/0/6013/coverbig.jpg?v=b0ee2f07c39ee854659e7e488aa4fcb0)
Jhon Christy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Aleta Louison. Tahun demi tahun berlalu. Cintanya tumbuh semakin mengerikan. Suatu hari, demi cintanya, Jhon Christy meninggalkan semua kenyamanan untuk terbang ke Rusia dan berakhir menjadi bodyguard. Impian Jhon Christy hanya satu, yakni selalu berada di sisi Aleta Louison, sekaligus mengubah menjadi gadis normal dari yang mulanya gadis psikopat.
Di tengah padatnya pusat kota Moscow, di atas hamparan tanah rata dan di bawah langit ke-7. Pria entah-berantah, tak tau kapan dan darimana ia muncul, tiba-tiba menodongkan benda hitam berisi timah panas, atau sebut saja pistol.
Dorrr.
Suara tembakan terdengar nyaring, memporak-porandakan semua umat. Mereka yang tampak seperti tentara semut dari ketinggian 3000 kaki, berhamburan kesana-kemari.
Aaa ... tolong ... tolong ...
Ibu ...
Ayah ...
Hanya sekali tembakan ke atas sana, para manusia tersebut sudah tak kalap. Tiada seorangpun yang tidak melarikan diri, terkecuali seseorang di balik kamar telepon umum.
Di luarnya orang-orang sibuk menyelamatkan jiwa dan raga, tapi ia malah bercanda-tawa bersama suara di seberang sana.
"Iya ... iya, di depan mataku sedang ada peperangan, Bu," katanya, sambil menghitung setiap detik yang ia habiskan.
"Tentu saja ramai, Bu. Suaramu sampai terdengar tidak jelas."
57 ... 58 ... 59.
"Sudah yah, Bu. Koinku hanya cukup untuk satu menit saja. Telepon akan segera berakhir, dahhh."
Sang pria menghela lega, seakan beban terberat yang ia panggil telah hilang.
Ia berdiri lama, memperhatikan setiap orang yang melalui pintu kamar telepon umum di depannya.
Kemudian, seorang pria seumuran berhenti tepat di depan pintu. Pria itu berjaket tebal serta terdapat kamera yang ia kalungi. Ia memberi kode supaya pintu kamar telepon umum dibuka.
Dan kini di dalam kamar tersebut terisi dua manusia saling memfokuskan diri pada kekacauan kota.
"Hei!" Sapa pembawa kamera.
"Aku Jhon Christy, seorang penulis terbaik di Negeri rempah-rempah," ucap pria bernama Jhon, memperkenalkan diri.
"Kau tau aku akan menanyai namamu?"
"Aku akui semua orang ingin bertanya, tapi kau termasuk paling beruntung."
"Aku?" Tunjuknya pada dada sendiri.
"Iya, karena aku sendiri yang memperkenalkan bukan teman atau teman dari temanku."
Si pembawa kamera meringis kecil, antara mentertawakan atau menyambut kelucuan Jhon Christy.
"Baiklah, selamat tinggal."
Tanpa ada perbincangan lain, Jhon Christy mendorong gagang pintu. Suasana kacau yang belum mereda ia lalui amat santai. Saking santainya, ia mampu mengambil sebatang rokok yang tersimpan rapi dalam saku kemejanya. Kemudian kepulan tipis membumbung tinggi secara perlahan.
"Pria yang aneh," lontar si pembawa kamera.
Kekacauan belum usai, dari kejauhan mulai terdengar sirene mobil Polisi. Tak terhitung jumlah mereka, semuanya datang dari segala arah hingga mengepung jalanan kota.
Si pembawa kamera menyempatkan diri mengambil beberapa jepretan sebelum akhirnya ia diminta keluar untuk mengungsi oleh Polisi.
Teknologi terbilang canggih. Seluruh dunia pun mendengar kabar teror di tengah kota melalui pemberitaan layar TV masing-masing.
Begitup Jhon Christy, ia tahu menaung ketika kejadian berlangsung. Namun, seperti yang lain, ia juga menonton pemberitaan tersebut hanya untuk mencari sosok dirinya yang tertangkap kamera.
"Hem, mengapa tidak terlihat?" Pikirnya terdengar menyayangkan.
Tok ... tok ...
"Tuan Jho!"
Mendengar ketukan pintu sekaligus nama legendnya disebut, Jhon bergegas bangkit dan membuka pintu selebar ukuran kepalanya.
"Nyonya Maria ..." sapa Jhon.
Wanita berparas ayu, tubuh berisi, kulit kemerahan serta rambut pirang tergerai. Mengangkat baki berisi semangkuk mie panas. "Pesananmu," ucapnya.
"Oh wah, terimakasih, Nyonya Maria," balas Jhon, mengambil alih semangkuk mie panas dari baki Nyonya Maria, "katakan kalimat ajaibnya!"
"Pria gagah pemegang kendali ..." suara Nyonya Maria menggoda.
Lantas Jhon merogoh saku celana, mengeluarkan selembar uang kertas berangka 100 Rubel Rusia. "Ambil ini."
Nyonya Maria menerima penuh suka-cita, ia membungkuk setengah badan lalu berbalik pergi.
Jhon menutup pintu, kembali duduk bersila di depan TV, sembari menyeruput makanan panjang dan berkuah tersebut.
"Hem, sang pembawa kamera?"
Jhon tak menduga jika si pembawa kamera yang saat kejadian sempat bertanya dengannya, ternyata bisa selamat dari serangan teroris.
"Menarik," celetuknya begitu saja.
**
Kekacauan telah berakhir, menyisakan kerusakan tanpa ada korban. Jhon menapaki jalan yang sama seperti kemarin atau lebih tepatnya jalan pasti untuk ia lalui menuju tempatnya bekerja dan lokasi hunian.
"Selamat pagi, saya Jhon Christy. Lulusan Universitas Indonesia tahun 2015, sudah bekerja di kantor perhubungan antar negara sampai terakhir satu bulan lalu sebelum saya memutuskan pindah ke sini."
"Jhon Christy ..." ulang pria berdasi hitam, berwajah hitam legam dan berambut hitam memanjang. "Refrensi pengalamanmu sangat baik dan luamyan, kau bisa memilih bidang lain yang lebih nyaman. Misal saja kau hanya perlu duduk dan memerintah, tapi kenapa kau ingin bekerja sebagai bodyguard?"
"Karena aku merasa kasihan jika keberanian dan keahlian bela diriku tidak terpakai."
Sontak jawaban Jhon Christy membuat pria legam di depannya tertawa terbahak-bahak. Baginya, jawaban Jhon Christy sebuah lelucon, padahal Jhon menjawab jujur apa adanya.
"Sepakat!!" Selesai tertawa, pria legam pemilik ID card bertuliskan Romis, mengulurkan tangan kanannya pada Jhon. Dan mereka saling berjabat tangan.
"Terimakasih, Pak Romis."
**
Hari ini juga Jhon mulai menjalankan profesinya. Sebagai karyawan baru, Jhon memasuki tahap pemula dalam menjadi bodyguard. Yakni menjaga orang-orang kelas bawah/menangani kasus paling ringan.
Contohnya seperti yang saat ini Jhon lakukan. Ditemani sekaligus dibantu Pak Romis, Jhon mengawal rombongan pekerja legal untuk transit pesawat tanpa halangan.
Kenapa mereka dikawal?
Alasannya, terlalu sering kasus penembakan liar pada pekerja legal tersebut. Jadi pemerintah Negara meminta para bodyguard mengawal mereka sampai ke dalam pesawat yang mereka tumpangi.
Wush ...
Pesawat membumbung tinggi, meninggalkan gulungan angin dari baling-baling yang membuat rambut panjang Pak Romis berterbangan.
"Pakai ini!" Sebuah ikat rambut merah muda Jhon ulurkan.
Pak Romis sempat terdiam, terpaksa Jhon sendiri yang mengikatkan ikat rambut darinya.
"Jangan biarkan kutu di rambut anda menemukan sarang baru," ucap Jhon datar.
Pak Romis tertawa renyah, ia menepuk-nepuk pundak Jhon. "Aku lupa, putri kecilku telah merampas ikat rambutnya."
Kini mereka berdua berjalan keluar bandara. Mereka tampak gagah berani, kacamata hitam memukau serta setelan jas menjadikan semua mata terkagum-kagum.
Brammm.
Derung mesin mobil kedengarannya tak nyaman di telinga, Jhon tidak menduga jika fasilitas kendaraan untuk bekerjanya sangat jauh dari ekspetasi. Mungkin karena Jhon masih memasuki tahap pemula.
Berbeda fasilitas untuk bodyguard kelas utama. Kendaraan mereka bukan main-main. Yakni sebuah Lamborghini hitam mengkilap dengan kaca dan ban anti peluru.
"Bagaimana hari pertamamu?" Tanya Pak Romis, mengepulkan asap rokok.
"Terasa datar dan tak menantang."
"Maka kau butuh sesuatu agar kau merasa tertantang."
"Iya," jawab Jhon menambah kecepatan mobil.
"Belokan mobilnya ke sisi kanan ... lurus terus ... kiri ... kurus ... kiri, berhenti!!"
Cittt ...
Gedung para petarung, ucap Jhon dalam hati ketika kepalanya menjulur keluar jendela mobil.
"Kau lolos tahap awal, selanjutnya tubuhmu akan dilatih di sana sebelum tahap ketigamu."
"Bagus, aku suka ini."
"Tunggu apa lagi ..." kode Pak Romis, menyuruh Jhon masuk ke gedung tersebut.
Tanpa ada rasa keraguan, Jhon mendorong pintu mobil. Ia melangkah pasti menuju pintu pembatas dirinya dari sekelompok orang yang akan membuat ia mandi keringat.
"Selamat datang, Jhon Christy."
Jhon tertegun, tatapannya tertuju pada semua orang. Ia tak menduga jika para pelatih di sini bertubuh tiga kali lipat lebih besar darinya.
"Pakai ini!"
Ia dilempari setelan baju dan celana pendek, tak lupa sepasang sarung tangan petinju.
Di hadapan semua orang, Jhon Christy melepas satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhnya, terkecuali celana dalam.
"Oh, wah!" Degup kagum peserta bodyguard wanita, melihat roti sobek Jhon Christy mengkilap terkena lampu penerangan.
Semua ini ku lakukan untukmu, Aleta. Hati Jhon berucap.
Berawal dari challenge teman-temannya saat di klub, Minami Hanabe mengenal Dave Prasetya. Dan berawal dari party kecil-kecilan di klub yang sama, Dave mengenal Minami. Dari challenge itu, Minami berhasil membawa Dave kencan dan berakhir di ranjang. Ia pikir semua akan berakhir. Tapi ternyata tidak, karena Dave justru malah tergila-gila dengannya. Tidak ada yang salah dari perasaan Dave. Namun, yang menjadi kerumitan adalah, Dave sudah punya istri. Juga Minami merupakan bocah SMA, sekaligus anak dari kerabat istrinya. Lalu, bagaimana jika semua ini terbongkar?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.