gambil resiko dengan membawa musuh ke dalam kediaman. Kali ini berbe
ngabaikan pertanyaan Mark. Entah sudah berapa kali lelaki itu menanyakan pert
. Mungkin saja sudah dihabisi oleh Gator dan klannya.”
hami, mengapa wanita
sekap bersamamu?” tanya Mark den
uk
al
dapatkan jawa
a dia memberikan jawaban padamu? Sedangkan per
engerikan di kediaman Gator.” Luke yakin jika wanita itu mengetahui se
-mata yang sengaja disiapkan D’Lopes untuk menyerang kita.” Mark masih menaruh curiga. Klan
mengeluarkan sebuah kotak dari sana. “Aroma pakaian yang dikenakan wanita itu sama dengan dua potong kain ini.” Luke mengelua
hirupnya tentu akan terlelap.” Mark kembali
ap hidup. Sudah ku telusuri di seluruh kota untuk mencari aroma parfum serupa namun
yang disekap bersamamu?” tanya Mark. Ia turut penasaran w
en
*
tanya sembari menahan pedih. Ia telah kehilangan putri
enarannya. “Aku akan lekas kembali jika sudah mengetahui kebenarannya, kek. Bagaimanapun aku dan kak Deby hanya
natap penuh tanya dan menunggu permintaan apa dari kakeknya untuk ditepati. “Jangan berhu
enghindar lebih baik daripada harus berhubungan dengan manusia berdarah dingin itu
kakek Jhon. Kini ia akan hidup
memperhatikannya dengan seksama. Baik dari bentuk wajah dan tubuh, mereka berdua tidak memiliki kesamaan. Bahkan
kak Deby.” Mika mengangkat tangannya dan mengusap lembut kepala lelaki tua itu. Di rumah ini, ia le
alitas, “ini untukmu.” Mika terkejut ketika melihat pemberian kakeknya. Dia melirik Deby yang duduk tepat di depannya. “Mantel
tamakannya daripada Deby. Entah itu pemberian hadiah atau kasih sayang. Raut wajah kecewa Deb
*
uhi air mata, Mika memilih untuk diam dan menahan air matanya. Bagi wanita berhati ba
laki tua sebelum kereta api membawa Mika dan menghilang dari pandangan kakek Jho
alam perjalanan yang panjang. Melintasi pegunungan dengan cepat, mengikuti jalur yang meliuk-li
ngar suara seorang pria dari sudut restoran ketika langkah kaki Mika baru saja melewati pintu masuk restoran. Sebuah s
desain klasik dan elegan. Meja dihiasi dengan kain berbahan linen putih bersih. Terdapat jendela besar di sisi kanan dan kiri kereta sehingga
pemandangan hamparan gunung desa Puro di luar jendela. Dia pun menoleh untuk mendapati pemilik
mencari keberadaan pramusaji. Entah sudah berapa lama ia du
h memesan makanan
ka tanpa menatap
gin kamu makan? Kebetulan
bukan tipenya. “Saya dapat memesannya sendiri,” ujar Mika sembari bangkit dari duduknya. Pria di depann
menyusul kepergian Mika. Namun sebu
intahkan kita untuk seg