Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Bastard My Stepfather
Bastard My Stepfather

Bastard My Stepfather

5.0
141 Bab
56.5K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Dave Eshan Mahendra terpaksa harus menyerah atas pernikahannya bersama dengan Dara Caroline yang sudah berjalan enam tahun lamanya. Dia yang memendam cinta dengan Clara Caroline—sang putri tiri, ditambah Dara yang berselingkuh membuatnya benar-benar pasrah dan menerma takdir. Clara Caroline, merupakan gadis yang penuh dengan semangat dan ceria. Sikapnya yang baik dan ramah disukai banyak orang, termasuk sang papa tiri. Hingga dia yang terkejut mendengar kabar perpisahan kedua orang tuanya membuat Clara mendatangi kantor sang papa. Namun, siapa sangka jika di sana, dia juga mendapat pernyataan cinta dari sang papa yang membuatnya bimbang. Bahkan Clara membutuhkan waktu lama untuk membuat keputusan. Sampai dia menerima perasaan Dvae, membuat keduanya menajdi sepasang kekasih yang membawanya pada sebuah rahasia yang tidak pernah diketahuinya. Sebenarnya, rahasia apa yang tidak Clara ketahui? Lalu, apakah hubungan keduanya akan berjalan dengan lancar, mengingat Dave adalah mantan suami Dara? Apa yang akan Dara lakukan ketika mengetahui jika anak dan mantan suaminya menjalin hubungan?

Bab 1 Kabar Mengejutkan

"Selesai,” ucap Clara ketika selesai mengoleskan liptint di bibirnya. Manik matanya menatap kaca rias, mengamati penampilannya yang terlihat biasa. Hanya riasan tipis dan juga rambut dibiarkan tergerai. Dia hanya memberikan jepit kecil di pinggir, berusaha menahan agar rambutnya tidak ke depan.

Clara Caroline mengulas senyum manis ketika melihat tampilannya kali ini. benar-benar jauh dari kata glamour. Hanya kaos yang dipadukan dengan kemeja yang dibiarkan terbuka dan androk jeans diatas lutut, membuat kaki jenjangnya terlihat dengan jelas. Jika dibandingkan dengan dirinya yang merupakan anak tunggal dari seorang pemilik perusahaan besar, penampilan Clara kali ini sangatlah biasa, tetapi tidak mengurangi kecantikannya sama sekali.

Clara menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia mulai bangkit dan meraih sepatu kets di dekatnya. Dengan tenang, dia mengenakan dan langsung meraih tas yang tergeletak di meja belajar. Kakinya melangkah riang, menuju ke arah pintu kamar.

Clara masih terus bersenandung. Paginya memang selalu ceria dan penuh kebahagiaan. Bahkan dia merasa jika keluarganya begitu sempurna. Kedua orang tua yang begitu menyayanginya dan selalu memberikan perhatian untuknya. Meski keduanya sibuk bekerja, mereka tidak pernah lupa memberikan perhatian, sekecil apa pun itu dengan Clara. Terlebih menyadari jika papanya adalah papa tiri, tetapi menyayangi dirinya layaknya seorang anak kandung dan Clara bersyukur dengan itu. Tuhan memberikan semua kebahagiaan yang dia butuhkan.

Clara yang sudah berada di lantai dasar langsung menuju ke arah ruang makan. Kosong. Kedua orang tuanya belum turun di bawah. Hal yang tidak biasa karena biasanya keduanya sudah duduk dan menunggu dirinya. Namun, Clara tidak menaruh curiga sama sekali.

“Selamat pagi, Nona,” sapa seorang wanita dengan pakaian sederhana.

Clara yang baru akan duduk langsung tersenyum lebar dan menatap ke asal suara. “Pagi, Bi Nadia,” kata Clara.

“Hari ini Mama dan Papa belum keluar, Bi?” tanya Clara sembari meraih roti di depannya.

Bi Nadia yang mendengar terdiam. Dia baru akan membuka mulut dan mengatakan sesuatu ketika manik matanya melihat seorang wanita menuruni anak tangga. Suara ketukan sepatu terdengar dengan cukup jelas, membuat ruangan yang sempat hening kembali bersuara.

“Kalau begitu bibi ke dapur lagi ya, Nona,” ucap Bi Nadia dan mendapat anggukan dari arah Clara.

Hening. Clara hanya diam, melanjutkan makannya sembari menunggu sang mama yang masih melangkah ke arahnya. Hingga tidak beberapa lama, wanita rambut sebahu duduk di depan Clara dan tersenyum lebar.

“Pagi, Ma,” sapa Clara.

“Pagi juga, Sayang,” sahut Dara—mama Clara.

Clara mulai mengalihkan pandangan, menatap ke arah lain karena sang mama hanya datang sendiri. Manik matanya masih mengamati tangga, menantikan seseorang yang lain. Namun, lama dia menunggu, tidak ada yang terlihat sama sekali, membuat Clara kembali menatap sang mama dengan penuh tanya.

“Mama sendiri? Papa gak ikut sarapan?” tanya Clara, bingung karena biasanya kedua orang tuanya tersebut keluar secara bersamaan.

Dara yang baru saja menyantap makanannya menghentikan dan menatap putrinya lekat. “Dia sudah tidak di sini. Jadi, jangan tanyakan dia lagi,” jawab Dara, terdengar tegas dan penuh wibawa.

Namun, Clara yang masih penasaran mengabaikannya dan kembali bertanya, “Kenapa?”

“Karena mama dan papa akan berpisah. Kami sudah mengajukannya ke pengadilan,” jawab Dara, terkesan enteng dan tanpa beban.

Sedangkan Clara yang mendengar langsung terdiam dengan raut wajah kaku. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika mendengarnya. Keluarga yang selama ini terasa sempurna dan memberikan kebahagiaan untuknya hancur seketika. Hingga dia menatap ke arah sang mama, menelan saliva pelan dan menatap lekat.

“Kenapa kalian berpisah?” Clara masih penasaran, kenapa kedua orang tuanya harus berpisah? Padahal sang mama dan papa terlihat benar-benar harmonis selama ini. Tidak pernah terjadi pertengkaran sama sekali, membuat Clara benar-benar terkejut ketika mendengar kabar perceraian keduanya.

“Sudah tidak ada kecocokan dalam hubungan kami, Clara. Jadi, itu sebabnya kami memutuskan untuk bercerai. Lagi pula, hubungan yang dipaksakan juga tidak akan berakhir dengan baik,” jawab Dara, membuat Clara semakin terdiam.

***

Seorang pria dengan tubuh tegap dan rahang tegas tengah melangkahkan kaki. Raut wajahnya terlihat begitu tenang, tidak terlihat ekspresi sama sekali. Manik matanya masih fokus dengan jalanan di depannya. Beberapa karyawan yang melintas pun langsung menundukkan kepala, memberikan hormat, tetapi hal tersebut tidak menarik perhatian seorang Dave Eshan Mahendra—seorang pemimpin perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi.

“Dave.”

Dave yang mendengar panggilan tersebut langsung menghentikan langkah. Dia mulai mengalihkan pandangan, menatap ke asal suara, menatap seorang wanita dengan rambut sepundak yang tengah menatap ke arahnya.

“Tadi pagi aku ke apartemen kamu, Dave. Tapi sayangnya kamu gak ada,” ucap wanita tersebut ketika sudah sampai di depan Dave. Bibirnya mengulas senyum lebar, menatap pria di depannya lekat.

“Untuk apa kamu ke sini, Hayu?” Dave malah balik bertanya dan menatap lekat.

Hayu Ginela. Wanita tersebut semakin mengulas senyum lebar, membuat kedua sudut matanya semakin tertarik dan menampilkan senyum yang cukup manis. Ditambah dengan piawai Hayu yang begitu lembut, membuatnya tampak semakin sempurna. Sifat dewasanya menjadi nilai plus untuk penampilan wanita tersebut.

“Aku rasa kita tidak ada urusan kali ini,” imbuh Dave ketika tidak juga mendapat jawaban.

Hayu yang mendengar langsung mendesah kasar. Dia mulai melangkahkan kaki, menuju ke arah Dave. Tanpa aba-aba, dia langsung mendekap tubuh Dave dan meletakan kepala di ceruk leher pria tersebut.

“Aku merindukan kamu, Dave,” ucap Hayu, mengabaikan tubuh Dave yang sempat menegang. Hingga dia melepaskan dekapan dan menatap ke arah Dave lekat.

“Dave, kamu tidak merindukanku?” tanya Hayu dengan tatapan lekat dan tangan dikalungkan di leher Dave.

Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Dave hanya diam, mengamati tingkah sahabatnya lekat. Sudah lama dia tidak bertemu dengan Hayu, membuatnya cukup heran melihat tingkah sahabatnya tersebut. Biasanya Hayu terkenal kalem dan tidak seagresif seperti saat ini.

Padahal baru satu tahun yang lalu aku bertemu dengan dia, tetapi sudah banyak perubahan dengannya, batin Dave, masih mengamati tingkah Hayu.

Hayu yang tidak juga mendapat jawaban langsung berdecak kecil dan menghentakkan kaki. “Aku padahal begitu berharap kamu merindukan aku karena kita sudah lama tidak bertemu, Dave,” ucap Hayu, memasang raut wajah kesal.

“Sebenarnya apa yang terjadi, Hay?” Bukan merespon ucapan Hayu, Dave malah bertanya hal lain, membuat wanita tersebut diam dan menatap lekat.

“Kalau ada yang mau kamu ceritakan, kamu bisa bercerita denganku,” ucap Dave serius.

“Jadi, ini alasan kenapa Papa dan Mama akan berpisah?”

Dave yang mendengar celetukan tersebut langsung menatap ke asal suara. Kedua matanya langsung melebar ketika melihat Clara sudah berada di depannya, menatap lekat dengan raut wajah datar.

“Clara,” gumam Dev, terkejut dengan kehadiran putri tirinya.

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY