U
han, cairan merah kental mulai mengalir di sudut kiri bibirnya. Seakan rasa sakitnya tertahan oleh perasaan malu yang jauh lebih besar dibandingkan semua itu. Bagaimana tidak, Alesio sen
ruh siswi di sekolah ini dan selalu memutuskan hubungan dalam jangka waktu cukup dekat. Kali pertama ini, Alesio menyatakan. Bahwa ia tidak tertarik dengan perempuan. Lebih tepatnya, merujuk kepada cewek yang sudah mempermalukannya ini. Lagi pula, apa yang
an cewek itu. Sementara sebagian banyak siswa terlihat senang. Melihat cowok seperti Alesio, dipukuli. Apalagi, oleh seorang cewek yang jelas adalah perempuan pertama yang berhasil menjatuhkan Alesio, ketika para siswi lainnya tidak mungkin memperlaku
sedikit bingung dengan apa yang terjadi. Ia menunggu cewek itu untuk menjawab pertanyaannya. Tapi yang
itu. Jari telunjuknya sudah terangkat di depan mata Alesio, seperti akan menusuknya. Tapi Alesio masih tidak mengerti. Sahabat? Siapa yang dia maksud? Siapa cewek
arnya. Sampai tidak menyadari jika cewek itu memandanginya lekat-lekat. Kemudian berdeham menyadarkan Alesio. Dalam hatinya, Alesio merutuki Eza yang telat memberi ta
sama lo. Tapi kenyataannya, lo malah mutusin dia di hari ulang tahunnya." Adela tersenyum miring sesekali mengalihkan pandangannya ke arah lain. Muak melihat seorang Ale
tahunnya. Berharap cewek itu terluka sejadi-jadinya. Karena tujuan Alesio mendapatkan hati dan memacari banyak cewek semata-mata hanya untuk mempermainkannya saja. Namun, Alesio tidak p
unya rencana dari awal. Kalau C
ya
U
yang ternyata jauh lebih keras dari pukulan-pukulan sebelumnya. Tidak tahu, bagaimana kondi
"Lo pantes dapetin semua pukulan ini Alesio Quinno." Baru saja Adela akan memasang kuda-k
y deh!" Cibir salah seorang s
banget sama pa
seperti itu, rasanya membuat Adela ingin tertawa. Bodoh menurutnya. Seharusnya, s
tan Adela untuk kembali memukul Alesio. Namun lagi-lagi gagal. Sementara Alesio masih berdiri tegak di tempatnya, tanpa rasa takut. Lagi pula, seorang cowok tidak perlu merasa takut kepada cewek. Dan terus bersikap sesantai mungkin. Meski sebenarnya, ia sendiri sudah naik pitam. Alesio memang suka mempermainkan hati hanyak cewek, tapi tidak dengan harus membalas kekerasan fisik jika itu ditujukan untuk dirinya
ulin Alesio
la berpikir. Rasanya, waktu yang ia punya sudah cukup terbuang percuma oleh Alesio dan ia harus mengakhirinya sekarang juga. Kalau bukan karena Ceysa, Adela tidak
rpotong, ketika netranya melihat Bima berjalan ke arah mereka dengan P
kantin bersama Eza dan Bima. Ternyata, Bima pergi memberi tahu Pak Azzam untuk menghentikan keributan Alesio dan Adela, agar semuanya cepat berakhir. Sayangnya, Bima datang diwaktu yang sal
ubarkan diri. Usai melihat Pak Azzam berjalan semakin dekat menghampiri, meski beb
n seperti ini?" Alesio yang tidak mau disalahkan dan ujung-ujungnya diceramahi panjang lebar oleh Pak
ka-luka." Pekik Alesio. Adela yang mendenga
mulai duluan, ini gak akan terjadi. Lagian, gak akan
Alesio, Adela. Ikut bap
●