/0/6774/coverbig.jpg?v=6bd581527c3166c90a0a261f10c00173)
Lee Ha Yi, itu namaku. Seorang penyanyi perempuan asal Korea. Karirku cukup gemilang beberapa tahun terakhir. Dari teman artis sampai rakyat biasa, mereka memanggilku dengan julukan, "Putri Negeri Dogeng." Sebab suara yang khas, mirip penyanyi-penyanyi wanita dari Barat. Selain menjalani profesi yang sekarang, aku mencoba dunia akting. Menjadi pemeran utama bersama Lee Jaewon. Hati ini rasanya berdebar setiap kali beradu akting dengannya. Karena dia adalah aktor kawakan yang mendedikasikan hidupnya untuk berakting. Itu sih, yang aku baca dari artikel. Namun, kebahagiaanku sirna tatkala orang itu muncul dan kembali menggangguku. Padahal dia sudah berjanji akan melepasku! Dia, si pria b r e n g s e k berotak m e s u m. Aku sungguh mengbencinya!
Seorang pria berusia hampir tiga puluh tahun, terlihat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Tangan dan matanya saling bekerjasama dalam mengecek setiap dokumen hasil kerja para karyawan. Lembar demi lembar diperiksa, agar tidak ada satupun yang luput dari perhatian.
Dia adalah Park Min Jun, CEO muda dari perusahaan bernama Star P. Corporation. Minjun terpaksa menggantikan posisi sang Ayah karena beliau masih terbaring di rumah sakit akibat kecelakaan tempo hari.
Minjun menghela napas bosan. Pekerjaan ini bukannya berkurang malah kian bertambah seiring waktu. Dirinya menatap ponsel di samping, iseng menyalakan lagu dari aplikasi legal. Karena penasaran dengan Top Star Music dalam aplikasi tersebut, Minjun memutarnya, mencoba mendengarkan.
"Lagu ini cukup bagus," Minjun tertarik dengan sosok si penyanyi. Ia segera membuka aplikasi Metube dan mengetikkan judul lagu di layar ponsel.
Beberapa menit menonton acara TV yang dibintangi penyanyi perempuan itu. Sekujur tubuhnya mendadak seperti tersentak. Cahaya dalam mata berubah, terlihat dingin dan menajam secara bersamaan. Saat itu, keduanya langsung tertuju pada tayangan video di ponsel. Seketika dirinya tampak senyum miring.
***
"Si-siapa kau? Lepaskan aku b r e n g s e k!" pekik seorang gadis dengan mata tertutup kain.
Kondisinya kini sangat mengenaskan. Dia Lee Hayi, yang terbiasa berdiri di atas panggung megah dan diteriaki oleh para penggemar, kini terjebak di sebuah tempat yang tak dikenal. Dengan tangan dan kaki terikat oleh seutas tali, berada tepat di tengah ranjang.
Terdengar bunyi pakaian yang dilempar ke lantai. Gadis itu mulai gelisah. Dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.
Orang itu, entah siapa. Gadis itu bahkan tidak tahu jenis kelaminnya apa. Tapi firasatnya mengatakan, ia sedang bersama seorang maniak!
"Ja-jangan mendekat! Kuperingatkan kau. Jangan sekali-kali melangkahkan kakimu itu lagi!" Si gadis menggertak, dengan suara yang mulai bergetar karena ketakutan. Ingatannya pun segera diputar balik, saat dirinya belum berada dalam kondisi seperti sekarang.
Kilas balik yang tergambar, ketika ia masih berada di pesta perayaan debut solo artis satu agensi.
"Ric, selamat ya atas debut solomu," ucap Hayi sembari menebarkan senyum terbaik dan menyalami tangan penuh tato.
Richard, seorang artis pendatang baru. Dia tersenyum dengan daun telinga yang memerah. Lantas membalas uluran tangan Hayi sambil berkata, "Terima kasih, Kak Hayi!"
Kemudian Hayi mencoba menggodanya dengan berbisik tetap di telinga, "Kau juga jadi sangat tampan sekarang. Berbeda dari biasanya," Sembari melirik setelan jas yang dikenakan Richard seraya mengedipkan sebelah mata.
Richard tambah salah tingkah, dia membenarkan dasi sebagai bentuk ungkapan rasa gugupnya. Melihat juniornya yang seperti itu, tanpa segan Hayi memukul pundaknya keras-keras, "Aku bercanda, Richard. Jangan terlalu tegang lah!" Sambil menyunggingkan senyum jenaka.
"Ha-ha-ha, begitu ya?"
Richard, dia berusaha tertawa bersama Hayi. Namun, terdengar seperti dipaksakan. Semoga dia bisa beradaptasi dengan seniornya yang agak usil.
Setelah mengobrol sebentar dengan Richard, Hayi beralih menyapa yang lain hingga ke sudut-sudut gedung.
Akhirnya dia bisa duduk di meja bundar dengan manajer dan teman-teman satu agensi. Akan tetapi, akibat kebiasaan minumnya yang tidak dapat dikontrol, Hayi mabuk berat karena terlalu banyak minum Soju-minuman beralkohol.
Ah, Hayi ingat sekarang. Ada seseorang tak dikenal memaksanya masuk ke mobil. Teman-teman dan manajer tidak tahu karena mereka sedang pergi sebentar.
Tiba-tiba kepalanya berdenyut seperti diremas. Bayangan tentang siapa yang menculik pun muncul. Tampak samar, tapi masih bisa dikenali bahu lebarnya.
Orang itu ... seorang pria!
Ranjang mendadak berderit. Hayi sangat yakin si penculik sudah sangat dekat posisinya.
"Coba panggil namaku, Park-Min-Jun."
Tidak tahu apa maksudnya menyebutkan nama. Mungkin dia tidak takut ditangkap polisi. Atau jangan-jangan kriminal itu yakin korbannya tidak akan bisa kabur, makanya bisa sesantai itu dalam bertindak.
"Aku tidak peduli! Cepat lepaskan aku!" teriak Hayi sambil meronta-ronta. Namun, tak ada yang terjadi.
"Kau ... kau jadi sangat imut, aku suka."
Bibir digigit, telapak tangan terasa berkeringat selepas mendengar kalimat tersebut. Sebuah susunan kata yang membuat Hayi baru sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Karena sekeras apapun usaha yang dilakukannya, tidak akan bisa membuatnya lepas dengan mudah tanpa mengalami kerugian.
**********
Di sinilah Hayi sekarang, menangis dengan tubuh bergetar hebat. Pria b i a d a b itu berhasil menerobos mahkotanya yang selama ini ia jaga. Meski di Korea berhubungan sebelum menikah itu biasa. Namun, Hayi terlahir dari keluarga yang taat. Berhubungan sesudah nikah adalah impiannya.
Dengan keadaan ditutup mata dan diikat, tentunya Hayi tak bisa berbuat apa-apa. Sekarang dirinya hanya bisa meratapi nasib bersama isak tangis yang tidak pernah putus.
"Tidurlah, besok kau masih harus melayaniku."
"Kenapa tidak kau bunuh saja aku?" Hayi berkata lirih, suaranya sudah habis karena menangis.
"Mungkin ... nanti jika ingin," ucap Minjun sembari mengancingkan kemeja lalu memakai jas setelah mandi. Dan keluar begitu saja tanpa peduli dengan kondisi perempuan yang sudah digaulinya.
Hayi mengerang sejadinya, meronta-ronta dari ikatan. Walaupun hasilnya selalu nihil, dia tidak peduli. Trauma dari hubungan memaksakan ini, membuat Hayi sedikit kehilangan akal sehatnya.
Pria itu sudah pergi cukup lama. Begitupun Hayi, sudah tidak dapat mengeluarkan air mata lagi. Benar-benar sudah kering tak tersisa.
Mendadak pintu kamar dibuka. Seorang perempuan berpakaian pelayan masuk. Dia membawa ember kecil berisi air bersih hangat untuk memandikan Hayi. Dengan telaten perempuan itu mengusap tubuh Hayi yang penuh lebam dengan kain yang dibasahi air hangat.
Tak ada yang memulai pembicaraan di sana. Bahkan ketika perempuan itu menyentuh daerah sensitif, Hayi bergeming, sudah seperti mayat hidup.
"Saya harap Nona tidak menyerah sekarang. Karena Tuan Minjun akan sangat senang melihat Anda menderita seperti korban-korbannya yang lain," tutur perempuan itu. Hayi bisa mendengar isakan yang mencoba ditahan.
"Kau ... menangis?" tanya Hayi tak yakin.
"Maaf, maafkan saya!" pekik perempuan pelayan itu langsung menyeka air di matanya.
Tanpa menjawab pertanyaan Hayi, dia langsung berlari keluar sambil membawa ember setelah menyelesaikan tugas. Sementara itu satu kalimat dari perempuan tersebut, mengakibatkan sesuatu dalam dirinya bangkit. Alam bawah sadar Hayi seperti berkata, dia tidak boleh menyerah.
***
"Tidak peduli seberapa sering kau menyakitiku, aku tidak akan pernah menampakkan kelemahanku padamu! Minjun B r e n g s e k!"
Minjun menoleh, menatap Hayi yang masih tertutup matanya dan terikat. Dia justru menyeringai dan kembali naik ke ranjang.
"Lakukan saja sesukamu, aku tidak peduli!"
"Sungguh?" tanya Minjun seraya membelai rambut kusut Hayi karena perbuatannya.
"Aku terkenal nakal bagi orang-orang disekitarku. Baik orang tua, manajer, maupun teman-teman, mereka sangat tahu sifatku. Hal sepele seperti ini, sudah biasa bagiku," tutur Hayi menggebu-gebu.
"Biasa ya? aku pikir, kau akan lebih depresi dari perempuan lain karena milikmu sudah kurenggut paksa. Tidakkah kau merasakannya?"
Napasnya tercekat. Hayi merasakan nyeri yang amat sangat ketika mengingat hal itu lagi. Tapi tidak, dirinya harus kuat, jangan sampai menunjukkan kelemahan.
"Aku ... tidak masalah. Kau lihatkan? Aku sama sekali tidak sedih. Yah, awalnya memang menyakitkan. Namun setelah itu, aku sudah tidak memikirkannya lagi."
Tiba-tiba saja raut wajah Minjun berubah setelah mendengar ucapan Hayi. Seketika penutup mata dilepas. Wajah yang terbingkai sempurna itu langsung terlihat bersinar berkat cahaya yang menyelinap dari celah gorden. Alis tebal dan kedua mata tajamnya memenuhi penglihatan Hayi.
Hayi tak menyangka, si brengsek dihadapannya ini adalah pria yang melecehkannya berulang-ulang.
"Kau membosankan," cecar Minjun dengan wajah tanpa ekspresi.
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?