img Alkisah Bunga Teratai  /  Bab 6 Rencana lain, nope | 20.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 6 Rencana lain, nope

Jumlah Kata:1665    |    Dirilis Pada: 12/05/2023

mbil sesekali memutar arah kepala ke belakang. Dia sedang panik dan butuh diselamatkan seseorang yang berbaik

rang amat sepi dan mencekam. Tidak ada orang, tidak ada kendaraan darat, bahkan tidak ada toko yan

lagi ke arah belakang, sosok bertudung hitam dari atas kepala hingga ujung kaki mengejarnya. Tanpa mengenal kata ampun pula padahal

tersebut untuk mengamankan diri. Dia yang mengenal daerah ini berharap kalau jalan itu bisa digunakan seb

ernyata berbatasan langsung dengan Perumahan Nusantara. Setelah itu, dia bisa langsung pulang ke rumah dan melaporkan kejadi

yang sedang menyusuri tepi jalan dan memperlihatkan punggungnya saja. Sebelum melihat orang itu, dia pikir dunianya akan ber

engan semangat pula dia menghampiri or

henti, karena itu dia juga berhenti. “Maaf tapi bisakah Anda menolong saya? Saya dikejar sosok aneh di belakan

tama kali ditanyakan pria itu adalah nama

warga di sini ada yang mengenalnya. Untuk memastikan lagi

a bundar dengan iris mata hitam menatap sang puan dengan senyum mengembang dari sudut bibirn

rmaksud mengajaknya untuk jabat tangan. Tetapi yang terjadi adala

UK

ng tidurnya. Dia baru saja terjatuh dari atas ranjang. Akibatnya, kepala yang sa

l memegang bagian punggungnya. Terjatuh dari tempat tidur membuat punggungnya seperti dibelah dua. Rasan

ada di tepi ranjang. Sambil mengusap kelopak mata, dia teringat mimpi tadi yang juga mer

akan-akan mengucapkan dengan penuh tekad. Dia bahkan sudah berniat sejak satu matanya terbuka. Dia tahu kejadian it

han dasar kayu yang menjadi pusat atensinya. Kemudian, dia membuka pintu lemari

yang sama, suara ibunya menggema dari

adarannya sudah kembali dan dikumpulkan ke tempat yang b

lho, kalau dia jualan di butik. Entar kembaliannya buat kamu aja,” titah

pikirkan sama sekali olehnya muncul di dalam kepala. Sepertinya, dia tahu apa yang akan dikatak

? Kamu

n langkah lesu, dia mendekati ibunya yang saat itu sedang sarapan roti panggang. Sengaja menarik napas pendek juga agar dia keliha

mam

ya

u rasain

ibunya akan mengajukan pertanyaan ini. Dia tidak bisa berkelit lagi, tapi terpaksa memaju

h, mungkin perasaan aku doang soalnya kepalaku pusing banget. Kayaknya ak

ain pesana

a,

suatu di depan meja pembayaran. Kedatangannya ke sini karena permintaan ibunya yang diminta membawakan barang

udah terlalu bosan jika menunggu di sini sendirian. Sangat jauh berbeda jika dia ditemani orang lain, maka dia tidak akan

Saat itu pula, Jingga mengarahkan pandangan ke arah semula dan dia bisa melihat dengan jelas kalau wanita itu membawa sebuah kantung

Rumahnya selalu kedatangan tamu yang mengaku teman ibu, namun dia sudah lupa wajah mereka. “Begitu deh, Bu.

l di Perum Nu

emohon pamit sebelum keluar dari butik. Setelah diizinkan oleh pemilik t

pun yang melintas di depan mata. Situasinya seperti berada di kota terbengkalai, sangat hening. Merasa ada yang aneh, dia berbalik

a di dalam mimpi, namun sepertinya terlalu nyata untuk disebut sebagai bunga

keluar dari butik dengan panik dan tergesa-gesa. Dia juga setengah berlari s

erti mengejar pencuri. Kejadian ini mirip kejadian yang ada di dalam mimpi. Dia akhirnya sadar kalau ini adalah bagian

sosok jubah hitam yang membuatnya harus merelakan tenaga di bahu jalan kota. Dia

kabur dari kejaran, persis seorang pencuri yang dikejar kawanan petugas polisi

lan ini adalah cara yang seharusnya dia tempuh untuk bisa pulang, namun berakhir dengan bertemu insan yang berbahaya. Ol

k lagi mengejarnya. Mungkin karena mereka juga lelah karena mengejarnya tanpa kata ampun. Makanya, dia mem

nggung seseorang yang memiliki bahu lebar, akibatnya dia terjatuh

sepatu kulit warna hitam. Dia kemudian mendongak untuk mengetahui siapa yang baru saja ia tabrak.

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY