/0/9549/coverbig.jpg?v=20230227004007)
Safira Nafisah, yang di hadapkan dengan pilihan. Antara cinta dan rasa sakit ibunya, rahasia apa yang di sembunyikan oleh mereka. Sehingga menjadi penghalang hubungan keduanya.
Safira Nafisah, yang di hadapkan dengan pilihan. Antara cinta dan rasa sakit ibunya, rahasia apa yang di sembunyikan oleh mereka. Sehingga menjadi penghalang hubungan keduanya.
1. Lembur.
Weekend adalah waktu untuk mereka yang mengenal kata libur, tapi tidak dengan Safira Nafisah. Weekend sama dengan hari-hari yang lain tetap bekerja, seperti pagi ini setelah menyelesaikan kewajibannya mengadukan nasib pada sang pemilik kehidupan Safira bersiap untuk bekerja.
"Nak, tidakkah kamu ingin seperti teman-temanmu untuk berlibur? Jangan memaksakan dirimu dengan pekerjaan. Istirahatlah jika kamu lelah," Utami hanya bisa menghela napas melihat gelengan kepala putrinya.
"Bu, ini adalah kesempatan untukku agar bisa lembur. Sayang Bu, jika tidak di ambil. masalah libur bisa di lakukan kapan saja, yang penting sekarang kita dapatkan uang yang banyak. Seharusnya Ibu yang istirahat, bukan aku." Safira mendudukan ibunya di kursi ruang makan, mereka menikmati satu piring nasi goreng dengan telor dadar di atasnya, makanan kesukaan Safira.
"Kenapa kamu terus saja menjawab perkataan ibu, Safira? Apa kamu tidak sayang pada Ibu? Bagaimana jika kamu sakit?" Utami mengeluhkan putrinya yang tidak mengenal kata lelah, tidak peduli jika ia akan pulang malam dan hari libur ia gunakan untuk mengambil lemburan di tempat lain.
"Kalau begitu, tugas Ibu adalah mendoakan agar putri Ibu tetap sehat. Agar putri Ibu yang cantik jelita ini akan tetap sehat, agar bisa bersama ibu," Sahut Safira.
"Ibu, tidak bisa berdebat dengan kamu Safira,"
"Sekarang kenapa ibu melamun? Ibu, aku tidak apa-apa, hari ini aku akan pulang lebih cepat dari biasanya, oke!!" Setelah menenangkan Utami, Safira mencari angkutan umum yang akan mengantarnya ketempat kerja.
Dengan berlari Safira mencari angkutan umum untuk mengantarnya, beruntung jalanan yang biasanya macet. Hari ini berjalan dengan lancar.
Sesampainya Safira di depan gedung mewah yang menjulang tinggi, tempat Safira menjadi seorang office girl. Pekerjaan yang di mata sebagian orang rendah namun tidak dengan Safira ia bangga bisa bekerja di perusahaan terkenal walau hanya seorang office girl.
Senyumnya merekah, mendapati dirinya tidak terlambat dengan wajahnya yang berseri Safira berseru.
"Akhirnya aku tidak terlambat!!" Seru Safira, dengan cepat mengganti pakaiannya dan membawa alat yang akan ia gunakan. Dengan cekatan Safira merapikan meja penuh dengan berkas dan dokumen yang berserakan.
Dua jam semua pekerjaan Safira telah di selesaikan, bertepatan dengan waktu istirahat. Saat akan meninggalkan ruang kerja salah satu staf. Tiba-tiba terdengar suara seseorang menghentikan langkahnya.
"Hei! siapa kamu?" tanya seseorang yang berada di belakangnya. Safira berbalik menolah kearahnya.
"Safira. Kamu hari ini lembur lagi? Bukankah setiap hari kamu sudah lembur, lalu kenapa di weekend seperti ini, kamu juga mengambil lembur?" Ardi salah satu keamanan di perusahaan yang mengenal siapa Safira.
"Pak Ardi, saya lebih suka bekerja. Kalau begitu saya izin dulu. Karena saya masih banyak pekerjaan, pak." kata Safira.
"Baiklah, tapi ingat Safira kamu harus istirahat jangan terlalu lelah. Pekerjaan kamu masih banyak yang lainnya," Safira melambaikan tangan meninggalkan Ardi, salah satu satpam yang dekat dengannya.
Pekerjaan yang telah menyita waktu dan tenaganya. Safira menatap tumpukan berkas yang harus ia selesaikan sebelum jam pulang.
"Safira, kamu belum pulang?"
"Pak Ardi, anda disini? Saya masih ada berapa pekerjaan harus selesaikan hari ini, pak."
"Apa tidak bisa kamu selesaikan besok saja? Sebaiknya kamu pulang,"
"Ya, pak, sebentar lagi selesai. Anda belum pulang?"
"Saya masih lama, menunggu rekan kerja dulu. Kamu tahu kan kalau saya baru bisa pulang, Kalau mereka yang akan mengantikan saya sudah datang. Nah, Safira, kamu sudah selesai hati-hati saat pulang, sebentar lagi malam."
"Siap pak," sahut Safira, ia kembali dengan pekerjaannya agar cepat selesai. Dengan begitu ia akan cepat pulang kerumah untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.
"Selamat malam, pak Ardi," sapa Safira saat melihat Ardi tengah berkeliling untuk memastikan jika keadaan tetap aman.
"Malam Safira, kamu mau pulang? Satu jam dari pertemuan kita tadi. Dan kamu baru pulang kamu harus hati-hati Safira, ini sudah malam." kata Ardi.
"Siap pak Ardi! Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam salam." Safira mengacungkan ibu jarinya sebelum, meninggalkan perusahaan. Safira berlari kecil meninggalkan kantor namun tiba-tiba seseorang menabraknya.
Bruakgh!!
Safira dan seorang wanita paruh baya terjatuh saat tidak sengaja mereka saling bertabrakan.
"Kamu? Untuk apa kamu malam-malam ada di perusahaan saya? Kamu maling hah!!"
Suara menggelegar membuat keamanan yang berjaga berlarian mendekati mereka.
"B– bukan, saya hanya," Sahut Safira dengan suara terbata.
"Oh! Jadi saya benar kalau kamu berniat tidak baik di perusahaan saya iya?!" Teriak wanita paruh baya.
"B–bukan,"
"Safira, Nyonya Sarah, apa yang terjadi dengan anda, Nyonya?" Ardi mendekati pemilik perusahaan yang tidak lain adalah Nyonya Sarah istri dari Ganendra Adiwangsa.
"Kamu lihat saya sedang apa hah? Kamu lihat saya sedang berenang di sini?" Kata Nyonya Sarah dengan intonasi tinggi.
"Apa yang kalian lakukan hah? Kenapa dia bisa masuk perusahaan dengan bebas? Kalian tahu banyak dokumen penting di perusahaan ini. seharusnya kalian waspada, banyak yang menyamar seperti dia. Hanya untuk mengambil surat berharga!!" Lanjut Nyonya Sarah dengan suara dingin menggema di seluruh loby kantor.
"Maaf, Nyonya, Safira sudah terbiasa untuk menerima lembur. Bukan hanya di hari biasa saja, tapi di weekend seperti saat ini, dia yang merapikan semua berkas di setiap ruang staf dan ruang kerja karyawan, Nyonya." Ardi menjelaskan kinerja Safira di kantor, apa yang dikerjakan oleh Safira selama lembur.
Wanita yang masih terlihat cantik walau usianya tidak muda lagi, memandang sekeliling ruang kerja yang terlihat rapi, Sarah yang datang ke perusahaan hanya ingin mengecek jika pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini benar-benar selesai. Namun ia tidak tahu jika wanita yang kini di depannya yang melakukannya, mengingat jika putranya akan kembali dan langsung mengunjungi perusahaan untuk menjabat sebagai CEO, sehingga Sarah ingin melihat keadaan.
"Kenapa kamu masih berdiri di sini? Cepatlah pergi, tapi ingat. Besok pagi kamu bersihkan lagi ruangan CEO. Saya tidak mau ada satu butir debu yang tergeletak di atas meja ataupun tempat di mana meja CEO berada, apa kamu mengerti?" tanya Sarah.
"B– baik Nyonya, saya akan melakukannya dengan rapi." Sahut Safira.
"Cepat, menyingkir dari hadapanku!" Suara tegas Sarah membuat Safira membungkukkan punggungnya. Dan berlalu meninggalkan Sarah bersama dengan Ardi.
"Tunggu! Kamu harus di periksa. Saya tidak ingin ada yang hilang dari perusahaan saya,"
Sarah mendorong tubuh Safira dengan kedua tangannya ia memeriksa tubuh Safira. Setelah ia tidak menemukan apapun di tubuh Safira, Sarah melepaskannya dengan tatapan tajam.
"Cepat jalan! Aku tidak ingin melihat kamu lebih lama lagi, disini!"
Safira mempercepat langkahnya mengingat dirinya terlambat sampai rumah, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Bayangan wajah sang Ibu membuatnya semakin terbawa perasaan. Safira berlari dengan kencang agar ia segera sampai. Benar saja, dari kejauhan Safira mendengar seseorang berteriak keras di dalam rumah sederhana milik ibunya.
"Ibu, ada apa ini? Kenapa mereka marah sama ibu?" tanya Safira.
"Oh! Kamu sudah pulang? Perlu kamu ketahui jika surat rumah ini sudah digadaikan oleh ibumu. Kamu tahu apa yang dilakukan oleh ibumu? Dengan santainya, ibumu tidak membayar cicilannya padaku yang
sudah jatuh tempo!" Pengakuan seorang wanita paruh baya dengan tubuh tambun membuat Safira terdiam, belahan menoleh ke arah ibunya yang menahan isak tangisnya.
"Ibu, apakah yang dikatakan oleh ibu itu, benar?" tanya Safira lirih.
"Apa kamu bilang? Ibu itu? Kamu pikir nama saya ibu itu, hah!" Safira menggaruk tengkuknya mendengar perkataan wanita di depannya.
"Tante, berikan sedikit waktu lagi. Saya janji setelah saya punya uang, akan saya bayar," Safira berusaha negoisasi, berharap permintaannya akan dikabulkan oleh wanita yang ia sendiri tidak tahu namanya.
"Enak aja! Ngajak nego. Hei, ibumu sudah berapa lama tidak bayar? Bukannya kamu pulang kerja, itu artinya kamu memiliki uang dong?"
"Maaf Tante, tapi saya belum gajian. Jika saya sudah gajian, maka saya akan membayar hutang ibu," ujar Safira memastikan jika yang ia katakan adalah benar adanya.
"Halah! alasan saja mau bayar, kalau punya uang amnesia kumat. Gaji kamu berapa?Jangan-jangan buat bayar masih kurang? Hei, kamu dengar ya, berapa hutang ibumu. Sekalipun kamu bekerja sepuluh tahun itu tidak akan bisa untuk melunasi hutang ibumu yang sudah membengkak!!" wanita tambun tersenyum miring, mendapati wajah pucat Safira.
"Hei. Kenapa kamu diam? Jawab kapan kamu akan bayar hutangnya? Kamu pikir dengan diam itu bisa melunasi hutang ibumu!" wanita tambun yang di panggil dengan nama Tante, menikmati pemandangan anak dan ibu yang terlihat semakin ketakutan.
Safira tertunduk lesu, tubuhnya yang lelah dan rasa lapar kini hilang begitu saja. Saat melihat Utami, ibunya terdiam menunduk menyembunyikan kesedihannya.
"Saya janji tante, saat gajian nanti Tante bisa datang ke sini mengambil uangnya. Tapi saya mohon untuk kali ini saja jangan mengganggu Ibu saya," ucap Safira memohon.
"Kalau kamu tidak mau ibumu diganggu oleh saya, maka sebaiknya jangan coba-coba untuk berhutang pada saya. Karena saya tidak segan-segan untuk mengusir kalian dan mengambil alih rumah ini, asal kamu tahu rumah ini sudah menjadi milik saya. Jika waktu yang saya berikan pada kamu tidak bisa melunasi hutang ibumu, maka hari itu juga kalian harus angkat kaki dari sini!" Kata wanita dengan dua preman yang mengikutinya dari belakang.
"Baik Tante, saya janji akan menepati janji saya pada tante." Ucap Sahira.
Brakkkk!!!
"Argh!!!"
Zafirah Radya Rafa seorang wanita bercadar, yang merelakan hidupnya dengan pria yang memiliki sifat arogan, bahkan dengan terang-terangan mengatakan jika dirinya tidak akan pernah mengakui pernikahannya. Azril Davis Elfathan seorang pemuda yang terbiasa hidup dengan dunia malam, tiba-tiba harus menikah dengan wanita yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. "Bang, aku mohon nikahi Zafirah, gantikan posisiku menjadi imam untuknya. dia wanita yang baik. Suatu saat Abang akan mencintainya. Jaga Zafirah untukku Bang aku mohon, ini permintaan pertama dan terakhirku." Zaki Elfathan, anak ke dua dari keluarga Elfathan. Pria muda yang memilih melanjutkan pendidikannya di Kairo, namun saat kembali dirinya men Ta'aruf seorang wanita bercadar yang tidak lain adalah temannya masa kecilnya. Namun sayang sehari sebelum melangsungkan pernikahan. Dirinya mengalami kecelakaan. Sebelum meninggal dirinya meminta sang kakak untuk mengantikan dirinya. Mampukan seorang Azril Davis Elfathan memenuhi permintaan sang adik yang di sayanginya??
Saat berusia tujuh belas tahun Aera Jung Jun meminjamkan rahimnya pada Tuan muda Myung Dae Hyun. Awalnya Aera menolak, mengingat dirinya yang masih sangat belia. Namun setelah ibunya Nyonya Seo Jung Jun dan Tuan besar Kang Soo Hyun terus mendesak dan kondisi Nyonya Seon Jung Jun semakin melemah sehingga Aera Jung Jun mengambil keputusan. Dengan terpaksa Aera Jung Jun menerima, terlebih Tuan besar Hyun yang bersedia menanggung pengobatan ibunya. Aera membiarkan rahimnya mengandung putra dari cucu Hyun yaitu tuan muda Myung Dae Hyun. Empat tahun kemudian, Tuan Myung Dae Hyun membutuhkan seorang baby sister untuk putra semata wayangnya. Hingga datanglah Aera Jung Jun menjadi baby sister nya. Apakah Aera akan tahu jika anak yang di asuhnya adalah putra kandungnya? Ikuti kisah perjalanan cinta mereka yang penuh dengan lika-liku.
Seperti mimpi buruk, Belva yang merupakan sosok perempuan kuno, terjebak cinta satu malam dengan Ares Ducan-pria angkuh dan dingin. Sialnya, hubungan satu malam itu membuat Belva mengandung anak Ares Ducan. Hubungan rumit membentang, ditambah dengan status sosial yang berbeda. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Belva dan Ares?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Suatu ramalan kuno yang sudah jutaan tahun terpendam di Bumi Karimun (Chenghu The) tepatnya di Benua Arkandaria menjelaskan munculnya Naga Langit atau Tian Long yang akan membelah langit dan menimbulkan kiamat di seluruh negeri. Hanya Ksatria Naga Phoenix yang bisa mengalahkan Naga Langit ini di tempat asalnya untuk mencegah kemunculannya. Sayangnya sudah ratusan ribu tahun sepanjang sejarah Kerajaan Arkandaria berdiri, belum pernah muncul Ksatria Naga Phoenix yang sangat sakti karena merupakan penggabungan Naga yang hebat dengan burung Phoenix yang sakti. Kisah ini kemudian hanya menjadi dongeng belaka untuk pengantar tidur penduduk Arkandaria. Zhu Fei yang terlahir dari pasangan Naga Phoenix dan Ksatria Naga diramalkan akan menjadi Ksatria Naga Phoenix pertama oleh Peramal Sakti Lu Ming dari Organisasi Merak Suci (Holy Peacock Sect). Zhu Fei berasal dari Keluarga Kerajaan yang berlimpah harta. Ayahnya Zhu Lei adalah Panglima Kerajaan Arkandaria yang memimpin Armada Laut Arkandaria yang sangat terkenal kehebatannya dan tidak terkalahkan sampai saat ini. Untuk memenuhi ramalan dari Peramal Sakti ini, Zhu Fei yang baru berumur 5 tahun sudah harus dikirim ke Pulau Pek Long untuk menjalani pelatihan yang terberat dalam hidupnya melebihi Bocah Naga biasa, Berhasilkah Zhu Fei memenuhi takdirnya untuk menjadi Ksatria Naga Phoenix? Atau Ksatria Naga Phoenix ini hanyalah dongeng penduduk Arkandaria semata? Benarkah Naga Langit ini akan muncul kembali? Berhasilkah Pendekar Naga Phoenix mencegah kehancuran dunia? Ikuti terus ya petualangan Zhu Fei untuk menemukan jawabannya. Arc 1 : Kisah Pendekar di Pulau Pek Long. Arc 2 : Pencarian Alam Naga Langit. Arc 3 : Pertempuran di Selat Huang He. Arc 4 : Petualangan di Lost Continent dan Outside Continent. Arc 5 : Menyusuri Dimensi Alam Naga Langit Arc 6 : Kisah Naga Phoenix di Kamandaria Arc 7 : Prahara Naga Langit Arc 8 : Penguasa Sejati
Demi masa depan sang anak, Surya Dinata menjodohkan Alzena Dinata dengan laki laki pilihannya, yang dianggapnya laki laki baik dan cukup dewasa untuk menjadi seorang suami. Laki laki itu adalah Emilio Cullen, laki laki blasteran Indonesia-London, yang menjadi dosen di Universitas dimana Alzena berkuliah, usia diantaranya terpaut sangat jauh, Alzena 25 tahun sementara Emilio 40 tahun. Namun saat ini Alzena telah memiliki seorang kekasih, ia adalah senior dikampus nya. Lalu bagaimana kisah cinta yang akan Alzena jalani ? Akankah Alzena menerima perjodohan itu atau akan terus mempertahan kan Jody sebagai laki laki tercintanya ? Sementara Emil, ternyata Emil bukanlah seorang dosen biasa, diluar itu ia adalah seorang pewaris harta kekayaan keluarganya, semua itu tak diketahui banyak orang, termasuk Alzena dan keluarganya. Akan kah Emil terus menyembunyikan harta melimpahnya itu dari sang istri? lalu bagaimana perasaan Alzena, ketika tahu Emil tak pernah jujur dengan siapa dirinya sebenarnya?
© 2018-now Bakisah
TOP