Aku merasa ada yang aneh dengan rumah tangga Kak Heru dan Mbak Rena. mengapa Mbak Rena sering menangis? banyak hal menarik kutemukan. Dari kecelakaan depan toko beras hingga menemukan plastik berisi banyak test pack. apa yang terjadi sebenarnya?
Aku merasa ada yang aneh dengan rumah tangga Kak Heru dan Mbak Rena. mengapa Mbak Rena sering menangis? banyak hal menarik kutemukan. Dari kecelakaan depan toko beras hingga menemukan plastik berisi banyak test pack. apa yang terjadi sebenarnya?
Istri Kakakku Selalu Menangis
Suara dentuman dari besi-besi jalanan memekakkan telinga secara mendadak. Hampir membuat jantung terlonjak keluar dari tempatnya. Semua orang kaget luar biasa.
"Punguti usus dan organ tubuh lainnya! Cepat! Sebelum ada kendaraan yang menggilas," ucap salah satu warga.
"Ambil daun pisang atau kain bekas untuk menutupi tubuhnya!"
"Sementara, hentikan dulu kendaraan yang hendak melintas!"
Terjadi kecelakaan tepat di depan toko beras milik Kak Heru. Tempat ini berlokasi di tikungan layaknya huruf S, wajar saja sering terjadi kecelakaan. Lokasi yang tak pantas digunakan untuk membawa kendaraan ngebut. Aku bergidik ngeri.
Kecelakaan tunggal itu telah membuat seorang wanita pengendara sepeda motor tewas di tempat. Ia menabrak pagar besi pembatas depan toko beras. Kondisinya mengenaskan. Cepat-cepat orang menyiram darah yang mengalir di jalanan dengan pasir. Pasir-pasir itu diangkut dengan ember dan kaleng cat.
Aku baru tadi malam tinggal di sini, setelah tamat SMA orang tuaku meminta agar Kak Heru membawa ke kota. Hal itu tentu disetujui olehnya, bahkan aku sempat ditawarkan untuk kuliah di sini. namun, kutolak karena merasa belum siap. Jadi, aku akan ikut menjaga toko beras ini.
"Kak, ada kecelakaan. Itu di sana," ucapku pada Kak Heru yang baru keluar dari gudang beras paling belakang.
"Dah biasa terjadi di sini, Siti. Kakak sudah tak takut lagi." Kak Heru menjawab cuek.
"Memang sering, ya?"
"Sering sekali. Sudahlahh, jangan dilihat terus. Nanti kamu takut, dah sore. Sana mandi."
Aku hanya mengangguk. Memang benar, kalau terus melihatnya aku akan merasa takut. Apalagi meninggalnya tragis atau istilah orang kampung adalah mati basah.
"Siti," panggilnya saat aku baru hendak membalik badan.
"Iya?"
"Kamu jangan masuk kamar sebelah gudang beras dan jangan perduli kalau Mbak Rena sering menangis. Abaikan saja," ucapnya enteng sembari menatapku tajam.
"Kenapa?"
"Tidak usah banyak tanya, kamu masih terlalu belia untuk tahu urusan rumah tangga. Jangan membantah."
"Hm, baiklah." Aku menjawab sekenanya.
Saat melewati kamar Mbak Rena, tak sengaja melihat ia sedang menangis tersedu-sedu. Pintu kamar yang tak terkunci pun membebaskan pandangan mataku melihat semua secara jelas. Mengapa Mbak Rena menangis? Aku hendak masuk dan bertanya, tapi kaki ini terasa berat melangkah.
Rupanya, Mbak Rena pun melihatku yang berdiri di depan pintu. Pantulan wajahku terlihat setengah dari cermin kamarnya. Ia menoleh sembari menghapus sisa-sisa bulir bening yang keluar dari pelupuk matanya.
"Mbak kenapa menangis?" tanyaku yang sudah tertangkap basah mengintip.
"Mbak memang selalu menangis sejak menikah dengan kakakmu," jawabnya sedih.
Mendapati jawaban demikian, aku bertambah bingung harus berkata apalagi. Kak Heru sudah memperingati agar aku tak terlalu perduli dengan Mbak Rena. Memangnya ada apa dengan pernikahan mereka? Setahuku semua tampak baik-baik saja kalau mereka pulang kampung. Sepertinya ada hal yang disembunyikan oleh mereka.
"Memangnya kenapa, Mbak?"
Lama menunggu pertanyaan itu dijawab, tapi hening. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Mbak Rena. Hanya terlihat dari bola matanya kalau ia sangat terluka, entah mengapa aku bisa merasakannya. Namun, aku tetap bingung hal apa yang membuat wanita cantik ini menangis. Apa dia tak bahagia?
"Ada kecelakaan di depan toko, ya?" Ia mengalihkan pembicaraan.
"Iya, Mbak. kecelakaan sampai orangnya meninggal."
"Sudah biasa, tikungan depan sini memang tikungan maut."
"Mbak, Siti mau nanya boleh?" Aku menatap wajahnya lekat. Mbak Rena pun mengangkat wajahnya.
Mumpung Kak Heru lagi sibuk di depan, ini kesempatan baik untuk menanyakan kamar sebelah gudang beras itu. Aku sungguh penasaran mengapa dilarang masuk sana, padahal aku sudah tahu detail tempat ini. Ya, kecuali tempat itu.
"Tadi, Kak Heru bilang kalau Siti dilarang masuk kamar sebelah gudang beras. Memangnya kenapa?"
"Oh, tak apa. Itu hanya kamar kosong, kamu jangan ke sana."
Saat aku hendak membuka mulut untuk kembali bertanya, Mbak Rena segera berdiri dan masuk kamar mandi kamarnya. Kakinya terlihat lunglai tak bertenaga. Aku pun merasa kalau ia sengaja menghindar.
Kupasang telinga tepat di pintu kamar mandinya. Terdengar jelas kalau ia kembali menangis, kali ini isakannya terdengar lebih memilukan. Setelah itu, aku tak dapat mendengar apa-apa lagi karena ia menghidupkan air untuk menyamarkan suara tangisnya. Aneh, bukan?
***
Toko ini sekaligus dijadikan tempat tinggal. Bagian depan adalah tempat berdagang. Bagian tengah adalah rumah bagi kami dan bagian belakang adalah gudang beras. Malam ini, aku sedang tidur-tiduran di kamar karena merasa lelah. Peristiwa kecelakaan tadi sore pun masih jelas membayang, membuat energiku terasa habis. Ya, aku takut melihat darah.
"Siti, turun dulu. Saatnya kita makan malam," kata Kak Heru sambil mengetuk pintu kamar.
"Siti belum lapar."
"Cepat turun, kami tunggu."
Aku beringsut pelan dari ranjang dan menuju dapur. Di sana sudah duduk berseberangan Kak Heru dan Mbak Rena. Dari tatapannya, aku dapat membaca kalau Kak Heru terlihat sedang kesal. Memangnya ada apa?
"Sini makan dulu, Siti." Mbak Rena berusaha ceria walaupun matanya bengkak.
Kami pun makan bersama, tak banyak obrolan yang terjadi. Semuanya tampak canggung. Bahkan, seolah Kak Heru dan Mbak Rena bagai orang asing yang pertama kali bertemu. Kak Heru makan lahap sedangkan istrinya hanya makan sedikit. Ia nampak tak berselera.
"Mbak makannya dikit banget, tambah lagi, dong." Aku berusaha memecahkan suasana kaku ini.
Mbak Rena hanya tersenyum simpul dan tak menjawab apa-apa.
"Dia memang porsi makannya segitu. Memang dikit," jawab Kak Heru cuek.
"Mas, seharusnya kamu tahu mengapa aku jadi begini. Pura-pura tidak tahu tak akan membuatmu biasa-biasa saja!" Suara Mbak Rena meninggi seakan kecewa berat.
"Terima saja takdirmu, Rena. Bukannya sudah terbiasa?" Kak Heru menaikkan satu alisnya.
"Suami tak tahu diri! Apa kurangnya aku? Semuanya sudah kuturuti, bahkan-" Ucapan Mbak Rena terhenti karena Kak Heru melemparkan gelasnya hingga pecah berkeping-keping.
Aku berada di antara mereka merasakan ketegangan luar biasa. Mataku naik turun dengan jantung berdegup kencang. Bingung harus berbuat apa karena sama sekali tak tahu asal muasal pertengkaran ini. Diam bak patung hidup, itulah yang kulakukan.
Mbak Rena pun kembali menangis. Air mata itu kembali berjatuhan di pipi tirusnya. Aku tak tega dan langsung memberinya tisu. Timbul niat kuat dalam hati kalau aku harus mencari tahu mengapa istri kakakku sering menangis. Pasti ada hal yang tak beres antara mereka.
Melihat Mbak Rena menangis, Kak Heru tampak tersulut emosi dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi seperti gerakan hendak menampar.
"Aww! Sakit."
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
PALING BARU, PALING BEDA, PALING PANAS! Mereka bukan lagi muda, tapi justru itulah rahasia terpanas mereka. Setengah baya, berpengalaman, dan tahu persis bagaimana membangkitkan gairah dan birahi yang tak terduga. Anisa membuktikannya, sentuhan, tatapan, dan godaan dari para pria matang ini membuka dunia baru-penuh nafsu, misteri, dan sensasi yang hanya bisa diberikan oleh mereka yang telah berpengalaman dan memiliki stamina dan maskulintitas palin liar. Dia benar-benar rela menjadi PEMUAS BIRAHI SETENGAH BAYA
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Jam-jam yang terhangatkan sinar matahari membawa kasih sayang mereka yang berkilau, sementara malam-malam yang diterangi bulan membangkitkan hasrat yang tak terkendali. Namun, saat Vovo mengetahui bahwa orang yang dia cintai mungkin hanya memiliki waktu setengah tahun lagi, dia dengan tenang memberikan Jasmine berkas perceraian, sambil berbisik, "Ini hanya untuk penampilan; kita akan menikah lagi setelah dia tenang." Jasmine, dengan punggung tegak dan pipi kering, merasakan denyut nadinya terasa kosong. Pemisahan palsu itu menjadi permanen; dia diam-diam mengakhiri kehamilannya dan melangkah ke awal yang baru. Vovo tercerai berai, mobilnya melaju kencang di jalan, enggan melepaskan wanita yang telah dia buang, memohon agar dia menoleh sekali saja.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY