/0/6628/coverbig.jpg?v=5d55fac3f1612dd0d18bae7d3a03b0cf)
"Sentuh aku sesukamu, tapi jangan rusak kesucianku" Permintaan gadis lugu, yang merelakan tubuhnya di bayar pria pemburu nafsu. Demi bertahan hidup dalam kemiskinan, dan membantu keluarganya. Akankah Rayana bisa mempertahankannya, atau justru terjerembab di dalam permainannya sendiri.
Bab 1 Virgin
Bertahan Hidup
"Dasar manusia tidak tahu diuntung? Saya pikir, kamu itu lugu, baik dan rajin. Tidak tahunya, hanya seorang maling!" hardik Pak Arsal dengan wajah merah padam.
Lelaki tua itu terlihat sekali marah, matanya melotot menatap kesal Rayana.
"Pergi sekarang! Saya tidak sudi mempekerjakan seorang pencuri di sini!" teriak Pak Arsal dengan suara naik satu oktaf.
"Tidak Pak, demi Tuhan saya tidak mencuri, sungguh Pak. Pasti ada yang menjebak saya," sahut Rayana membela diri sambil memohon kepada sang majikan.
Tiba-tiba, Pak Arsal mendorong tubuh kecil Rayana dengan cukup kuat, hingga gadis yang di hardiknya jatuh tersungkur. Tanpa memperdulikan Rayana, Pak Arsal masuk ke dalam toko. Sedangkan gadis itu langsung bersimpuh dan memohon.
"Pak, tolong Pak, jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini Pak, tolong kasihanilah saya, tolong Pak," pintanya mengiba sambil bersimpuh dan memohon dengan wajah yang sudah berurai air mata.
Namun lelaki paruh baya itu kembali lagi dengan membawa tas kecil milik Rayana yang ia cengkram dan kemudian ia lemparkan kencang, tepat mengenai wajah Rayana.
"Pergi! Dan jangan lagi kamu tampakkan wajahmu di sini! Ini upahmu!" teriaknya lagi. Sambil melemparkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah ke tubuh Rayana.
"Tidak Pak, tolong jangan pecat saya, saya mohon Pak," pintanya lagi dengan memohon.
Ia menyatukan kedua telapak tangannya ke depan dadanya. Namun pria paruh baya itu tak mengindahkannya. Ia berlalu, dan Raya mengejarnya, memegangi kaki Pak Arsal sambil terus memohon.
"Tolong Pak, kasihanilah saya. Jangan pecat saya Pak, saya bersumpah atas nama Tuhan, saya tidak mencuri Pak," racau Raya memohon kepada sang majikan. Tapi dengan kasar pria paruh baya itu menjauhkan tangan Rayana dari kakinya. Bahkan ia kembali mendorong tubuh kecil Rayana.
"Lepaskan! Tangan kamu terlalu kotor. Jangan pegang-pegang. Seharusnya kamu berpikir dulu sebelum mencuri, ya begini akibatnya kalau tidak jujur saat bekerja!" bentak Pak Arsal lagi. Ia berjalan menjauhi Rayana.
"Sungguh Pak saya tidak mencuri apapun, demi Tuhan."
"Dasar maling, mana ada maling mengaku, tolol kamu, sana pergi!" teriaknya lagi dan meninggalkan Raya yang masih duduk bersimpuh di pelataran toko besar tersebut.
"Tapi saya tidak mencuri Pak, demi Tuhan aku tidak mencuri," gumamnya dalam isak. Ia masih tergugu sambil duduk bersimpuh. Lalu perlahan mulai mengutip satu persatu uang kertas yang berserakan di sampingnya. Kemudian mengusap lembut ujung matanya, juga pipinya.
"Tuhan, Kau tahu bukan, aku tidak melakukannya. Sungguh, aku tidak diajarkan oleh Ayah Bunda tentang hal buruk tersebut. Tolong Tuhan, berikan aku keadilan, aku tidak bersalah," gumamnya lirih, sambil merapikan uang dalam genggamannya dan memasukkan ke dalam tasnya. Ia memandangi toko serba ada yang menjulang di hadapannya, yang selama enam bulan terakhir memberinya kehidupan.
🍂🍂🍂🍂🍂
Hari telah berganti, pekan pun berlalu, kini bulan baru telah datang kembali. Setelah menganggur selama satu bulan lebih, Rayana masih berharap ada satu saja lamaran yang ia masukkan ke kantor-kantor ada respon dan jawaban. Namun hingga bulan baru kembali datang, tak ada satupun kabar dari lamaran yang ia tunggu-tunggu.
Duduk termenung di sebuah kamar dengan luas 2 x 3 m, beralaskan kasur tipis yang sudah begitu usang. Rayana menekuk lututnya dan memeluk kedua kakinya tersebut.
"Ya Tuhan, uang tabunganku sudah menipis. Bagaimana ini, tapi belum juga ada panggilan kerja," gumamnya lirih, perih yang menyelimuti hatinya. Rayana melirik ponsel miliknya, meraih, lalu menyalakan benda tersebut, kemudian menggeserkan jempolnya, membuka-buka situs-situs internet yang ada di ponselnya. Ia melihat sebuah aplikasi yang dikhususkan untuk mencari pasangan.
"Cari teman dapat uang? Apaan sih, nggak ngerti aku," gumamnya lirih.
Rasa penasaran hinggap di kepalanya. Sebuah aplikasi, dimana yang di dalamnya hanya berisi wanita. Rayana mengerutkan dahinya sambil menggigit ujung bibir bawahnya. Isi kepalanya masih berpikir tentang aplikasi tersebut.
"Hah?! Jual badan maksudnya, astaga," ucapnya sambil menepuk keningnya sendiri. Keningnya berkerut, alisnya bertaut, ia berpikir keras.
"Tapi sepertinya cepat dapat uangnya. Ya Ampun, bagaimana ini, apa aku kerja ini saja ya?" gumamnya lagi, ia menggigit bibir bawahnya kembali, "Tapi masa depan pernikahanku? Astaga, ayolah Raya, berpikir dengan jernih."
Bisik hatinya lagi, batinnya berperang. Himpitan keuangan memaksanya harus cepat mendapatkan pekerjaan, namun kenyataan tak memberikan jawaban atas kegundahannya.
Rayana berpikir, Bagaimana caranya, agar ia tetap perawan tapi tetap bisa membuat pelanggannya puas dengan pelayanannya. Rayana menghela nafasnya, lalu kembali menatap layar ponselnya. Terlintas untuk browsing segala hal yang berkaitan dengan hubungan badan.
"Astaga, apa mungkin bisa?"
Ia memejamkan matanya kuat, dadanya berdegup kencang. Sementara itu terlintas dalam benaknya, nasib kedua orang tuanya, juga adik-adiknya yang bergantung kebutuhan darinya.
"Akan aku coba, semoga bisa."
Dengan tangan gemetar, ia mengunduh aplikasi tersebut. Mengisi biodata palsu untuk menyamarkan namanya. Karena memang semua pengguna aplikasi tersebut semuanya menggunakan identitas samaran. Dara Manis, iya, dia menggunakan nama tersebut ke dalam aplikasi tersebut.
Dan baru lima belas menit Rayana memanjang foto editan dirinya, ada chat masuk ke nomor ponselnya. Mata Rayana terbelalak, ia tak percaya akan secepat itu. Lalu ia membaca pesan tersebut dengan tubuh yang panas dingin.
"Hotel Melati pukul tujuh malam, kita ketemu di sana, berapa tarif untuk dua jam."
Begitulah isi pesan tersebut. Tangan Rayana gemetar, ia tak tahu harus membalas apa, karena sejujurnya ia sangat takut. Karena, jangankan melayani lelaki, ia belum pernah di sentuh oleh seorang pria pun sebelumnya. Dengan tangan gemetar, ia membalas pesan tersebut.
"Aku masih perawan, dan tidak ingin keperawananku hilang karenanya, apa bisa?", balas Rayana.
"Hahahaha, soal gampang itu, yang penting lakukan saja apa yang saya mau, dan saya tidak akan merusak selaput dara yang kamu miliki, saya jamin itu", balasan cepat dari pemesan Rayana.
Tubuh Gadis itu kian panas dingin karenanya. Belum sempat ia membalas pesan tersebut, sudah ada lagi satu pesan lainnya.
"Hotel Cinta nomor dua belas, besok siang pukul dua. Saya akan bayar mahal, jika kamu bisa memuaskan saya."
Begitu isi chat dari pria yang kedua. Mata Rayana kian membulat, sungguh tak terpikir olehnya akan secepat itu respon dari para pria kesepian, atau hidung belang. Rayana tak bisa menggambarkannya.
"Ya Tuhan, bagaimana ini, Ayah dan Bunda pasti akan sangat murka kepadaku. Jika sampai mereka tahu apa yang aku lakukan nanti," gumamnya lirih, dan perih semakin menggerogoti perasaannya. Ia berniat untuk menghapus aplikasi tersebut, dan mengabaikan pesanan yang sudah masuk. Toh nomor ponselnya bisa di blokir. Dengan begitu mereka tak akan menghubungi Rayana.
"Hapus saja, pasti nanti akan ada pekerjaan yang lebih baik, aku yakin itu."
Baru saja ia hendak menghapusnya, Tiba-tiba ponselnya berdering, matanya kian sayu, kala ia melihat nama yang terpampang dari layar ponselnya adalah nama sang Bunda. Dengan tangan gemetar dan tubuh yang lemas, ia menyambungkan panggilan tersebut.
"Bunda, apa kabar?", sapanya lembut dengan airmata yang berurai tak tertahan.
"Baik sayang, Raya apa kabar Nak? Bagaimana pekerjaanmu? Ayah menanyakanmu," sahut suara sang Bunda dari seberang ponselnya. Rayana meremas dadanya, perih kian menjalar di dalam sana. Ia mengusap lembut pipinya yang semakin basah.
"Raya baik bunda, pekerjaan juga baik-baik saja, puji Tuhan. Ayah Bunda dan adik-adik apa kabar?", balasnya, dengan menahan sesak yang begitu menghimpit dadanya. Ia mencoba untuk kuat dan bersabar.
"Kami baik Nak, cuma kesehatan Ayah yang sedang menurun, dan mau berobat, Bunda sedang kehabisan uang. Lalu satu minggu lagi, Bondan ada les tambahan yang biayanya cukup besar Nak. Apa Raya bisa membantu kami?", ucap sang Bunda.
Rayana menggigit ujung bibir bawahnya dengan kuat dengan mata yang terpejam. Ia menghela nafasnya panjang, dan membungkam mulutnya sendiri. Sekilas, lalu kembali ke obrolannya bersama sang Ibu.
"Berapa Bunda butuh, untuk biaya Ayah berobat juga biaya les sekolah Bondan," jawabnya pasti.
Ia mengusap kasar wajahnya, dan meraih gelas yang ada di hadapannya. Lalu meneguknya hingga air didalam gelas tersebut tandas tak tersisa.
"Mungkin sekitar lima juta Nak, kalau Raya ada ya, kalau tidak ada, tidak apa-apa, Bunda akan coba mencari pinjaman ke tetangga besok," sahut Sang Ibunda lagi.
"Ada Bunda, dua hari lagi Raya kirim ya. Sekarang Raya mau istirahat dulu, besok Raya harus berangkat lebih pagi, karena toko sekarang sangat ramai. Salam buat Ayah, Bondan dan Rasinta. Selamat sore semuanya."
Rayana langsung memutus sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari sang Bunda. Ia melempar ponselnya dan meraih bantalnya. Ia menenggelamkan wajahnya di atas bantal dan tergugu di sana.
"Kenapa seberat ini kehidupanku Tuhan? Kenapa?!", keluhnya diantara isak yang terdengar begitu pilu. Ia menangis hingga terlelap dalam tidurnya. Entah berapa lama ia tertidur, hingga suara ponsel terdengar di telinganya dan membuatnya membuka matanya dan dengan cepat meraih ponselnya.
"Halo Manis, saya tunggu setengah jam lagi ya, kirim lokasi kamu, biar saya jemput saja ya?"
Suara dari seberang ponsel yang membuat Rayana membulatkan matanya dengan nafas yang memburu dan detak jantung yang menderu. Ia menatap ponselnya, dan semakin membuat tangannya gemetar.
🍁BERSAMBUNG🍁
Apa yang akan Rayana lakukan?
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.