etika ia menengok jam yang ada di ponselnya, sudah menunjukkan puku
angit kamar sambil membayangkan nasib pernikahanny
itimbulkan Danil atas pengkhianatannya. Belum lagi, satu fakta baru terungkap semalam
semak oleh warga setempat. Betapa pedihnya hati Zahwa. Segala pengorbanan ya
a telah merajut cinta ya
meninggalkannya dan lebih memilih menikah dengan lelaki lain yang l
nil memang pamit pulang kampung karena menghadiri pernikahan salah s
bercerai den
stri, Nonik bilang ia
anpa pikir panjang. Sebulan dua kali, dia meminta Nonik untuk ke Jakart
an semua past
kompak menyembunyikan fakta itu dari Zahwa karen
a menanyakan mengapa baru bicara sekarang, ia beralasan bah
sama wanita dan juga menantu, ipar Danil ters
jak kapan pengkhianatan itu dimulai ag
aja, ibu mertua Mbak sama Bude Rahmi mengancam Mbak. Katanya, kalau Mb
tak menanggapi apa-apa. Pikirannya kosong. Dia tak tahu bagaimana harus bertindak
mengerjakan seluruh pekerjaan rumah sendirian. Dia juga tak protes sama sekali ketika Danil
meski setiap bulan, uang bulanan yang d
u!" teriak Bu Rahm
pan belum tersaji di meja makan. Padahal, jam segini biasanya Da
una! Buka nggak pintunya
mensugesti diri sendiri untuk bersikap lebih tegar dan kuat. Dirinya terlalu berharga untuk direndahkan oleh manusia rendahan. Dia haru
ah bukan hutan," kata Zahwa cuek sambil berl
a. Hal yang wajar. Karena biasanya, yang membangunkan Danu serta kedua adiknya
g sebagai sarapannya. Tak ia pedulikan ocehan ibu mertua yang berdi
ak yatim piatu nggak pernah dididik dan pe
ya, Bu. Siapa sebenarnya yang me
tap dengan saos sambal. Zahwa lekas duduk di meja makan. Menya
Untuk kami, mana?" tanya Bu
iri kalau Ibu mau. Atau, kalau nggak
makan bersama kedua adiknya. Sesaat, mereka tanpak termenung. Menat
kami, mana?
agi ini. Lihat aja tuh!" Bu Rahmi menunjuk Zahwa. "Dia makan dengan lahap sendirian sementa
pilannya nampak kacau tak seperti biasanya, menarik se
lat banget loh. Tadi, kamu juga kena
karena udah ada istri baru kamu. Mana mungkin aku lan
a?" tanya Danil yang sengaja meng
sa a
, Nila dan Lili kalau nggak sarapan. Mas juga 'kan butuh ten
l! Kalau perlu, nggak usah kasih jatah bulanan lagi
hwa dengan wajah santai. "Kalau memang Mas Danil nggak ma
tengah-tengah kita? Toh, nggak akan merubah apapun. Kamu tetap istri pertama yang punya kendali penuh dengan tanggung j
atah pribadi Zahwa, untuk keperluan bulanan saja, sisa gaji setelah Danil memberi uang saku pada orang tuanya dan juga membayar uang kuliah kedua adiknya, sert
an itu melalui keuntungan kafe pemberian sang Kakak tanpa
dahkan telapak tangan ke arah Danil. Dia dan Nila merasa tak enak melihat pertengkaran yang ada. Walau tak akr
yang membuat Zahwa merasa tak ena
Lili dulu. Kasihan, mereka udah mau berangkat tuh
lanan dari kamu udah habis untuk beli kepe
a lagi?" tanya
ak a
dang-kadang masih cukup buat ngasih aku uang bensin
pikir, bahan-bahan makanan nggak pada naik, Mas? Dengan uang yang sisa sedikit setelah membayar
g keamanan, iuran sampah? K
i karena jarang pegang uang banyak, kan?" B
ng baru saja tiba dengan rambut acak-acalkan khas bangun tidur serta
kan aroma tak sed
a, gih!" ucap Zahwa dengan senyum sinis sambil berlalu mencuci pir
tkan uc
uci muka sama sikat gigi dulu, s
n suami, ibu mertua serta kedua iparnya. Walau bagaimanapun, citranya adalah
garpu?" tanya Zahwa saat ia menyadari bahwa