img Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya  /  Bab 3 Kota Patah | 37.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Kota Patah

Jumlah Kata:1599    |    Dirilis Pada: 16/02/2024

Maksudmu, p

ria yang menggunakan kaus hitam tipis yang warnanya sudah cukup luntur itu terus

a bisa ia mencurigai seseorang begitu saja? Dari dekat, tampak jelas bahwa orang di depannya ini tidak berbahaya. Sang pen

merogoh saku kemejanya, mengambil beberapa lembar uang berwarna ungu. "Terima kasih atas kerja keras Bapak.

lebih dahulu. Dengan cepat ia keluar area pemakaman. Menumpang mobil bak ter

t maupun lambat, tanpa ada keraguan sedikit pun. Tubuhnya tegap, lengkap dengan dagu yang sedikit terangkat. Membuatnya terlihat gagah meskipun dengan waj

t menekan alas sepatunya yang menipis. Ben mendecakkan lidah dengan kesal lalu men

nya yang tidak tertutupi pakaian yang layak berayun pelan, seolah-olah tengah terdorong oleh ombak yan

frustrasi kepada pria kumal yang seenaknya menegurnya. Namun, ia tahu betul bahwa berbi

lan sambil melepaskan beberapa kancing bagian atas kemejanya. Mend

li berteriak. "Jangan terus berkelia

nyataannya memang benar, ia tidak lagi mempunyai hubungan

hat dua orang laki-laki berpenampilan preman sedang adu mulut, masing-masing memegang benda runcing di tangan. Melihat sekilas saja Ben

wa karena tetanus. Ben akhirnya berhenti melangkah dan mempertimbangkan k

jantan! Apa kepalan tangan kalian itu tidak ada gunanya?" tegur Ben dengan suaranya yang besar

bekas luka horizontal cukup panjang tepat di bawah mata kanan. Dengan santai pria itu membuang botol bekas di t

dengan kata-kata kacau yang pria itu ucapkan. Semburat biru mewarnai bibir, kuku, dan juga lututnya. Ia juga bernapas dengan terengah-engah.

. Bau aneh yang menyengat membuatnya mengerutkan hidung. Berkali-kali ia mencoba membangunkan sang pria dengan menampar pipi atau menekan

awal, kami berdebat karena aku merasa ada

h, ia sungguh tidak butuh mengurusi permasalahan orang lain. Namun,

a ia mampu mendengar bisingnya kendaraan bermotor yang saling bersahutan memenuhi jalan beraspal. Bau sampah tidak lagi memenuhi penciumannya.

menemukan tempat yang ia cari. Ia memasuki tempat itu dengan sangat te

t denganku," pintanya dengan suara lantang. Puluhan pasang

alam lalu berteriak. "Seseorang tidak sadarkan diri tidak jauh dari sini! Di pemukim

ngan kesal. Salah satu di antaranya kemudian menghampiri

rakan dulu masalah apa yang sedang

, jangan buang-buang waktu lagi sebelum

sampaikan tadi, sepertinya tidak ada hal mendesak yang sedang terjadi. Orang-orang jatuh tidak sadarkan di

rtahan di kota yang kacau ini! Tempat ini memang jauh berbeda dari tempat tinggal impian semua orang, tapi setidaknya, kukira mereka semua

a menatap Ben dari ujung kaki hingga kepala. Sebuah seringai menyebalkan

utkan keni

mengonsumsi sesuatu kemarin, bukan hari ini. Katakan, apa itu?" tanya polisi itu lagi tanpa memeduli

kembali karena frustrasi. "Kenapa tiba-tiba kamu

mengulurkan tangannya ke arah pintu keluar. "Ini akan memudahkan kita semua. Aku juga tidak per

ang berdeham keras membuatnya menoleh dan melihat beberapa polisi lainnya telah berdiri waspada dengan senjata api di tangan. Semuanya ditujukan kepadanya sement

-olah mendidih m

a ingin memiliki atap dan dinding layak untuk tempat keluarganya bernaung. Lokasi dekat pantai tempatnya mencari nafkah ia anggap s

or yang beredar. Apalagi kini setelah ia tinggal sendirian, mata Ben menjad

berdaya mengangkat kedua tangannya di samping kepala dan berbalik un

elah membuat Alisya kehilangan nyawa?

ekilas Ben melihat pria itu berdiri di dekat tubuh yang terbujur kaku di atas tanah. Sebagian tub

Aku akan mengubu

gang sempit yang sedikit lebih lebar dari tubuhnya. Dalam hitungan detik ia keluar ke jalan

lebih dari enam meter persegi dengan pagar kayu bekas sebagai penghalang. Ben mendorong

terdorong olehnya da

pintu ini tid

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY