/0/6212/coverbig.jpg?v=33fcc45f392f9a7bbf6673d20c778e0d)
Talitta Prameswari Hadiarga (19), memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan pindah ke kota kembang Bandung. Setelah memergoki kekasihnya, Yuda, sedang bercumbu panas dengan seorang wanita di apartemennya. Setelah di Bandung Talitta dipertemukan dengan Birly Belvia Adicipta, gadis yang menolong Talitta menemukan alamat rumah sang tante, Birly pun menjadi perantara pertemuan Talitta dengan Davaro Mahawira Aradiasa (28), mantan kekasih dari Elsa wanita yang berselingkuh dengan Yuda. Namun takdir seolah mempermainkan Talitta, dua bulan menetap di Bandung, kedua orang tua Talitta yang tinggal di Jerman pulang ke Indonesia untuk memberi kabar pada Talitta tentang perjodohannya, namun ternyata pria yang dijodohkan dengannya adalah Davaro, mantan kekasih Elsa, membuat Talitta curiga adanya unsur kesengajaan yang terjadi dalam perjodohannya. Akankah pernikahan mereka bertahan lama ? Akankah ada cinta yang hadir di dalam rumah tangga mereka?
Talitta sedang berjalan ditengah teriknya matahari. Menyusuri jalanan komplek besar kota baru Bandung, sudah 1 jam setengah ia berjalan namun alamat sang tante belum juga ia temukan, seharusnya Talitta di jemput oleh Gensa, sepupunya namun saat di bandara Talitta tak melihat batang hidung dari sepupunya itu, saat mencoba menghubungi ponselnya pun tak ada jawaban sama sekali, akhirnya Talitta memutuskan untuk menggunakan taksi menuju komplek tersebut.
Namun saat sudah sampai di stopan utama bunderan globe besar, taksi yang ditumpangi Talitta mogok, dan mengharuskan Talitta berjalan kaki karena ternyata sedari tadi Talitta tak melihat ada Taksi atau ojek yang melewatinya. Hingga sekarang Talitta masih terus mencoba menghubungi Gensa sepupunya, namun tetap tak ada jawaban sama sekali.
Talitta memutuskan untuk beristirahat dulu, duduk di sebuah kursi taman pinggir jalan raya tersebut, sambil menyeka keringatnya yang mengucur dari dahinya.
" Awas aja ya kamu Gen, kalau udah ketemu, aku hajar kamu tanpa ampun !" geram Talitta sambil memencet-mencet kesal ponselnya.
Guk..guk..guk...
Seekor anjing coklat menggonggong ke arah Talitta, sontak Talitta menoleh dan melotot kaget saat sang anjing sedang bersiap berlari ke arahnya, dengan refleks Talitta berlari kencang sambil menyeret kopernya.
" Aaaaa, Bunda... tolong Litta !" teriak Talitta sambil berlari sangat kencang dan berbelok kekiri entah kemana yang terpenting untuk Talitta adalah berlari sekencang mungkin menghindari kejaran anjing coklat tersebut.
Aksi Talitta yang berlari dan berteriak membuat seseorang yang sedang ada di sebuah kedai melongo bingung.
" Itu anak kenapa?" gumam seorang pria jangkung tersebut, tak lama seekor anjing melewatinya membuatnya memanggilnya.
" Shiro !" panggilnya sambil bersiul membuat sang anjing menghampirinya, lalu Pria tersebut mengusap kepala anjing tersebut.
" Kamu kabur lagi ya dari rumah, hm? nakal ya habis ngejar orang !" ucap Vandrey, nama pria tersebut, Shiro adalah anjing yang dipelihara Vandrey, kebetulan ia baru pulang kantor dan menepi dulu untuk membeli kopi di kedai kopi.
Sementara itu Talitta sedang mengatur nafasnya sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri, setelah berbelok tadi Talitta tak melihat lagi sang anjing membuatnya berhenti mengatur nafasnya.
" Bunda doain Talitta apaan sih, sampai Litta ngalamin dikejar anjing gini !" lirih Talitta lelah dengan wajah memerah.
" Lagian ini beneran Bandung kan ? udah jam setengah 4 masih aja panas terik gini, gak beda jauh sama jakarta !" gerutu Talitta menatap langit cerah.
Talitta melihat diseberang jalan sana ada sebuah minimarket biru yang menyediakan kursi, Talitta berjalan menyebrang menuju minimarket tersebut, tenggorokannya sangat terasa kering setelah berlari tadi, lalu Talitta membeli 2 botol minuman, satu mineral dan satu lagi susu rasa moka kesukaannya, Talitta meminum minumannya sambil duduk beristirahat di kursi minimarket tersebut.
Duk...
Koper Talitta terjatuh karena tersandung seseorang, sontak membuat Talitta menoleh ke arah kopernya.
" Eh sorry... sorry saya gak sengaja !" ucap gadis berambut blonde sepunggung tersebut.
" Gak apa apa !" ucap Talitta biasa saja.
" Duh jadi kotor kopernya, maaf ya, saya enggak sengaja !" ucap gadis tersebut menyesal.
" Its oke gak apa apa kok !" ucap Talitta tersenyum, namun kemudian Talitta mengingat sesuatu.
" Eh maaf kamu tinggal di komplek ini ?" tanya Talitta
" Iya saya tinggal di komplek ini !" jawabnya.
" Oh syukurlah, kenalin dulu, saya Talitta !" Ucap Talitta ramah, membuat gadis tersebut menyerngit namun tetap menjabat tangan Talitta.
" Kamu tau komplek Candra duta nomor 10 enggak ? saya lagi nyari alamat rumah tante saya, sudah dua jam mungkin saya nyari tapi belum ketemu !" tanya Talitta lagi.
" Oh, Candra duta saya tau, kebetulan rumah saya juga disana !" jawab nya.
" Oh syukurlah, masih jauhkah dari sini ? kira-kira saya pake apa buat bisa sampai kesana, adakah ojek atau taksi ? jujur saya capek gak kuat jalan lagi !" keluh Talitta sambil melirik kakinya sedikit lecet akibat tadi berlari memakai flat shoes.
" Ya jauh lah, kalau jalan mah ada 20 menitan, disini enggak lewat taksi atau ojek, ini jalanan komplek soalnya heheh !" ucap gadis tersebut menahan tawa saat Talitta menanyakan Taksi dan ojek, membuat Talitta melongo bingung.
" Ya udah kamu ikut saya saja kalau gitu, kebetulan saya juga mau pulang kok !" ucap nya lagi.
" Apa nggak ngerepotin ya ?" tanya Talitta tak enak.
" Enggak kok, tapi nunggu ya, saya telpon dulu supir, soalnya saya pakai motor, gak muat kalau bawa koper !" ucap nya semakin membuat Talitta tak enak.
" Aduh serius jadi ngerepotin ya, sory nama kamu siapa ?" tanya Talitta.
" Saya Birly, gak apa apa kok, lagian keadaan kamu sudah acak-acakan gitu kasian juga kalau enggak saya tolong !" canda Birly membuat Talitta malu.
" Iya tadi saya jalan dari stopan globe besar itu, terus dikejar anjing lagi, apes !" gerutu Talitta membuat Birly menahan tawa.
" Kamu baru kesini ya ?" tanya Birly.
" Hmm, aku baru kesini, pindahan dari jakarta !" jawab Talitta.
" Kenapa gak minta jemput tante kamu aja ?" tanya Birly.
" Udah, tante aku kebetulan lagi di semarang, tapi kata tante, anaknya bakal jemput di bandara tapi nyatanya enggak ada dan susah dihubungi !" ucap Talitta dengan wajah kesal.
" Oh gitu, paling dia tidur abis maen game !" gumam Birly membuat Talitta menatapnya.
" Apa ?" tanya Talitta.
" Eh eng-enggak kok !" jawab Birly gugup.
" Kamu kenal Gensa ?" tanya Talitta membuat Birly menahan nafas.
" Eung...Kenal... mungkin !" ucap Birly gugup dan ragu membuat Talitta menyerngit bingung, namun Talitta teringat sesuatu.
" Kamu Birly Belvita ya ?" selidik Talitta.
" Loh, kok tau nama panjang saya ?" tanya Birly kaget.
"Oh Jelas.... saya inget, pernah lihat di I.G nya Gensa, heheh, kamu pacar Gensa ya ?" tanya Talitta menggoda.
" Mantan tepatnya !" gumam Birly membuat senyum goda Talitta memudar.
" Astaga ! Udah putus ya ?" tanya Talitta Kaget.
"Hmm, sepupu kamu selingkuh sama cewek yang lebih tua dari saya, jahat !" ucap Birly kesal membuat Talitta melotot kaget.
" Apa ? kurang dihajar kayaknya si Gensa !" marah Talitta
" Kamu tenang aja, saya bakal hajar si Gensa nanti, bakal saya acak-acak hubungan dia sama si pelakor itu !" ucap Talitta menggebu penuh dendam membuat Birly menyerngit aneh.
" Gak usah, lagian saya sudah lama putus dari dia, saya gak apa apa kok ," ucap Birly pada Talitta.
" Tetap saja, saya jijik sama pelakor plus lelaki gak setia kaya gitu !" kesal Talitta.
" Haha, baiklah, tuh supirku, ayo kita pergi sekarang !" ajak Birly .
" Itu motor kamu gimana ?" tanya Talitta.
" Santai, nanti supir yang bawa, masukin kopernya ke bagasi ," titah Birly pada Talitta lalu Talitta dibantu pak supir memasukan kopernya.
" Pak Dirman bawa motor aku ya, aku aja yang nyetir," ucap Birly pada supirnya sambil memberikan kunci motornya pada Pak Dirman
Lalu mereka pun memasuki mobil jazz putih Birly, dan melaju menuju perumahan Candra Duta yang dimaksud Talitta, kawasan kota baru Bandung memang memiliki struktur seperti kota kecil mandiri, didalamnya ada beberapa macam perumahan yang dilengkapi fasilitas seperti sekolah, rumah sakit ,mall dan lainnya,
Kota baru memiliki pemandangan yang asri dan sangat indah, dengan taman yang sangat diurus oleh pihak pengelolah, sehingga Talitta memilih healing nya di kota Bandung ini.
Kurang lebih sepuluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah mewah bercat putih.
" Nah ini Candra Duta nomor 10, tante Jihan kan nama tante kamu ?" tanya Birly memastikan.
" Iya betul, makasih ya Bir mau direpotin antar saya sampai depan rumah gini !" ucap Talitta tak enak.
" Santai, saya juga ini sambil pulang kok, tuh rumah saya yang nomor 15 cat biru putih !" ucap Birly sambil menunjuk rumahnya.
" Oh, dekat ya ternyata, kebetulan banget !" ucap Talitta.
" Heum, deket banget, kapan-kapan main dong ke rumah saya !" ucap Birly.
" Oke, nanti saya main kerumah kamu, eh boleh minta nomor kamu ? supaya nanti kalau mau main bisa ngabarin dulu !" ucap Tallita.
" Boleh, nih nomor saya !" ucap Birly memberikan kartu namanya.
" Kamu kuliah di Baktijaya?" tanya Talitta melihat kartu nama Birly.
" Iya saya kuliah di sana baru semester satu, baru mau mulai sebulan lagi sih, maba nih, heheh, gayaan aja udah bikin kartu nama cap Baktijaya," ucap Birly membuat Talitta tertawa kecil.
"Hahah, Sama dong, saya kuliah disana juga, jurusan apa Birl ?" tanya Talitta antusias.
" Manajemen, kalau kamu ?" tanya Birly.
" Sama lagi dong, kayaknya kita bakal barengan deh !" ucap Talitta senang.
" Ahaha syukur lah, jadi kamu langsung ada temen ya, beruntung banget," ucap Birly terkekeh kemudian mereka tertawa.
" Tal
!" panggil Seseorang dari dalam pagar rumah membuat Talitta dan Birly menoleh, ketika melihat siapa yang memanggil,sontak wajah Birly berubah.
" Tal, saya balik dulu ya udah sore, bye " ucap Birly langsung masuk ke dalam mobilnya.
" Makasih !" teriak Talitta pada Birly yang sudah melajukan mobilnya
Talitta menatap tajam pada Gensa membuat Gensa meneguk ludahnya kasar, takut akan kemarahan kakak sepupunya ini.
" Ini nih Calon Bajingan !" ucap Talitta sambil berjalan menabrak bahu Gensa kencang.
Gensa meringis dan menghela nafas pasrah akan amukan sang kakak sepupunya itu, toh memang salahnya yang tidak menjemputnya.
Talitta menatap tajam Gensa yang saat ini sedang duduk di hadapannya sambil menunduk memainkan ponselnya, sudah cukup lama mereka di posisi seperti itu sejak tibanya Talitta dirumah Gensa, namun diantara mereka belum ada yang mengalah membuka suara.
Hal itu sebenarnya membuat Talitta kesal, Talitta kira Gensa akan meminta maaf padanya karena tidak menjemputnya di bandara tadi hingga membuat Talitta terluntang lantung dijalanan.
" Ehm , Kamu gak ada sedikitpun niat meminta maaf sama saya, Gensa ?" Tanya Talitta datar, hingga membuat Gensa mengangkat kepalanya menatap Talitta kemudian tersenyum canggung.
" Hehe, oh ya lupa, maaf ya Tal, aku tadi ketiduran ," Ucap Gensa namun dengan wajah tanpa penyesalan menurut Talitta.
" Kamu tau saya landing di Bandung jam berapa ?" tanya Talitta sambil bersedekap dada masih memandang tajam Gensa.
" Jam 2 siang kan ?" Tanya Gensa ragu.
" Sekarang kamu lihat sudah Jam berapa ?" tanya Talitta semakin datar.
" Jam setengah 6 ku..rang ," ucap Gensa terbata di akhir kalimat. Gensa melotot kaget saat menyadari jam berapa saat ini.
" Astaga,Tal ,Kamu kemana aja baru sampai sini jam segini ?" tanya Gensa watados.
Talitta melongo karena pertanyaan Gensa, lalu Talitta menghirup udara banyak-banyak lalu membuangnya perlahan guna menenangkan dirinya yang saat ini hendak meledak marah pada Gensa.
" Saya nyasar, taksi yang saya naiki mogok di stopan utama globe didepan, setengah 3 saya sudah disini, tapi karena saya jalan kaki dan saya dikejar Anjing membuat saya semakin nyasar entah kemana, dan mantanmu , Birly menjadi perantara Tuhan buat nolong Saya yang sudah sekarat karena jalan jauh !" Terang Talitta menatap Gensa tajam tanpa kedip.
" Nih !" ucap Talitta sambil menunjuk kakinya.
" Lecet, luka akibat jalan berjam-jam !" ucap Talitta sontak membuat Gensa meringis bersalah.
" Masih mau masang wajah tanpa dosamu itu ?" Tanya Talitta membuat Gensa menggeleng cepat.
" Maafin aku Tal, aku ketiduran tadi, ini aja baru bangun ," ucap Gensa menyesal membuat Talitta mendengus kesal.
" Cowok semua kaya gitu ya, mencari alasan pembenaran atas kesalahan nya, kenapa sih ? gak bisa banget buat tanggung jawab sama janji ?" Marah Talitta pada Gensa.
Lalu Talitta Berdiri dan meninggalkan Gensa yang masih menunduk, Talitta memilih untuk pergi dan beristirahat di kamar yang sudah disediakan asisten rumah tangga tantenya.
Jujur saat ini Talitta benar-benar ingin menghajar Gensa, namun Talitta urungkan karena menyadari bahwa emosinya bukan hanya pada Gensa, tetapi emosi terbesarnya masih disebabkan oleh Yuda sang mantan yang tega mengkhianatinya, jadi ia memilih menghindari Gensa. terlebih saat tahu Gensa menduakan Birly, membuat amarah Talitta kian memuncak, karena ia tahu rasanya dikhianati seperti apa, namu ia sadar itu bukan kuasanya untuk ikut campur.
Akhirnya Talitta memutuskan untuk mandi kemudian tidur tanpa makan malam, karena masih enggan bertemu Gensa, ditambah rasa laparnya memang sedang hilang entah kemana, suara ketukan pintu pun tak di hiraukan nya, Talitta memilih tidur dengan menggunakan earphone di telinganya.
Harap bijak dalam membaca... Bisa mengantar dalam halusinasi untuk berhubungan badan!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Natalia dulu mengira dia bisa meluluhkan hati Kenzo yang dingin, tetapi dia salah besar. Ketika akhirnya memutuskan untuk pergi, dia mendapati dirinya hamil. Meski begitu, dia memilih untuk diam-diam meninggalkan dunia pria itu, yang mendorong Kenzo untuk mengerahkan semua sumber dayanya dan memperluas bisnisnya ke skala global-semua itu dilakukannya demi menemukannya. Namun, tidak ada jejak Natalia. Kenzo perlahan-lahan berubah menjadi gila, menjungkirbalikkan kota dan membuat kekacauan. Natalia akhirnya muncul kembali bertahun-tahun kemudian, dengan kekayaan dan kekuasaannya sendiri, hanya untuk mendapati dirinya terjerat dengan Kenzo sekali lagi.
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.