannya untuk mendatangi kepala sekola dengan bibir yang sudah lebam.
"Apa yang terjadi pada anda? lucu sekali melihat guru garang seperti anda bisa lebam seperti itu?" ledek Pak Kepala sekola.
"Hemmh, ini ulah berandalan itu." pekiknya jengkel.
"Sudahlah! Aku menyuruh anda datang kemari, untuk membaca data ini! Lihatlah!" pinta Kepala Sekolah.
"Hah? apa ini? data seorang murid? Ck! Ck! Ck! Sudah di tolak empat sekolah? lebih jelasnya lagi di keluarkan!" jelasnya sambil berdecak meledek sang Kepala sekolah.
"Jangan seperti itu! Dia ini anak terkaya di kota kita!"
"Kaya tidak jadi ukuran!"
"Tapi suaranya benar-benar sangat menggelegar sampai membangkitkan buli kudukku, jangankan bulu kuduk, bulu ketiak aku pun ikut berdiri mendengar suaranya,"
"Jangan berlebihan! Jadi apa urusannya denganku?"
"Aku ingin anda memberinya kelas vokal! Ini semua demi kelanjutan sekolah kita! ayolah! aku mohon!" rayu Kepala sekolah meronta-ronta terus menggoyahkan tubuh Pak Bronz.
"Sudah-sudah aku mohon hentikan!"
Selang beberapa detik, pintu kantor terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu.
Semua perselisihan Pak Bronz dengan Kepala sekola seketika terhenti.
Kedua pasang mata teruju pada pintu yang terbuka.
Wakil kepala sekola masuk dengan setumpuk berkas dan tugas para siswa.
Namun rasa terkejut semakin tumpang, saat Pak Bronz melihat seorang lelaki kerempeng memakai jas hitam pekat berjalan mengiringi langkah Wakil kepala sekolah dengan sombongnya.
Matanya membelalak terkejut.
Hatinya terbakar seolah ingin meluapkan kemarahannya.
"Selamat siang! senang bertemu dengan anda kembali," sapa Bayu santai tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun.
"Jadi ... Anak ini murid vokalku selanjutnya?" sergah Pak Bronz tersenyum sinis sambil mengangkat-angkat pipinya yang masih lebam.
***
Wih... Orang yang serang itu ternyata calon guru vokalnya.
Mau tau apa yang akan terjadi pada Bayu?
Baca selanjutnya
Dunia malam jadi makanannya sehari-hari. Terpaksa Elena harus jadi suri untuk banyak lelaki narsis di luar sana. Banyak uang ia hasilkan dengan cara kotornya. Hingga sampai titik terendahnya tiba, ada terbersit di hatinya ingin lari. Pergi dari kenyataan malam yang terlanjur menjeratnya. Ia sadar kebiasaan buruknya akan menggadaikan sebuah nyawa yang sekarang sudah mulai tumbuh beberapa bulan di dalam perutnya. Elena kukuh pendirian ingin membesarkan anak tak bertuan itu, lebih baik dari pada kehidupannya yang teramat menyedihkan. Akankah Elena sanggup bangkit dari dunia malamnya, bahkan untuk menoleh dirinya saja, dia merasa jijik sekali. Selamat membaca cerita Elena, jangan lupa riview, sub, and share. ig tinaalamin
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"