Diran masih terngiang di kepalany
nah jatuh c
batasan yang jelas. Namun, semakin ia memikirka
dela besar kamar tamunya. Pernikahan ini seharusnya menjadi jalan kelua
intu membuat
ia tidak siap untuk melihat Diran berdiri di ambang pintu, masih
ke luar kota," katanya
tkan kening. "
ya urusan bisnis di sana. Akan lebih baik jika kita menunjuk
ludah. "Jadi...
Almira. Kau adalah istri sahku sekarang, m
pernikahan ini tidak berarti apa pun b
wab Almira
saja tanpa menunggu jawaban lebih lanjut. Almira menutup pint
idak menganggapnya lebih dari sekadar formali
engan semua kemewahan di sekitarnya. Ia mengenakan gaun elegan berwarna biru tua
itu tampak sangat berbeda dalam suasana ini-lebih berwibawa, lebih mengintim
t adalah bagaimana Diran bertindak seol
suami istri yang bahagia. Ia bahkan sesekali berbisik di telinganya, sesuatu yang terdeng
an di telinganya saat mer
ya ia merasa canggung. Ia tahu perannya di sini-menjadi istri yang sempu
reka. Almira baru saja hendak masuk ke dalam kamar yang telah dis
agi kamar
membeku
kan bisnis. Jika kita tidur di kamar
u berpikir jauh ke depan. Ini bukan tentang keingin
ia mengikuti Diran m
jang king-size di tengahnya. Jantung Almira ber
Diran santai, melepas jasnya
. Apa yang seharusny
a yang terbuka di bagian atas dan celana panjang santai. Almira bur
akan tidur di sofa," kata Diran,
it lega. "Te
sofa dengan laptop di pangkuann
gkan dirinya. Saat ia kembali, Diran masih d
ni memang tak lebih d
uk hatinya, ada sed
erbaring di ranjang, tapi pikiranny
lihat berbeda saat tidur-tidak lagi penuh dengan aura dingin dan otoritatif. Garis-garis lelah di wajahnya ta
an berjalan mendekatinya. Ia mengambil selimut
k, tangan Diran tiba-tiba men
mira hampi
menatapnya dengan sorot yang suli
rlihat kedinginan," ja
ngannya. Detik demi detik berlalu, uda
nnya dan berbalik, seolah tidak
lmira," katanya de
lalu kembali ke tempat tidu
aga, dengan perasaan aneh
iran Mahendra yang se
mulai me