tergeletak di atas meja, menarik perhatiannya karena semua majalah travel sudah selesai ia baca. Walaupun tak
he
deen berdiri bersama Rob. Aideen segera duduk di sampin
m Freya kesal, matanya masih
. Di cover depan, terpampang foto dirinya mengenakan setelan jas. Wajahnya terpan
ba mengalihkan perhatian. "
tiramisu," jawab Freya datar
terasa. Halaman berikutnya dalam majalah itu memuat artikel panjang tentang Aideen
lik halaman. Matanya langsung tertuju pada foto seorang pria
mu, ya?" tanyanya polos, menunjuk
jawabnya pelan, sambil menatap
lalu kembali melihat majalah tersebut. "Oh, aku sering de
aku?" tanya Aideen,
n. Aku sendiri malah capek mendengarnya." Freya meletakkan majalah itu kembali ke meja dengan ekspresi ma
ba memahami reaksi Freya yang tampak terlalu santai. Rob
ita pernah teriak histeris waktu lihat foto kamu shirtless di media sosial. Itu bikin s
, yang merasa tidak dipahami, mengerutkan kening. "Hei, aku
ya dengan lebih lekat. Dalam kekesalan kecil Fre
fansnya?" tanya Rob
sambil mendengus. "Aku terlalu serin
hatnya dengan cara yang sama seperti orang lain. Tapi di sisi lain, ia merasa sedikit aneh. Bukankah wajar ka
ujar Aideen sambil berdiri. Ia melirik Rob
. "Udah cukup. A
. Freya menghela napas panjang, merasa percakapan barusan cukup melelah
bil melirik majalah yang masih terbuk
terbentang di hadapannya. Angin lembut menyapu wajahnya, membawa aroma laut yang segar. "Aideen,
Aku tahu kau akan menyukainya. Ayo, duduklah," katan
"Ini luar biasa," gumamnya sambil mengangkat kedua ibu jarinya. Ia men
dalam suara Freya. "Y- ya, sama-sama," jawabnya sedikit kaku. Ia
asa tenang, tetapi pikiran Aideen berkecamuk. Keheningan di antara mer
Aideen singkat samb
k. "Oh, jadi Ro
ukan, dia lebih seperti re
u?" Freya menatap Aideen dengan rasa
ebelum menjawab, "Aku han
epenuhnya percaya. "Tapi bisnis trip sampai Venice? Belum lagi
g lebih seperti itu," katany
laut biru yang terbentang luas
yang kau miliki sekarang adalah sesuatu yang patut kau syukuri. Jadikan
u tersenyum. "Kau benar.
mu?" tanya Aideen, menc
nistrasi biasa. Temanku tidak terlalu banyak, hanya beberapa yang benar-benar dekat. Aku tinggal bersam
agu. "Tidak usah dijawab
menatap Aideen. "Ayahku meninggal
een dengan nada
aku percaya dia ada di tempat yang lebih baik sekarang. Ayah dan ibuku, mereka selalu ada di sini." I
k pelan. "Ibumu
bagiku. Ibu, sahabat, sekaligus keluarga satu-satunya yang aku miliki sekarang." Suaranya b
rapuh. Wanita di hadapannya ini menyimpan luka, tetapi memilih menutupi semua itu dengan senyum da
la langkah mereka, Aideen merasakan sesuatu yang hangat, sesuatu yang perlahan mengubah cara pandangnya terhadap Freya. Namun, d
e Con