/0/12320/coverbig.jpg?v=5cfd417d34291934157e095e0985e3e0)
Berdasarkan kepercayaan, bunga teratai identik dengan reinkarnasi atau terlahirnya kembali manusia dari masa lampau. Tujuh anak manusia yang memiliki kemampuan mistik dan ajaib dibentuk dalam sebuah tim demi mengamankan dunia supranatural yang kala itu sedang kalang kabut. Dilatih oleh Sagara Widyatama sebagai guru, kemampuan mereka ditingkatkan untuk menjalani misi yang membuat mereka bertarung nyawa. Di sisi lain, kehadiran Sagara juga membangkitkan relasi antara kehidupan mereka sebelumnya.
Berada di sebuah padang rumput yang luas seperti lapangan sepak bola, tampak tujuh pemuda dan pemudi berkumpul di tempat yang sama dan posisi punggung mereka saling bersentuhan. Saling membelakangi dan pandangannya mengedar ke segala arah. Di depan mata, padang rumput tersebut berbatasan dengan ribuan pohon bercabang banyak yang bisa dilihat dari arah mana saja.
Suasana di sini amat mencekam. Mereka mengawasi keadaan dengan tatapan waspada dan berjaga-jaga. Hal yang bisa didengar untuk sekarang adalah suara langkah kaki disertai suara pijakan ranting kayu tergeletak di tanah. Suara itu berasal dari mana saja. Hampir segala sisi di padang rumput ini bisa ditangkap dengan jelas oleh indra pendengaran.
Hal yang bisa dilakukan mereka adalah memasang mode waspada. Jika tidak, nyawa mereka yang mungkin menjadi ancaman. Mereka tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup jika tidak berhati-hati. Suara itu juga semakin memekakkan telinga.
Tetapi tidak berlaku bagi seorang gadis berkulit putih tersebut yang posisinya membelakangi matahari di ufuk barat. Walaupun dia sedang mengawasi wilayah sekitar, bola matanya sejak tadi tidak berpindah ke seorang gadis dengan rambut panjang dan berlekuk seperti gelombang air laut. Ada banyak pertanyaan yang ingin disampaikan kepada gadis di sebelahnya.
Tidak ingin membawa lagi rasa penasaran tersebut, gadis berkulit putih itu mengajukan pertanyaan dengan serius. "Kebetulan ketemu di sini nih, lebih baik lo jujur. Gak perlu mengelak lagi!" ucapnya bernada tegas. Dia melanjutkan, "Lo tau gue dari mana?"
Gadis berambut gelombang itu tersenyum miring. Dia mengembuskan napas pendek, bermaksud mengejek gadis di sebelahnya yang bertanya. "Kenapa? Lo penasaran sama gue?" jawabnya setengah mencibir dan terkesan tidak mau terlibat dalam pembicaraan. Raut mukanya juga tampak setengah hati ketika pembahasan ini yang keluar dari mulut sang puan.
"Karena lo yang tau segalanya tentang gue," balas gadis berkulit putih yang berkata dengan raut wajah ingin tahu. Berbeda dengan gadis berambut gelombang itu yang justru memberinya ejekan. Dia tidak peduli, asalkan pertanyaan di kepala ini bisa terjawab segalanya.
"Sok tau lo," ucap gadis berambut gelombang itu dengan ketus. Dia tidak peduli lagi dengan respons sang puan. Kesannya sudah buruk di depan mata. Dia ingin segera mengakhiri drama singkat yang terjadi tanpa direncana, bahkan dia diseret ke tempat ini juga tidak direncana. Dia mencibir, "Emang lo kenal gue? Sok merasa paling kenal lo padahal baru papasan doang."
"Mulai kasar lo, ya."
"Lo berdua saling kenal?" Seorang lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak dan dibiarkan keluar dari lipatan celana menginterupsi pembicaraan mereka. Hal itu membuat mereka kompak mengalihkan pandangan ke asal suara. Mereka juga kompak tidak membalas. "Kalau lo mau mati di sini, mending serahin diri aja. Tapi jangan ngebebanin lima orang lain yang pengen hidup karena kalian," tambahnya.
"Oke. Gue minta maaf," ucap gadis berkulit putih yang secara tidak langsung juga menutup pembicaraan singkat. Dia sadar ada yang harus diawasi daripada harus memusingkan hal yang tidak pasti.
Lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu mengarahkan pandangannya ke arah semula. Begitu juga dengan gadis berambut gelombang. Dia juga tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini karena memang dia tidak mau membahasnya. Semua ini terjadi karena gadis itu yang mendesaknya.
*
Kini, tujuh anak manusia itu duduk melingkar di atas rumput sambil meluruskan kaki. Masing-masing kepala sedang menarik dan mengembuskan napas berulang kali, seperti baru saja melakukan lomba lari dengan jarak sejauh satu kilometer. Mereka juga kelelahan, didukung oleh raut wajahnya. Keringat yang keluar dari dahi sejak tadi bermunculan seperti embun menjelang subuh.
Tidak ada lagi suara langkah kaki beserta suara pijakan ranting kayu. Tidak ada lagi yang perlu diwaspadai. Semua itu sudah berakhir. Mereka bisa pulang tanpa merasa khawatir lagi. Mereka bisa keluar dari dunia yang sudah seperti jebakan.
Sebelum kesempatan itu punah dari impiannya, gadis berkulit putih yang sejak tadi tidak mengalihkan atensinya menatap tajam. Ada banyak pertanyaan yang terlintas di kepala dan harus dituntaskan saat itu juga. Dia tidak bisa diam saja ketika identitasnya dipertanyakan.
Perlahan, dia mengulurkan jarinya ke depan yang lantas membuat semua pasang mata menatapnya. Termasuk juga sang objek yang menjadi sasarannya―gadis berambut gelombang. Dia berkata, "Lo ... sebenarnya bisa baca masa depan 'kan?"
Pertanyaan ini membuat mereka yang mengamati pembicaraan membelalakkan mata. Sepertinya sulit untuk menerima kenyataan yang terjadi kepada sang objek. Oleh karena itu, sontak semua pasang mata berganti.
Gadis itu mendesis dan menatapnya dengan tatapan mengejek. Bukannya takut, dia malah ingin menantang sang lawan bicara yang penasaran dengan identitasnya. "Gue juga gak perlu jawab pertanyaan lo, 'kan. Jadi gue gak bakalan jawab," balasnya yang diakhiri dengan senyum menyungging.
"Jawab lo, brengsek!"
"Kalau lo benar juga, lo pasti tahu karena bisa baca pikiran gue. Gak salah 'kan?"
Gadis berkulit putih itu menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan. Amarahnya tadi sudah mencapai ke atas kepala. Dia tidak mau dipancing lagi karena hal itu akan semakin membangkitkan emosi. "Benar. Gue bisa baca pikiran orang lain," jawabnya yang mengakui dengan jujur dan tidak direkayasa. Tuduhan gadis itu juga tidak ada dusta sama sekali.
"Wah! Gue sama sekali gak nyangka." Menengahi pembicaraan antara dua gadis itu, gadis berambut pendek yang mengenakan T-shirt polos berwarna merah muda berseru. "Maksudnya lo bisa baca pikiran semua orang, termasuk gue?"
Gadis yang ditanya itu menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Gue tahu isi kepala semua orang dan apa yang mereka pikirkan. Tapi, hanya dia yang pikirannya gak bisa gue baca," tambahnya yang kemudian menunjuk satu orang. Arah tunjuknya ke seorang gadis yang mengenakan baju lengan panjang. Mendadak, semua pasang mata juga berganti ke arah sang puan yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan.
"Berarti beneran dong, kalau lo bisa baca masa depan." Kini, giliran lelaki yang mengenakan kaus lengan pendek berwarna putih dengan motif tulisan kapital bersuara. Dia menyimpulkan segala percakapan yang disimaknya. Menegaskan ulang kepada gadis berambut gelombang itu mengenai asumsi tadi.
"Benar, gue bisa baca masa depan. Ada orang yang ngejar gue tadi. Karena orang itu juga kita terjebak di sini," jawab sang puan yang akhirnya mengakui. Dia lelah karena disudutkan berkali-kali. Pengakuannya membuat semua orang terkejut seolah mendapat berita baru, tetapi tidak dengan gadis berkulit putih yang sudah menemukan jawabannya lebih awal.
"Kenapa harus kita?" tanya seorang lelaki yang memiliki mata bulat sempurna seperti bola. Wajahnya tampak ingin tahu mengenai apa yang menjadi awal pertemuan pada hari ini.
"Karena kita adalah orang pilihan. Dia membutuhkan kita," jawab gadis berambut gelombang dengan singkat berdasarkan pengetahuannya tentang sang objek di luar sana.
Lelaki yang mengenakan kaus putih itu tersenyum bahagia. Dia mengulurkan tangan ke arah gadis pembaca masa depan. Raut wajahnya terlihat takjub seperti bertemu dengan orang baru. Sedangkan gadis itu bingung dengan gerak geriknya. "Apa pun itu, senang bertemu lagi. Akhirnya gue tahu lo, Jingga."
*
Tidak ada lagi padang rumput. Tidak ada lagi deretan pohon bercabang. Kini, raga seseorang baru saja kembali dari bunga mimpi yang pagi itu dibangunkan oleh suara ayam berkokok. Suara itu membuat Jingga―gadis berambut gelombang―membuka dua matanya dengan segera. Dia mengusap mata dengan lembut sebelum mengangkat punggungnya dari kasur.
Duduk di tepi ranjang tidur, dia menggaruk puncak kepala yang kebetulan rambutnya sedang berantakan seperti singa. Tangannya terulur ke laci kecil di sebelah ranjang dan membukanya. Satu buku catatan kecil beserta pulpen diraih sebagai awalan pada hari ini. Dia menuliskan apa yang dilihatnya di mimpi tadi secara garis besar. Dia sadar kalau itu merupakan bagian dari kilasan masa depan, makanya dia tidak ingin melewatkan satu kata.
"Jingga! Tolong aku sebentar di bawah! Cuci muka dulu sebelum turun."
Suara lembut seorang wanita memecah keheningan pada pagi ini. Oleh karena itu, Jingga buru-buru meletakkan catatannya di atas ranjang. "Baik, Bu!" serunya beberapa saat kemudian.
***
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
Kehidupan rumah tangga Vee dan Damar harus berakhir ketika dirinya mengetahui perselingkuhan suaminya dengan asisten rumah tangga mereka. Bercerai dengan Damar bukan berarti permasalahan telah selesai. Vee mendapatkan teror dari istri baru suaminya dan mengakibatkan dia harus kehilangan orang yang paling disayang. Vee tidak tinggal diam. Dibantu sahabatnya, dia mengungkap kejahatan istri baru mantan suaminya hingga membuat Damar yang tadinya tidak mempercayai ucapan Vee menjadi berbalik percaya. Bagaimana cara Vee mengungkap semua kejahatan mantan asisten rumah tangga yang kini telah menjadi istri Damar? Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Damar saat mengetahui kebenarannya?
[ Mature Content ⛔ ] [ 21 + ] Penulis : penariang Genre : Romance - Adult Sub - Genre : Sick Love with Angst *** Zhou Zui Yu mengalami kegagalan pernikahan sebanyak dua kali. Tepat sebelum hari pernikahannya dilangsungkan, semua tunangannya akan mundur dengan alasan dia terlalu membosankan. Masyarakat kelas atas menyebutnya sebagai "Burung Gagak" karena kesannya yang penyendiri dan pendiam. Namun, suatu hari, seorang tuan muda bernama Ming Yu dari negara tetangga tiba-tiba saja datang untuk mengajukan lamaran pada Zhou Zui Yu setelah semua rumor yang tersebar. Hingga membuat semua orang tercengang. "Berhentilah, aku tidak berniat menikah dengan siapapun." "Lalu bagaimana jika aku berusaha lebih keras? Maukah kamu memberiku kesempatan?" Secuil kisah, tentang seberapa keras tuan muda Ming Yu berusaha merebut hati keras Zhou Zui Yu. Sampai-sampai melupakan status mulianya sebagai tuan muda terhormat.
Warning: 18+ (harap bijak memilih bacaan!) Ini kisah tentang wanita berparas cantik namun memiliki nasib yang sangat buruk, namanya Aletta casandra, gadis cantik dengan postur tubuh perfect yang harus rela di jadikan penebus hutang oleh sang Paman, yang merawatnya sedarai kecil. Kehidupan remajanya di renggut paksa, mau tidak mau harus manjadi budak seks seorang lelaki tampan nan kaya yang merupakan seorang pengusaha muda yang di segani dan ternama, bernama Leonardo Pradungganegara. Lelaki keturunan sultan namun memiliki sifat dan hati yang sangat kejam.
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"