/0/23339/coverbig.jpg?v=053dbf1406b37ba969a036624384ad6c)
Aileen mengira pernikahannya dengan Arka adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Suaminya yang kumal, sederhana, dan tidak memiliki masa depan membuatnya merasa terjebak dalam kehidupan yang membosankan. Didorong oleh hinaan ibunya dan godaan teman-temannya, Aileen memilih untuk menceraikan Arka demi mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, dunia seakan runtuh ketika ia mengetahui kebenaran yang mengejutkan-Arka bukan pria miskin seperti yang ia kira. Ia adalah seorang miliarder yang selama ini menyembunyikan identitasnya.
Aileen berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mematut diri dalam gaun sederhana berwarna krem yang membalut tubuhnya dengan anggun. Wajahnya tampak cantik, tetapi ada keraguan di matanya. Ia menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah suaminya yang duduk di tepi tempat tidur, mengenakan kemeja lusuh dan celana jeans lama yang sudah mulai pudar warnanya.
"Arka," panggilnya pelan.
Pria itu mengangkat wajahnya, menatap Aileen dengan lembut. "Ya?"
"Kamu yakin tidak ingin pakai pakaian yang lebih rapi?" tanyanya ragu.
Arka tersenyum tipis. "Ini pakaian terbaik yang aku punya."
Aileen menggigit bibirnya, mencoba menahan keluhan yang hampir keluar. Ia tahu suaminya bukan tipe pria yang terlalu peduli dengan penampilan. Tapi ini bukan sekadar makan malam biasa. Ini adalah acara keluarga besar yang akan dihadiri oleh orang tua dan saudara-saudaranya.
Orang tua Aileen memang tak pernah menyukai Arka. Sejak awal, mereka menganggap Arka tidak pantas menjadi suaminya. Ia hanya seorang pria biasa yang bekerja serabutan dan tidak punya penghasilan tetap. Berkali-kali mereka meminta Aileen menceraikannya dan menikah dengan pria lain yang lebih mapan, tetapi Aileen menolak. Namun, akhir-akhir ini, ia mulai goyah.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Arka, berdiri dan merapikan kerah kemejanya seadanya.
Aileen menatapnya sejenak, lalu mengangguk.
---
Setibanya di rumah orang tuanya, Aileen langsung merasakan tatapan tajam dari keluarganya. Ibunya, Ny. Sandra, yang selalu tampil elegan dengan pakaian mahal, memandang Arka dari ujung kepala hingga kaki dengan ekspresi jijik.
"Kalian datang juga," ucapnya datar.
"Selamat malam, Tante," sapa Arka sopan.
Ny. Sandra hanya mendengus kecil tanpa membalas sapaan itu.
Di ruang makan, anggota keluarga lainnya sudah berkumpul. Kakak Aileen, Jessica, duduk di samping suaminya, Evan, seorang pria mapan yang bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan besar. Jessica menatap Arka dengan senyum mengejek.
"Aku pikir kalian tidak akan datang," katanya dengan nada sinis.
Aileen duduk di kursinya dengan canggung, sementara Arka tetap tersenyum seolah tidak menyadari suasana dingin yang menyelimuti ruangan itu.
Makanan mulai disajikan. Ayah Aileen, Tn. Handoko, duduk di kursi utama dan menyesap anggurnya sebelum menatap Arka dengan tatapan tajam.
"Arka," panggilnya.
"Ya, Om?" Arka menjawab dengan sopan.
"Apa pekerjaanmu sekarang?"
Pertanyaan itu langsung membuat suasana meja makan semakin tegang.
Arka tetap tersenyum tenang. "Saya masih bekerja serabutan, Om."
Jessica tertawa kecil. "Astaga, sudah tiga tahun menikah, tapi masih saja kerja serabutan?"
Evan menambahkan, "Harusnya kamu lebih serius dalam mencari pekerjaan, Arka. Tidak kasihan dengan Aileen? Selama ini dia pasti yang menanggung hidup kalian, kan?"
Aileen menunduk, merasa malu. Ia tahu percakapan ini akan terjadi.
"Tentu saja aku bekerja keras untuk Aileen," jawab Arka tenang. "Aku tidak ingin membebaninya."
"Tapi kamu memang beban," sahut Ny. Sandra dingin. "Aileen ini punya masa depan cerah. Kalau saja dia menikah dengan orang yang lebih layak, dia pasti hidup bahagia sekarang."
Arka tetap tersenyum, tapi Aileen bisa melihat tatapan sedih di matanya.
"Kami bahagia, Bu," jawab Arka lembut.
Jessica mendecakkan lidah. "Aileen, kau tidak lelah hidup susah?"
Aileen terdiam.
Jessica melanjutkan, "Lihat aku. Aku menikah dengan pria yang punya masa depan jelas. Aku bisa pakai baju mahal, liburan ke luar negeri, tinggal di rumah mewah. Sedangkan kamu?" Ia melirik Arka dengan sinis. "Masih harus membiayai suamimu?"
Aileen merasa darahnya mendidih, tetapi ia tidak bisa membantah.
Tn. Handoko akhirnya angkat bicara. "Aileen, kami tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Kami ingin kamu menceraikan Arka."
Ruangan mendadak sunyi.
Arka menatap Aileen dengan tenang, tetapi ada kesedihan yang tidak bisa disembunyikan.
"Aku..." Aileen membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa.
"Kami sudah menyiapkan seseorang untukmu," lanjut Tn. Handoko. "Seorang pria baik, kaya, dan bisa memberimu kehidupan layak."
Aileen menoleh ke Arka. Matanya berkaca-kaca.
Arka menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Kalau itu yang Aileen inginkan, aku tidak akan memaksanya bertahan."
Aileen terkejut. "Arka..."
"Aku mencintaimu, Aileen," kata Arka pelan. "Tapi aku tidak ingin kau hidup dalam tekanan."
Jessica terkekeh. "Oh, betapa drama."
Ny. Sandra menambahkan, "Kalau kau benar-benar mencintai Aileen, kau seharusnya pergi sejak dulu."
Aileen merasakan dadanya sesak. Ia ingin membela Arka, tetapi kata-kata keluarganya terus bergema di kepalanya.
Arka bangkit dari kursinya. "Terima kasih atas makan malamnya."
Ia menatap Aileen untuk terakhir kali, lalu berbalik dan melangkah pergi.
---
Malam itu, Aileen duduk sendirian di kamarnya. Ia menatap cincin pernikahannya dengan tatapan kosong. Ia pikir ia akan merasa lega setelah Arka pergi, tetapi yang ada justru perasaan hampa yang tak bisa ia jelaskan.
Tanpa ia sadari, air matanya mengalir.
Di luar sana, Arka berjalan menjauh dari rumah itu tanpa menoleh ke belakang. Tidak ada amarah di wajahnya, hanya ketenangan yang misterius.
Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menekan sebuah nomor.
"Siapkan semuanya," ucapnya dengan suara dingin. "Aku akan kembali ke tempatku yang sebenarnya."
Di balik kegelapan malam, rahasia besar yang selama ini ia sembunyikan akan segera terungkap.
Lima tahun lalu, Liana menghabiskan satu malam dengan seorang pria misterius yang kemudian menghilang tanpa jejak. Ia tidak pernah tahu siapa pria itu-sampai hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris di Alvaro Corp. Di balik meja CEO, berdiri Ethan Alvaro. Pria yang sama. Ayah dari anaknya. Namun, Ethan tidak mengenalinya. Baginya, Liana hanyalah pegawai baru yang bisa dipecat kapan saja. Tapi saat rahasia yang selama ini Liana sembunyikan mulai terungkap, pria itu semakin sering muncul di hidupnya-dengan tatapan penuh kecurigaan. Liana berusaha menjauh, tetapi Ethan tidak membiarkannya. "Apa yang kau sembunyikan dariku?" Ketika kebenaran akhirnya terungkap, akankah Ethan menerima kenyataan bahwa ia telah menjadi ayah? Ataukah ia akan merebut Noel dari Liana?
Setelah lima tahun menikah, Kayla tidak pernah menyangka suaminya, Leonel Stanford, seorang miliarder tampan dan ambisius, akan mengajukan cerai begitu saja. Tanpa penjelasan, tanpa alasan yang jelas. Hanya tanda tangan di atas kertas. Saat Kayla mencoba membangun kembali hidupnya, satu per satu rahasia Leonel terungkap. Apakah perpisahan ini benar-benar yang diinginkan Leonel, atau ada sesuatu yang lebih besar di balik perceraian mereka?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Harap bijak dalam membaca... Bisa mengantar dalam halusinasi untuk berhubungan badan!