img Alkisah Bunga Teratai  /  Bab 5 Apakah terasa sakit seperti ini | 16.67%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Apakah terasa sakit seperti ini

Jumlah Kata:1446    |    Dirilis Pada: 12/05/2023

a putih dimasukkan dalam celana baru saja keluar dari mobil yang dikendarainya. Di tangan, dia membawa sebuah keranjang berisi buah-buahan segar ya

gang pintu. Bel berdering tiga kali yang bisa didengar dari dalam rumah. Dia hanya menunggu pemilik

ng kelihatan dari balik pintu. Rupa wajahnya hampir seiras dengan lelaki yang mengenakan kemeja putih tersebut. Jika dilih

setelah dipanggil tadi. Dia kemudian mengajukan pertanyaan menge

berbincang-bincang dengannya. “Udah mendingan sih, Kak Kev. Gak terlalu parah juga dibandingkan pagi tadi

kambuh lagi, makanya gue ke sini. Gue khawatir banget,” balasnya selagi melangkahkan kaki saat diajak adiknya ke ruang u

elama papa di luar kota. Ngomong-ngomong, kakak ipar gak ikut?” jawabnya yang meminta sang kakak untuk tidak per

sekarang. Pasti sakit ‘kan,” kelit kakaknya yang memutarbalikkan fakta. Untuk pembicaraan ini,

lahnya dan karena itu kadang-kadang dia tidak bisa berkutik serta mengarang lagi. “Mau gimana lagi, Kak. Aku juga gak ngerti sama penya

ih belum sembuh total,” balas Kevin yang menol

inta kakak yang dihormati malah membuat kopi sebagai teman bicara. Sebagai pemilik rumah, dia harus menghormati tamunya sekalip

nggalkan rumah ini sejak lima tahun yang lalu setelah menikah. Mendadak dia merindukan suasana rumah yang dulu dihuni

depan kamera sebelum satu per satu meninggalkan rumah. Potret Kevin dan Devin yang bersebelahan dan m

ng. Secepat kilat juga Kevin mengalihkan pandangan ke asal suara dan mengira-ngira apa yang s

” panggilnya lagi yang ingin memastikan ulang. Namun tetap sama, tidak ada jawaban. Oleh karena i

nya memerah dan terdengar rintihan yang baginya amat sakit untuk diterima. Dia meringkuk seper

inya berseru kaget. Dia bergegas menghampiri sang adik dengan waja

keluar dari kantung mata. Dia ingin berkata sesuatu kepada Kev

sar untuk bisa ditempati Devin sendirian. Ruang tidur kakaknya juga tidak terlalu besar atau hampir sama dengan

s dari dalam tubuh dan dia tidak mampu bangkit lagi. Keadaannya ben

dan segelas kopi untuk dirinya yang tadi ingin dibuat sang adik. Dia menyajikan minuman itu di atas meja keci

evin yang mengucapkan rasa syukur. Berkat bantuan kaka

kan, tapi lo aja yang ga

r dengan ocehan kakaknya yang mungkin akan bisa didengar setiap

ini, lo gak mau dib

ata kakaknya yang saat ini sedang mengawasi keadaan dengan wajah serius. “Kayaknya bakalan sama aja, Kak. Dokter bil

evin yang kemudian mengembuskan napas dengan lemah. D

r dan roti selai kacang untuk camilan. Dia yang membawa satu kantung plastik ukuran besar di tangan kemudian menuju

uta, dia ingin menyegarkan tubuh dan juga pikiran akibat hanya bisa tidur selama tiga jam. Perumahan temp

arang bawaan ke gantungan motor. Dia juga sempat bertatapan mata dengan

lihat dengan jelas kilasan dirinya bersama gadis itu yang saling menatap tajam. Dia juga melihat m

Sementara itu, Jingga yakin kalau dia adalah salah satu orang yang dilihatnya di mimpi. Dia

! Gue lupa dia bisa baca pikiran gue,” gerutunya dalam hati yang ingin melampias

mudian, dia memutar kepalanya ke belakang dan bisa melihat dengan jelas k

yalakan mesin motornya. Dengan satu kali tarikan gas juga, dia

ntuisi. Dia yakin kalau instingnya tidak salah. Dia yakin kalau gadis tadi mengetahui identitasnya, tetapi dengan cepat kehilangan je

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY