a dengan anggun. Wajahnya tampak cantik, tetapi ada keraguan di matanya. Ia menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah
panggiln
ajahnya, menatap Aile
pakai pakaian yang leb
s. "Ini pakaian ter
an tipe pria yang terlalu peduli dengan penampilan. Tapi ini bukan sekadar makan malam bias
anya seorang pria biasa yang bekerja serabutan dan tidak punya penghasilan tetap. Berkali-kali mereka meminta Aileen men
anya Arka, berdiri dan merap
nya sejenak, l
-
ri keluarganya. Ibunya, Ny. Sandra, yang selalu tampil elegan dengan pakaia
ng juga," uc
m, Tante," sa
ndengus kecil tanpa
a, duduk di samping suaminya, Evan, seorang pria mapan yang bekerja sebagai di
ak akan datang," kata
ntara Arka tetap tersenyum seolah tidak menyad
doko, duduk di kursi utama dan menyesap anggu
" pang
ka menjawab
rjaanmu s
g membuat suasana meja
tenang. "Saya masih b
, sudah tiga tahun menikah, ta
ncari pekerjaan, Arka. Tidak kasihan dengan Aileen? Se
a malu. Ia tahu percak
ntuk Aileen," jawab Arka tenang
ini punya masa depan cerah. Kalau saja dia menikah dengan
pi Aileen bisa melihat t
a, Bu," jawa
idah. "Aileen, kau ti
n ter
elas. Aku bisa pakai baju mahal, liburan ke luar negeri, tinggal di rumah mewah.
a mendidih, tetapi ia
en, kami tidak bisa melihatmu seperti ini
mendad
enang, tetapi ada kesedihan
mulutnya, tetapi tidak
" lanjut Tn. Handoko. "Seorang pria baik,
ke Arka. Matany
yum tipis. "Kalau itu yang Aileen ingink
erkejut.
a Arka pelan. "Tapi aku tidak
ekeh. "Oh, b
au benar-benar mencintai Aileen,
gin membela Arka, tetapi kata-kata ke
sinya. "Terima kasih
terakhir kali, lalu berb
-
ahannya dengan tatapan kosong. Ia pikir ia akan merasa lega setelah Ark
ari, air mat
itu tanpa menoleh ke belakang. Tidak ada amar
onselnya, lalu me
an suara dingin. "Aku akan kemba
ia besar yang selama ini ia sem