Suamiku memilih menikah lagi dan pergi meninggalkan kami, Namun Karma akan selalu mengikuti.Dia dan wanita itu sedang menikmati masa tuanya yang suram.
Suamiku memilih menikah lagi dan pergi meninggalkan kami, Namun Karma akan selalu mengikuti.Dia dan wanita itu sedang menikmati masa tuanya yang suram.
Pembalasan Anak Laki-lakiku
Part 1
"Jangan cari aku lagi, anggap saja aku tidak pernah hadir dalam hidup kalian," usir Mas Rahman. Wanita yang ada di sampingnya tersenyum sinis dan terus menggamit erat lengan suamiku.
"Apa yang harus aku jelaskan pada anak-anak kita, Mas?" tanyaku mengiba, aku berharap Mas Rahman luluh dan mau pulang bersamaku.
"Apa peduliku, mereka hanya jadi beban dalam hidupku. Jika aku terus hidup bersamamu, aku harus kerja banting tulang untuk makan kalian. Aku capek!" teriak Mas Rahman garang, kini semua orang yang berlalu lalang di terminal melihat ke arah kami. Sebenarnya aku sangat malu jika harus memohon dan mengiba agar Mas Rahman mau pulang. Tapi aku tidak punya pilihan lain lagi, aku butuh dia untuk anak-anakku.
"Tapi siapa lagi yang akan memberikan mereka nafkah jika bukan ayahnya," lirihku pelan. Hancur perasaanku saat mengetahui suamiku menikah lagi, tapi hatiku terlebih sakit saat mengetahui jika dia mengakui pada semua orang yang ada disini jika dia duda tanpa anak. Bagaimana perasaan anak-anak di rumah jika mereka mengetahui ayahnya sendiri tidak mengakui mereka sebagai anak.
"Kan sudah kukatakan dari tadi, anggap saja aku sudah mati. Aku juga tidak butuh kalian lagi, disini aku sudah memiliki anak dan istri." Dia berkata dengan pongah, ku akui dia laki-laki yang tampan. Yang dengan mudahnya menaklukkan hati wanita mana saja yang dia inginkan. Disini dia juga sudah memiliki istri dan satu orang anak laki-laki, anak si perempuan itu.
"Kamu nggak dengar kata suamiku Aini, dia sudah mengusirmu, kamu nggak malu?" tanya perempuan itu dengan sinis, dia tersenyum melihatku mengiba seperti ini. Hilang sudah harga diriku di depan mereka, ini semua aku lakukan semata demi anak-anakku. Mereka butuh sosok ayah, sebagai pelindung, sebagai pahlawan mereka.
"Yang mana suamimu, yang ini? Suami yang hasil rampasan," tanyaku menatap tajam matanya yang penuh dengan riasan makeup.
"Mas ...." Dia merengek manja pada Mas Rahman meminta untuk dibela karena aku telah menyindirnya.
"Diam kamu Aini, dia sama sekali tidak merebutku darimu, aku yang dengan suka rela menikahinya, tarik balik kata-katamu tadi," bentak Mas Rahman dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.
Dia benar-benar telah dibutakan cinta wanita jalang itu, janda beranak satu, itupun anak dari hasil hubungan gelapnya dengan suami orang. Dan sekarang dia butuh sosok ayah untuk anaknya, hingga dia merebut ayah anak-anakku.
Aku tau semua cerita tentang wanita itu, karena wanita itu adalah gadis yang dulunya mengontrak di rumah mertua. Iya, Ibu dan Ayah Mas Rahman memang mempunyai rumah yang sedikit lebih luas. Jadi ada beberapa kamar kosong yang dijadikan sebagai kamar kontrakan bagi mahasiswa atau orang yang yang masih single. Wanita yang merebut suamiku bernama Maya, dia salah satu yang mengontrak di rumah mertuaku. Dia dulunya kuliah di Universitas di dekat rumah mertua, jadi untuk lebih mudah untuk berangkat ke tempat kuliah dia memilih untuk ngekost di daerah yang dekat dengan kampusnya.
Tapi sayangnya, dia tidak lulus kuliah karena telah di DO oleh pihak kampus. Itu karena dia ketahuan hamil diluar nikah, dan naasnya laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab atas janin yang ada dikandungnya. Beberapa kali kulihat istri dari laki-laki itu kerumah Ibu mertua untuk melabrak Maya. Aku sebagai wanita saat itu juga kasihan melihat Maya di aniaya oleh istri sah pacarnya, tapi aku bisa apa. Karena saat itu aku juga sedang mengandung buah cintaku yang pertama dengan Mas Rahman.
Tidak berapa lama setelah hari penganiayaan itu, akhirnya Maya dijemput oleh keluarganya. Terlihat Ayah dan Ibunya Maya berkali-kali meminta maaf kepada mertua karena kelakuan anaknya yang meresahkan. Hanya saja dulu Mas Rahman sama sekali tidak melirik ataupun tertarik pada Maya. Sudah bertahun-tahun kami tidak bertemu lagi dengannya setelah kejadian itu, entah dimana mereka bertemu kembali.
"Mas, aku mohon. Pulanglah demi anak-anak, aku tidak tau harus menjelaskan apa jika mereka bertanya tentang kamu," ujarku penuh iba, jika memang Mas Rahman tidak mau menerimaku lagi tidak mengapa, tapi jangan anak-anak. Mereka masih butuh kasih sayang seorang ayah, apalagi si bungsu, dia sangat lengket dengan Mas Rahman.
"Apa kamu bilang, pulang demi anak-anak? Kamu tau Aini, aku pergi meninggalkan kalian karena aku tidak sanggup lagi menghidupi anak-anak kamu yang seabrek," maki Mas Rahman lagi dengan tertawa simpul. Seabrek katanya, dulu ketika aku ingin menggunakan kontrasepsi Mas Rahman lah yang paling melarang, karena dia tidak puas katanya, sekarang dia malah menyalahkan aku. Wanita itu tertawa karena melihatku di hina oleh Mas Rahman, dia menang.
Lalu aku pulang dengan air mata berlinang dan tidak bisa berhenti menetes. Aku pulang menaiki bus yang menuju ke kotaku. Kota dimana aku merajut mimpi dan cinta, berjanji berdua akan setia selamanya sampai ke surgaNya. Tidak pernah aku bayangkan sebelumnya aku akan di tinggalkan oleh laki-laki yang telah memberikan aku enam orang anak. Anak-anakku masih kecil, empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Sebelumnya keluarga kami termasuk keluarga yang harmonis, walaupun ekonomi kami pas-pasan tapi tidak pernah sekalipun kami mengeluh. Sampai akhirnya Mas Rahman yang bekerja sebagai teknisi dipecat, karena pengurangan karyawan di perusahaan. Saat itulah sikap Mas Rahman menjadi sedikit berubah, dia sangat pusing memikirkan bagaimana caranya agar kami tetap bertahan hidup. Jadi, suatu hari datang teman kantornya Mas Rahman kerumah. Dia bernasib sama dengan suamiku, di PHK oleh perusahaan. Dia mengajak Mas Rahman untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, lebih tepatnya membuka usaha sendiri.
Temannya Mas Rahman yang bernama Adi itu menjelaskan jika di kota, besar peluang untuk kita membuka usaha di bidang teknisi. Setelah berbincang-bincang lalu temannya Mas Rahman pamit pulang dan menunggu jawaban dari kami.
"Bagaimana menurutmu, Dek?" tanya Mas Rahman saat aku sedang memasak di dapur untuk makan malam kami sekeluarga.
"Bagaimana apanya, Mas?" Aku malah berbalik tanya, karena sejujurnya aku berat jika harus jauh dari Mas Rahman. Bukan hanya karena akan rindu, tapi juga tidak ada lagi yang membantuku mengurus anak-anak.
"Yang ditawarkan oleh Adi tadi."
"Menurut Mas gimana?" aku menjawab tanpa menoleh kearah Mas Rahman yang sedang menggendong si bungsu. Sedang kakak-kakaknya bermain di ruang keluarga.
"Sebenarnya Mas juga berat jika harus pisah jauh dari kalian, tapi kalau disini Mas nggak tau harus kerja apa. Kamu tau sendiri tabungan kita sudah nggak ada, belum lagi biaya sekolah anak-anak." Wajah Mas Rahman terlihat lesu, aku tahu jika dia sekarang sangat pusing memikirkan darimana harus mendapatkan uang. Sebaiknya memang aku yang harus mengalah.
"Pergilah, Mas. Tapi kamu kan tau jika pergi kesana untuk membuka usaha membutuhkan modal. Sedangkan tabungan kita sudah tidak ada, untuk makan besok saja aku bingung mau masak apa. Untung saja masih ada stok beras,"
"Bagaimana, jika aku menggadaikan sertifikat rumah ini." Usulan dari Mas Rahman mampu membuatku tercengang, bagaimana mungkin menggadaikan rumah ini. Sedangkan ini adalah rumah peninggalan orang tuaku yang sudah tiada, aku tidak rela melepaskan rumah ini jika sewaktu-waktu Mas Rahman tidak mampu membayar.
"Nggak, Mas. Aku nggak setuju, bagaimana jika kamu tidak sanggup untuk membayarnya. Bagaimana jika usaha kamu tidak maju," tanyaku bertubi-tubi.
"Dek, setiap usaha itu ya butuh modal. Dan setiap kita ingin membuka usaha, kita harus siap rugi. Tapi kamu tenang saja, aku akan berusaha semampuku untuk membuat kalian bahagia."
Lama aku terdiam dan tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Aku melanjutkan aksi memasak agar segera cepat selesai.
"Salma, tolong siapkan piring dan gelas untuk kita makan malam ya," aku sedikit berteriak pada Salma-- anak perempuan tertuaku. Dia anak yang gesit juga pintar, kulitnya juga putih bersih seperti kulitku. Umurnya sekarang sudah dua belas tahun, dia anak kami yang ke empat.
Setelah piringnya di atur oleh Salma, aku segera menaruh nasi pada piring-piring. Kami makan malam bersama, jika biasanya orang-orang makan dalam keheningan, tidak dengan keluarga kami. Anak-anakku selalu ribut dan kadang-kadang yang tua menggoda adiknya.
Aku juga ikut makan dengan kondisi menggendong si kecil Anto, bisa dibayangkan bagaimana nyamannya aku makan. Tapi aku sama sekali tidak merasa sedih, malah aku bahagia bisa mengurus mereka semua dengan kasih sayang.
Setelah siap makan malam, anak-anak langsung aku suruh untuk tidur. Dan aku akan segera membereskan dapur dan piring kotor, sedang Mas Rahman menidurkan si kecil Anto. Dia tidak mau tidur jika bukan dengan ayahnya, sungguh mereka tidak bisa dipisahkan.
"Gimana, Dek?" Tiba-tiba Mas Rahman sudah ada di dapur. Aku yang sedang mencuci piring tidak menjawab dan terus saja kulanjutkan pekerjaan mencuciku.
"Kamu nggak kasian sama anak-anak, mereka butuh biaya untuk melanjutkan cita-cita. Kita butuh biaya untuk membahagiakan mereka, aku janji jika nanti aku sudah sukses disana. Kalian akan kubawa ke kota untuk tinggal bersama." Mas Rahman terus mengiba dengan dalih untuk membahagiakan anak-anak, dia tau aku, jika sudah menyangkut tentang kebahagiaan anak-anak aku akan luluh.
Ku hembuskan nafas perlahan dan mengelap tanganku yang basah, lalu aku berbalik menatap manik matanya yang mampu membuatku jatuh cinta.
"Baiklah, Mas. Aku setuju, besok pergilah mengurus semuanya," jawabku tersenyum dan dibalas pelukan hangat dari suamiku.
"Terimakasih, sayang." Mas Rahman mengecup keningku mesra, dia memang mampu membuatku jatuh cinta berkali-kali.
Setelah semuanya selesai, hari yang ditunggu pun datang. Hari ini Mas Rahman akan pergi ke kota bersama Adi temannya, aku melepaskan kepergiannya dengan air mata. Jangan tanya anak-anak, mereka histeris menangisi kepergian ayahnya. Maklum, kami tidak pernah berjauhan sebelumnya. Aku menenangkan pikiran dengan mensugesti diri sendiri jika Mas Rahman pergi menjemput kebahagiaan, ternyata benar. Dia memang pergi menjemput kebahagiaannya sendiri, tapi tidak dengan kami.
Senja terpaksa harus menikah dengan Aksa Wijaya. Laki-laki yang berstatus Duda satu anak. Aksa mengalami kecelakaan yang mengakibatkan keadaannya koma selama satu bulan lebih. Riyanti, istrinya langsung menggugat cerai Aksa karena dia tidak mau merawat dan mempunyai suami yang Lumpuh. Namun Senja yakin, jika suatu saat Aksa pasti akan sembuh. Mampukah Senja mengambil hati Aksa dan merawat Aksa sampai sembuh?
Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Sebelumnya hidupku baik-baik saja. Aman, tentram, damai dan terkendali. Meskipun aku bekerja sebagai publik figur di dunia entertainment. Tetapi aku tidak pernah mencari sensasi agar viral, atau pun terkena gosip miring hingga menjadi headline di akun lambe-lambean. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Thalita Eugenie Alexander. Seorang gadis cilik yang tiba-tiba menarikku ke meja kasir dan ingin membeliku. Lah, dia kira aku ciki atau permen kapas? Seenaknya saja mau dibeli. Namun, berawal dari kejadian itu, hidupku pun mulai kacau setelahnya. Kehadiran Tita dan ayahnya, Aksa Malvino Alexander, si duren sawit berbuntut dua. Perlahan membuat aku mendadak virall. Apalagi, dengan status si duda yang ternyata bukan orang biasa. Makin menjadi saja gosip yang menimpaku setiap harinya. Membuat aku muak, dan ingin sekali resign dari dunia entertainment yang kugeluti. Masalah lainnya adalah, si duda selain narsis parah, juga sangat pemaksa sekali. Aku harus ekstra keras memutar otak dalam menolak lamaran gilanya. "Saya heran, kok ada wanita bodoh seperti kamu?" Heh? Maksudnya? "Padahal ada berlian di depan mata. Bukannya diambil dan disimpan, malah di tolak. Waras kamu?" What the hell! "Saya juga heran sama Bapak. Sudah tahu ditolak, masih aja gigih maksa. Kayak gak ada cewek lain aja diluaran sana. Kenapa? Situ kurang laku, ya?" Nah, emang enak dibalikin? Lo jual, gue borong, Bang!
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY