leskan ke beberapa bagian wajahnya yang memar oleh pukulan Adela. Kebetulan, Alesi
ni adalah tempat favoritnya. Meski Alesio terlihat lebih mementingkan urusannya mencampaki banyak cewek. Namun Alesio j
u di depan meja seorang penjaga perpustakaan. Setelah semua buku yang ia temukan di
an dengannya, karena sekolah mulai lengang dan hanya menyisakan beberapa banyak orang. Walau Alesio tak menyukainya, sebenarnya ia sendiri malas
seorang memanggilnya, "Woy, Alesio. Sini lo!" teriak seseorang dari arah tengah lapangan, sontak Ales
mbuat Darel yang sudah berada ta
. Sementara kemampuannya nol besar." Darel terkekeh merendahkan. Namun memang benar, Alesio tidak pandai dibidang olahraga. Apalagi baske
h Alesio menyangkal, lalu menelan salivanya
ahal, pada awalnya bola itu ada di tangan Alesio. Namun ia tidak bisa memainkannya dengan benar dan berhasil diambil ali
t. Jelas saja terlihat bodoh. Ia terus saja tidak bisa menyeimbangi kecepat tangkasan Darel dalam memainkan bola basket dan poin yang Darel raih. Darel tersenyum puas.
arus bersujud di bawah kaki gue, sekaligus jadi kacung gue selama satu tahun," tantang Darel panjang lebar. Sial, Alesio enggak mungkin menolaknya. Kalau pun m
injak dong," cibir Darel tersenyum masam sambil memiringkan kepalanya. Alesio mulai berusaha membulatkan tekad
k jauh dari keberadaan keduanya yang tak sengaja mendengar percakapan di antara mereka berdua, menatap Alesio dengan senyum kepuasan. Meliha
●