nyalakan motor da
suka memancing, dan entah mengapa aku merasa sudah cukup lama mengenalnya. Sejak
ena jarang ketemu, tempat kami berjauhan beda kecamatan. Saat main ke rumahnya istrinya sedang tidak ad
aji buat gue, dan buat lu itu beda?
ggak bisa bohong, ada sesuatu dari tatapan Umi Haji tadi y
kejantanan seorang Fadly, hehehehe," u
ogi kok lengkap banget. Jangan-jangan
kalau pemahaman seksiologi, mu
njadi pendengar yang baik ketika temannya curhat. Pemikirannya lebih terbuka dan wawasannya juga cukup luas dalam
Sementara istriku sibuk dengan Zidan. Baru saja selesai mengeringkan tangan dengan handuk
lebih cepat, seperti sebelum ujian matematika dulu. Anehnya
di terlalu banyak bercanda di warung, hehe. Kadang
l beberapa detik. Menim
juga seneng bisa ngobrol lama sama Umi
pir seketika, seak
rasa nyaman aja ngobrol sama Mas Fadly. Mungkin karena Mas F
u tetap tertuju ke layar
alau lagi ngobrol sama Umi. Buat saya,
muncul lagi. Dia se
... bukan cuma di warung ya, tapi...
tara dinginnya angin sor
isa bantu, saya bantu. Maaf ya
pertinya dia mengerti dan tak la
dan sesekali bertegur sapa dengan tetangga yang lewat. Zidan sudah tidur, sepert
lku bergetar pelan. Seb
emenin ngobrol di rumah? Pa
gan makan malam, tapi karena kata-kata itu. Terlalu biasa kalau dibaca cepat. Tapi bagi se
kesetrum. Antara penas
enatap ponsel. Rasanya seperti berdiri di
mah saya kecil, dan malam-malam begini susah cari a
gup. Mungkin dia akan memaha
tik-titik mengeti
nggu, kok. Kadang cuma... pengin ada suara
bibir, lalu
u ngobrol lewat chat ini a
li ini dengan nada yang te
e umi merasa Mas Fadly satu-satunya orang yang benar-benar nangge
tapi karena... aku merasa seolah sedang diseret perlah
ya, aku ti
ak cuma mata, tapi hat
a tak ada lagi balasan. Mungkin
u sendiri untuk tetap bertahan. Masa sama Ustazah Naila aja bisa tahan go
tubuh. Kadang ia datang dari kehangatan kata-kata, dan rasa yang
sepuluh malam. Suara kipas angin masih mengisi ruangan, kadang diseli
elahan seharian mengurus rumah dan si kecil. Aku masih duduk di pinggir
gelisah di dalam dada, laya
uar sebentar? Umi cuma pengen dite
ndek, tapi r
h kenapa, aku mulai merasa seolah digiring oleh sesuatu yang tidak bisa kutolak-buk
afasnya tenang. Aku tahu ia mempercayaiku. Dan m
tuk sekadar menjauh dari kehangatan yang seharusnya mena
nnya. [Umii
lagi duduk sendiri di dapur. Lagi nyed
as panjang, lal
a bisa dengerin lewat sini.
rikutnya membua
apan. Biar bisa tahu beneran dide
nya nyawa sendiri, menggelitik kes
ar... nanti Umi beneran
ma. Lalu hilang. Lalu muncul la
endiri bingung... kenapa pengen bang
bersalah, penasaran, dan kerinduan akan sesuku menuju pintu depa
kembali
ak apa-apa. Umi bisa tahan. Umi perempu
ri Umi Haji. Ada bagian dari diriku yang ingin melangkah kel
a, orang-orangnya masih suka mengamati, bertanya, dan menggoda, bahkan pada hal yang tampak biasa. Apalagi ini malam Minggu, malam libur. Jalanan past
mbalas
, maklum malam libur. Nanti malah jadi bahan omong
ku kira dia tersinggung atau kecewa.
yang lain. Justru itu yang bikin umi penasa
alam-dalam aroma malam dari bal
l yang pelan-pelan menggeser din
i lagi, pende
, Umi. Tapi jangan lupa, saya ini
a satu kalimat yang menggantu
n biasa... yang sedang lel
masih tertidur damai. Kuhapus semua notifikasi, lalu kubaringkan tubuhku pel
dari ujian yang tak bisa kusebutkan pad
*