/0/6750/coverbig.jpg?v=e80e5c9cae82761bc7184e9872fd545c)
Elisa tak menyangka, kebaikan hatinya untuk menampung sang sahabat di istananya justru menjadi awal petaka hancurnya rumah tangga yang sudah ia bangun selama lima tahun bersama dengan Aries, pria yang sangat dicintainya. "Aku hamil Mas." Seperti disambar petir di siang bolong, Elisa begitu terkejut mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut sahabatnya. Orang yang sangat dipercaya olehnya justru mengkhianati dengan begitu kejam. Sanggupkah Elisa mempertahankan rumah tangganya, dan menerima Alin sebagai madunya. Atau justru pergi meninggalkan pria yang telah mengkhianatinya dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Aries mengerutkan keningnya, apakah dia bermimpi mendengar yang Alin katakan? Wanita yang mati-matian memintanya untuk menjadikan dia satu-satunya milik ternyata dengan begitu entengnya mengatakan ingin dia kembali bersama dengan Elisa.
Apa Alin waras? Atau justru wanita itu telah merencanakan sesuatu dibalik keikhlasannya memberikan kesempatan untuknya kembali lagi bersama dengan Elisa.
"Jangan menatapku curiga seperti itu? Aku serius dengan ucapanku. Aku sadar jika hatimu bukanlah untukku, melainkan untuk Elisa. Aku menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga kalian, menusuk sahabatku sendiri dari belakang. Aku dengan teganya merebut pria yang Elisa cintai, sekarang aku sadar dan aku ingin mengembalikan keadaan menjadi seperti semula lagi," ujar Alin menjelaskan seolah dia mengerti dengan yang dipikirkan oleh Aries tentang dirinya.
Aries menatap lekat wajah Alin. Mencari kebohongan atas setiap kata yang terlontar dari mulut wanita itu padanya.
Perselingkuhan di antara dirinya dan juga Alin bukanlah sepenuhnya kesalahan wanita itu. Dia pun turut bersalah karena sebagai seorang pria, dia tak bisa setia pada satu orang wanita.
Nafsu belaka yang dia rasakan pada Alin, kini telah menghancurkan segala mimpi yang dirajut bersama dengan Elisa dulu. Menyesal itulah yang Aries rasakan. Ingin rasanya mengembalikan keadaan seperti dulu lagi, dimana dirinya dan Elisa merajut rumah tangga bahagia, sedangkan Alin hanyalah orang asing yang dibantu oleh sang istri dan memberikan tumpangan pada Alin untuk tinggal di rumah mereka.
"Apa kamu benar-benar ingin mengembalikan keadaan seperti dulu lagi Alin? Dimana aku bersama dengan Elisa dan kamu bukan siapa-siapa bagi kami berdua?" tanya Aries.
"Jika itu bisa membuatmu bahagia, maka aku akan melakukannya. Aku ingin menebus kesalahan yang pernah aku lakukan pada sahabatku," jawab Alin dengan yakin.
Sekarang Aries yang menjadi serba salah saat mendengar yang dikatakan oleh Alin barusan. Apa dia menjadi orang yang jahat, mengorbankan Alin demi kebahagiaannya?
Tapi sejak dari awal, seharusnya hubungannya dan Alin tidak pernah terjadi. Aries tahu semua itu salah, tapi dia tetap melanjutkan hubungan terlarang itu. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan. Dirinya atau Alin? Atau mereka berdua memang sama-sama telah bersalah.
"Mas, aku tidak pernah memilih pada siapa cintaku ini berlabuh. Tapi dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku tidak pernah merasa menyesali telah mencintai pria sepertimu Mas. Walaupun aku tahu, awal dari hubungan kita itu memang salah," ucap Alin.
Alin meraih tangan Aries, mengusap punggung tangan pria itu dengan lembut. Alin terisak, dia menatap lekat wajah Aries yang tak ingin menatap dirinya.
"Aku setuju jika kamu menceraikan aku, setelah bayi ini lahir aku benar-benar akan pergi dari kehidupanmu Mas. Aku berjanji tidak akan pernah mengganggumu ataupun Elisa lagi. Tapi jika boleh aku ingin meminta satu hal padamu, selama hubungan kita masih berstatus sebagai suami istri, tolong perlakukan aku dengan baik selayaknya seorang Istri sama seperti dulu kamu memperlakukanku Mas," ujar Alin.
Aries menghembuskan napas kasar, sadar jika saat ini Alin memang membutuhkan perhatian darinya sebagai seorang suami. Aries seharusnya tidak egois, di dalam kandungan Alin ada anaknya dan dia harus memperhatikan darah dagingnya terlepas dari bagaimana perasaannya pada Alin saat ini.
"Maafkan aku Alin. Maaf karena aku telah menyakitimu," kata Aries.
Alin tersenyum, "Tidak apa-apa Mas. Beri aku kesempatan untuk merasakan menjadi istrimu sampai perpisahan di antara kita benar-benar akan terjadi," kata Alin.
Tanpa menjawab, Aries menarik Elisa ke dalam pelukannya. Bingung harus bereaksi bagaimana, hatinya tidak ingin kembali lagi bersama dengan Alin. Tapi tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan juga calon ayah, membuat perasaannya menjadi serba salah sekarang.
"Aku akan berusaha, tapi aku minta padamu Alin. Tolong jangan lagi menganggu Elisa, biarkan dia hidup dengan tenang," ucap Aries memperingati.
"Iya Mas, aku tidak akan pernah menganggu Elisa lagi. Aku tidak akan mengecewakanmu."
Alin berkata dengan sungguh-sungguh, dia memeluk buku Aries. Tentu saja dia tidak akan mengganggu karena bukan dirinya yang akan menangani wanita itu. Tapi ada orang lain yang akan membalaskan rasa sakit hatinya pada Elisa, karena lagi-lagi wanita itu menjadi penghalang untuk dia bisa memiliki Aries seutuhnya.
***
Neta kini dipanggil untuk datang oleh Alvaro ke rumahnya. Masih ada hal yang mengganjal dipikirkannya, dan harus dia tanyakan pada wanita itu.
Alvaro tidak ingin menuduh, tapi dia hanya ingin memperingati saja. Jangan sampai Neta membocorkan dimana dia dan Elisa sekarang tinggal pada orang lain.
"Al, aku minta maaf. Bukan maksudku untuk berkata lancang. Hanya saja aku ..."
"Katakan saja Net, apa kamu yang memberitahu pada Aries di mana kita tinggal sekarang?" desak Alvaro meminta Neta untuk mengakui semuanya.
Neta menganggukkan kepalanya pelan, tidak memiliki pilihan lain lagi selain mengakui kesalahan yang dia lakukan pada Elisa dan juga Alvaro.
Dia memang bersalah, tapi tidak pernah bermaksud untuk memberikan peluang pada Aries mendekati Elisa lagi. Neta hanya ingin Aries dan Elisa menyelesaikan masalah yang terjadi di antara keduanya.
Tapi Neta tidak menyangka niat baiknya tidak sebaik yang terjadi. Ia berpikir Aries memang benar-benar ingin menyelesaikan masalahnya dengan Elisa dan meminta maaf pada wanita itu atas apa yang dilakukan. Namun, nyatanya Aries datang untuk meminta Elisa kembali lagi bersama dengannya.
"Al, maaf ... Aku memang memberitahu Aries alamat rumah kalian. Aku bermaksud baik dan tidak menyangka Aries menginginkan hal lain, bukan untuk meminta maaf padamu," sesal Neta.
"Tapi Net, tidak seharusnya kamu melakukan semua itu. Kamu sadar karena sikap lancangmu itu, Aries ..."
"Al." Elisa menegur, tidak ingin sampai Alvaro tidak bisa mengendalikan emosinya dan sampai mengatakan hal-hal yang buruk pada Neta.
Alvaro berdecak kesal, ingin rasanya dia marah pada Neta. Tapi sadar jika Neta adalah orang yang selama ini membantunya dan Elisa.
Tidak ada gunanya juga jika dia marah pada wanita itu, Aries sudah tahu di mana mereka tinggal sekarang. Tidak ingin bersembunyi terus dan menghindar dari Aries, Alvaro akan menghadapi pria itu dan memperketat penjagaan pada Elisa demi menghindari kegilaan Alin yang bisa saja mencelakakan Elisa lebih dari yang pernah wanita itu lakukan.
"Aku minta maaf Elis, Al," ujar Neta tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf karena dirinya, Aries kembali membuat ulah dengan ingin menghancurkan hubungan Elisa dan Alvaro.
Hubungan yang dengan susah payah, Alvaro bangun demi mendapatkan kepercayaan dari seorang Elisa, wanita yang pernah tersakiti karena pernikahan yang dijalinnya dengan Aries.
"Sudahlah Net, jangan meminta maaf seperti itu terus. Semua sudah terjadi dan yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahan dirimu," kata Elisa menenangkan Neta dan meyakinkan wanita itu jika semuanya akan baik-baik saja.
"Elisa benar Net. Kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Untuk masalah Aries sepertinya aku sudah tidak bisa menghindar lagi, aku akan menghadapinya," ujar Alvaro.
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”