Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Merelakan Suamiku Untuknya
Merelakan Suamiku Untuknya

Merelakan Suamiku Untuknya

5.0
19 Bab
1.8K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Dua tahun menjalani biduk rumah tangga bersama Danil, awalnya Zahwa mengira bahwa kebahagiaan selamanya akan menaungi pernikahan mereka. Akan tetapi, suatu hari Danil membawa seorang perempuan lain ke hadapan Zahwa dan mengaku telah menikahi perempuan tersebut karena tengah mengandung anak Danil. Hati Zahwa tentu saja sangat sakit. Bukan hanya karena ulah sang suami yang tega menghamili wanita lain, melainkan ulah dari seluruh keluarga suaminya. Ibu mertua yang tidak pernah menyukai Zahwa karena dianggap hanya perempuan miskin yang menumpang hidup pada sang anak malah mendukung dan merestui perselingkuhan putranya dan memaksa Zahwa untuk menerima garis nasibnya. Begitu pun dengan Ayah mertua serta dua adik dari sang suami. Yang lebih sakit diatas segalanya, Zahwa justru malah jadi pihak yang disalahkan karena tak kunjung hamil. Padahal, Zahwa bukannya tak bisa hamil. la memang memilih menunda untuk memiliki momongan karena permintaan dari sang suami juga, yang beralasan belum sanggup menutupi seluruh biaya kebutuhan rumah tangga jika menambah satu anggota keluarga lagi. Namun, sekarang yang terjadi malah sebaliknya. Danil dengan percaya diri menambah anggota keluarga yaitu madu untuk Zahwa tanpa pernah berpikir bagaimana kelanjutan hidupnya kelak. Karena yang pasti, Zahwa tak akan pernah diam jika disakiti. la akan melawan dan membuka seluruh mata keluarga Danil untuk melihat siapa yang menumpang hidup sebenarnya. Zahwa atau mereka?

Bab 1 Dipaksa Menerima Takdir

Zahwa tertegun begitu ia selesai membuka pintu. Bukan karena heran melihat rombongan keluarga suaminya yang baru saja pulang dari kampung halaman. Akan tetapi, ia sedikit syok melihat seorang perempuan asing yang sedang bergelayut manja di lengan sang suami tanpa canggung sedikitpun.

"Lama banget sih, buka pintunya!" sungut Bu Rahmi, mertua perempuan Zahwa. Wanita paruh baya berbadan gempal tersebut seketika menerobos masuk tanpa peduli pada eskpresi Zahwa yang nampak terluka.

"Masuk dulu, Wa! Bapak sama Danil mau bicara penting!" tukas Pak Diwan, Ayah mertua Zahwa.

Zahwa menganggukkan kepalanya. la mengekori langkah Ayah mertuanya kemudian disusul oleh Danil, sang suami berserta perempuan asing berpenampilan seksi tersebut. Sementara, dua adik ipar Zahwa terlihat masih betah duduk di teras depan sambil bermain ponsel.

Firasat Zahwa mulai tak enak. Sebagai seorang istri, instingnya mulai bekerja dengan baik. la tahu bahwa perempuan yang sejak tadi enggan melepas rangkulannya dari lengan sang suami bukanlah orang yang akan datang memberi kabar bahagia.

"Zahiwa, kenalkan! Ini Nonik, istri kedua Danuil!"

DEGH!

Seperti ada yang meremas jantung Zahwa saat kalimat itu diucapkan oleh Ayah mertuanya. Sepasang mata bulat yang mulai berembun menatap nanar ke arah sang suami yang sedari tadi hanya menunduk tanpa berani melihat ke arah Zahwa.

"Ma- maksudnya?" tanya Zahwa dengan suara bergetar.

"Iya, dia ini istri kedua Danil. Dia berasal dari keluarga baik-baik yang kaya raya serta berpendidikan tinggi. Nggak kayak kamu yang miskin," ucap sinis Bu Rahmi dengan bibir mencebik.

"Apa yang dikatakan Bapak sama Ibu itu benar, Mas?" tanya Zahwa kepada sang suami.

Danil masih bungkam. Sesekali, pria berumur 32 tahun itu menyugar rambutnya kebelakang dengan kasar.

"Jawab, Mas!" desak Zahwa.

"Maaf, Wa!" lirih Danil. la masih menjadi lelaki pengecut dengan menundukkan kepala tanpa berani menandang mata istrinya.

"Aku nggak butuh kata maaf darimu, Mas, yang aku butuhkan adalah jawaban 'Ya' atau 'Tidak'".

Danil menyugar rambutnya kembali dengan gelisah. Tangan Nonik yang sejak tadi enggan melepas lengannya ia hempas begitu saja. Tak lama, ia berpindah ke dekat sang istri. Dengan meneteskan air mata, ia meminta maaf sambil menggenggam erat kedua tangan putih milik perempuan yang selama dua tahun terakhirtelah membersamainya mengarungi bahtera rumah tangga.

"Maaf karena aku udah melukai kamu, Wa! Tapi, aku nggak punya pilihan. Nonik sudah terlanjur hamil anak ku dan mau tak mau aku harus bertanggung jawab," tutur Danil.

"Apa?" Zahwa terperangah. "Maksudnya dengan terlanjur hamil, apa Mas?" teriak Zahwa lantang sambil melepas genggaman tangan Danil dengan kasar. "Apa itu artinya kamu selama ini udah selingkuh sama dia dibelakang aku, hah?"

"Pelankan suara kamu, Zahwa!" bentak Ibu Rahmi dengan mata mendelik. "Kamu mau tetangga kita semua dengar? Mau bikin malu saya dan keluarga saya, hah?"

Zahwa tertawa sumbang mendengar penuturan sang Ibu mertua. "Ibu malu pertengkaran kita di dengar orang tapi Ibu nggak malu kalau anak ibu sudah berselingkuh sekaligus berzina seperti hewan?"

"Apa-apaan kamu ini!" teriak Rahmi terpancing emosi. "Jangan sembarangan kamu mengatai putra kebanggaan ku itu hewan, Zahwa! Dasar perempuan nggak ada akhlak! Nggak ada sopan santunnya sama sekali! Begini nih, kalau dari kecil tidak pernah di didik sama orang tua!" Bu Rahmi berdiri sambil berkacak pinggang.

"Sudah, Bu! Sudah, Zahwa!" teriak Pak Diwan menengahi pertengkaran antara istri dan menantunya. "Dan kamu, Zahwa!" Telunjuknya mengarah kepada sang menantu. "Ikhlas atau tidak ikhlas, kamu harus tetap bersedia menerima kehadiran Nonik di rumah ini!"

"Maaf, Pak! Sampai kapan pun, Zahwa nggak akan pernah mau menerima perempuan itu tinggal di rumah ini!" tolak Zahwa dengan tegas sambil menggelengkan kepalanya.

"Yang!" panggil Danil dengan putus asa. "Tolong, sekali ini saja kamu mau mengerti posisiku! Nonik sedang hamil anakn ku, darah daging ku sendiri.

Nggak mungkin aku lepas tanggung jawab begitu aja sama dia. Tolong Belajarlah menerima kehadiran Nonik diantara kita. Insyaallah, aku akan berusaha adil untuk menafkahi kalian berdua."

"Adil kamu bilang?" Amarah Zahwa sudah naik ke ubun-ubun. "Saat kamu memutuskan menikah tanpabpersetujuan aku aja, itu udah jadi bentuk ketidakadilan kamu yang pertama. Bagaimana dengan hari-hari selanjutnya, hah? Yakin, kamu bisa benar-benar adil?" tanya Zahwa dengan sorot mata yang tersirat makna tersembunyi.

Danil tertunduk kembali. la benar-benar putus asa sekarang. Awalnya,dia mengira bahwa dengan melibatkan kedua orang tuanya dalam membujuk Zahwa agar bisa menerima Nonik, semuanya akan berjalan lancar. Siapa

sangka, Zahwaa yang biasanya lemah lembut, penurut dan tak pernah meninggikan suara malah berubah drastis hari ini.

"Silahkan kamu hidup bersama perempuan murahan itu, Mas! Tapi, aku mau kalian pindah dari rumah ini!" tegas Zahwaa.

"Loh, apa-apaan ini? Nggak bisa gitu dong, Wa! Kamu kan tahu sendiri kalau rumah yang disebelah itu belum selesai di renovasi." Bu Rahmi langsung menyahut keberatan.

"Aku nggak peduli, Bu! Yang jelas, kalian semua harus angkat kaki dari rumah ku! Aku nggak sudi, menampung orang-orang yang nggak tahu terima kasih macam kalian!"

"Jaga bicaramu, Zahwa!" bentak Diwan dengan emosi. Dia tak terima keluarganya di usir begitu saja oleh sang menantu. "Jangan jadi perempuan tidak tahu diri kamu! Mentang-mentang statusmu adalah istri dari anak saya,

lalu dengan seenaknya kamu mau mengusir kami dari rumah anak kami sendiri? Benar-benar tidak tahu malu kamu!"

Zahwa tersenyum miring mendengar ucapan sang Ayah mertua. Sementara, Bu Rahmi dan juga Nonik tampak tersenyum seraya saling berangkulan. Hanya Danil yang tampak menunduk sedari tadi.

"Asal Bapak tahu, rumah ini adalah rumah milikku! Hadiah dari Bang Catra saat aku lulus kuliah dulu!"

Seketika, suasana mendadak hening. Mata kedua mertua Zahwa melotot tak percaya. Nonik tampak mengernyit kebingungan sementara Danil semakin mengkerut karena tatapan nyalang dari kedua orangtuanya.

"Beritahu fakta yang sebenarnya kepada kedua orang tuamu, Mas! Aku sudah terlalu lelah dicaci maki oleh mereka hanya karena dianggap menumpang hidup sama kamu layaknya parasit."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Zahwa berlalu masuk ke dalam. la menuju ke meja makan lalu memandangi makanan yang sudah tersaji lengkap di atas meja persegi panjang itu. Tak berselang lama, Zahwa

mengambil satu persatu piring lauk lalu memindahkan isinya ke kantong plastik yang ia ambil di laci rak piring.

Tak ada yang terlewat barang sedikitpun. Bahkan, nasi yang masih tersisa di magic com turut ia masukkan ke dalam wadah plastik berbentuk kotak kemudian hendak ia bawa keluar.

"Loh, makanannya kenapa kamu ambil semua, Zahwa? Mau dibawa kemana itu?" tanya Bu Rahmi yang berpapasan dengan Zahwa saat hendak menuju ke meja makan untuk makan siang bersama dengan menantu barunya.

"Makanannya mau aku kasih Mbok Daniati." Zahwa menjawab dengan menyebut nama seorang janda tua yang tinggal tak jauh dari rumahnya.

"Kok malah dikasih orang lain sementara kami ini belum ada yang makan?"

"Itu urusan kalian! Yang jelas, mulai sekarang, jangan suruh aku jadi pembantu kalian lagi! Sudah cukup selama ini aku bersabar!"

"Yang!" Danil mencekal pergelangan tangan Zahwa yang melangkah terburu-buru hendak pergi.

"Lepas, Mas!" titah Zahwa. "Mulai sekarang, kita urus hidup kita masing-masing! Kalau perlu, ceraikan aku!"

Mendengar kata 'cerai' meluncur dari mulut sang istri, Danil langsung naik pitam. Mana mungkin dia mau menceraikan Zahwaa. Seorang perempuan yang selama ini ikhlas menemaninya dari yang bukan siapa-siapa

sampai memiliki pekerjaan yang kini terbilang cukup mapan dan menjanjikan.

Lagipula, impiannya menikahi Nonik bukan dengan cara meninggalkan Zahwa. Dia ingin memiliki kedua perempuan itu sekaligus. Satu cinta

pertamanya, dan yang satu lagi merupakan wanita yang menemaninya meniti kesuksesan.

"Jangan pernah berani kamu meminta cerai, Wa! Memangnya, kamu mau kemana kalau aku ceraikan, hah? Ingat! Keluargamu sudah membuang kamu!" teriak Danil murka yang seketika menghentikan langkah kaki Zahwa.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY