p sang CEO mau menerima kehamilan Adelia. Hatinya harap-ha
mu bilang? Kupingku tidak salah dengar
a sendiri. "Aku telah mengandung anak dari kamu. Kamu harus
kehamilanku!" Adelia sudah tidak bisa menahan emos
ah didengarnya dari mulut Adelia. "Kamu jangan main-main, Adelia.
s main-main, hah!" marah Adelia, "aku serius, Arsenio Arfandra. A
akku adalah darah dagingmu juga! Kita harus sama-
Adelia. "Aku tidak bisa, Adelia! Aku belum siap. Gugurk
dengar ucapan sang CEO. Dia sama sekali tidak menyangka sa
ng-keping ketika lelaki yang berada di
atap wajah angkuh sang CEO. "Aku mohon, Arsenio. Kamu harus menerimanya
"Aku tahu, Adelia, tetapi aku belum siap untuk mempunyai seorang a
ng kamu harus menerimanya!" jerit Adelia, "kamu pikir aku siap? Aku pun
imana pun bayi ini adalah anakku dan aku harus siap untuk me
pikir kamu siapa, hah?" marah Arsenio s
mau bertanggung jawab!" Dada Adelia kembang kempis sambil menatap tajam
sang CEO. Demi untuk sibuah hati, dia berani kepada Arsenio.
i sama kamu, Adelia. Kenapa harus
gsek! Kamu tidak mau menerima dan bertanggung jawab! Kamu le
hkan aku? Kamu pun m
alahan mamamu! Sea
ta pun salah karena kita sudah bicara yang tidak-tidak
sama kamu karena kesalahan kita. Kamu harus ma
benar-benar belum siap," kata Arsenio, "sudahlah gugurkan saja kandungan ka
yang paling mahal untuk bisa menggugu
nyesal telah bertemu dengan kamu, Arsenio Arfand
uang! Mentang-mentang punya banyak uang dengan
isa mungkin dia menahan air matanya. Mungkin hanya dengan men
-satunya. Kapan pun aku akan siap menganta
menerima anak yang ada di kandungan Adelia. "Baiklah kalau itu
keputusan kamu dan tiba-tiba kamu ingin bertemu den
an anakku tidak akan pernah mengenal siapa ayah kandungnya karena aku tidak ak
adanya. Dia lalu bangun dari duduknya
n Adelia. Lidahnya pun seakan kelu. Dia hanya bisa menat
tetapi aku hanya belum siap untuk menjadi seorang ayah." Arsenio meng
*
nnya lagi. Dia tiba-tiba berjongkok di dekat motornya lalu menangis tersedu-sedu.
kepada Adelia. Ketakutannya benar-benar terjadi. Arsenio be
dan lebih memilih untuk menggugurkan kandunganku dari pada harus menjadi seorang ayah." Adelia menatap
*
. Dia menatap sang bunda yang s
nio bersedia, 'kan untuk menjadi ayah?" Bu Tasy
nya kembali keluar tanpa bisa dicegah. Dia lalu menghampiri sa
nggap anak dalam kandungan Adel sebagai anaknya. Lelaki berengse