Unduh Aplikasi panas
Beranda / Adventure / Hasrat Liar Istri Salihah
Hasrat Liar Istri Salihah

Hasrat Liar Istri Salihah

5.0
5 Bab
199 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

KHUSUS DEWASA (21+) "Hasrat Liar Istri Salihah" Ketika kesetiaan diuji bukan oleh godaan dari luar, melainkan dari dalam hati sendiri... Nadia dikenal sebagai istri salihah-lembut, sabar, dan selalu menempatkan keluarga di atas segalanya. Tapi saat Danar, suaminya, pergi ke luar kota untuk proyek besar dan meninggalkannya bersama anak mereka, perlahan ada ruang kosong yang tak bisa diisi oleh doa dan kesabaran semata. Apalagi ketika sosok lama dari masa lalu kembali hadir... dengan tatapan yang dulu sempat membuat jantungnya bergetar. Di antara status sebagai seorang istri yang patuh dan seorang perempuan dengan hasrat yang terpendam, Nadia harus memilih. Apakah ia tetap menjadi simbol kesetiaan, atau justru menemukan dirinya dalam pelukan dosa yang selama ini ia kutuk dalam diam? Sebuah kisah tentang gejolak batin, pengkhianatan hati, dan rahasia yang mengubah arti kata "salihah".

Bab 1 Bagian

Pagi itu dunia seolah melambat.

Mentari baru menyusup malu-malu di sela tirai putih rumah minimalis. Di balik kaca jendela, seorang wanita berdiri, memeluk gelas teh yang tak lagi hangat. Gamis dan hijab modern membalut tubuhnya yang anggun.

Seorang wanita, berusia 32 tahun, istri kedua seorang dosen senior sekaligus politisi vokal. Tapi hari ini, ia tak tersentuh oleh isu-isu besar atau orasi-orasi politik yang panas. Yang membuat dadanya sesak hanyalah satu rasa yang tumbuh diam-diam dan kini riuh, sulit ditekan.

Ia belum dikaruniai anak. Hari-harinya ia curahkan untuk menyayangi, balita lucu anak tetangganya. Bocah itu sering ia ajak main di rumahnya, disuapi, ditimang, dan kadang tertidur dalam pelukannya. Semua itu ia lakukan sebagai pelampiasan rindu pada hadirnya buah hati dalam rumah tangganya.

Tapi di balik kasih itu, perlahan hadir rasa lain.

Bukan lagi pada sang bocah, tapi pada ayahnya.

Seorang lelaki muda, tampan, sopan, tenang, dan hangat dalam bersikap. Enam tahun lebih muda darinya, namun terasa matang. Dari obrolan ringan di depan pagar, tawa kecil karena tingkah anaknya, rasa itu tumbuh. Ia mencoba menolak berkali-kali. Tapi hatinya tak mudah diluruskan.

Setiap kali ia menatap suaminya, rasa bersalah menghantam. Ia bukan lagi istri seorang cendekia. Ia hanya wanita biasa, yang sedang berperang dengan cintanya sendiri pada suami orang.

Degup jantungnya berdetak saat suara motor itu muncul dari kejauhan. Lelaki muda itu melintas dengan motor sport hitamnya, jaket kerja membalut tubuh tegapnya. Wajah teduh dan sorot matanya tegas menatap ke depan. Tak menoleh sedikit pun. Tapi cukup untuk membuat dunia wanita itu runtuh dalam diam. Ia berdiri kaku, berharap tak terlihat, tapi diam-diam ingin diperhatikan.

Wanita itu menggigit bibir. Duduk perlahan, meletakkan gelas, menarik napas panjang, lalu beristighfar lirih. Namun air mukanya tak bisa dibohongi. Ada rindu yang tak tahu ke mana harus dititipkan.

Dia melangkah pelan masuk ke kamar. Tirai jatuh kembali, menutup pandangan dan menyimpan rahasia. Di atas tempat tidur, ia terbaring. Gamisnya kusut, jilababnya bergeser, matanya menerawang ke langit-langit, tapi pikirannya entah ke mana. Deru motor, sorot mata, cara senyumnya, semua berulang dalam kepalanya.

"Kenapa kamu?" bisiknya lirih.

"Kenapa bukan suamiku yang mengguncang hatiku seperti ini?"

Suaminya lelaki baik, cerdas, dihormati. Tapi sudah lama tak menyentuh batinnys. Ia rindu kelembutan yang lebih personal, perhatian yang tulus, seperti yang diberikan lelaki muda itu dengan tanpa sadar dan tanpa usaha.

Obrolan ringan tentang susu dan popok pun terasa seperti oase. Ia menutup mata, tapi wajah lelaki tampan nan karismatik itu justru muncul lebih jelas, tersenyum sederhana, membuatnya merasa hidup kembali.

"Astaghfirullah..." bisiknya. Namun istighfar itu belum cukup menenangkan. Ia sadar: ini bukan sekadar kekaguman. Ini perasaan yang nyata. Ia sedang berdiri di ujung jurang. Sedikit saja tergelincir, segalanya bisa hancur.

Ia tidak pernah merasakan getaran sebesar ini kepada siapa pun sebelumnya. Tidak pada suaminya, tidak pada lelaki mana pun dalam hidupnya.

Rumah minimalis itu terasa kian sunyi mencekam. Tak ada suara televisi, tak ada denting piring dari dapur, bahkan detik jam dinding pun seperti enggan bergerak. Ia berbaring di ranjang megah yang tak membuatnya merasa megah sedikit pun.

Setelah bosan dalam posisi miring, tubuhnya kini telentang, menatap langit-langit kamar seperti menatap kekosongan jiwanya sendiri. Angan-angannya menari liar. Wajah lelaki itu kembali hadir dalam benaknya, begitu jelas seolah baru saja ia pandangi. Senyumnya, matanya, bahkan caranya menggendong anaknya dengan satu tangan dan menyapa dengan ringan membuat hatinya meleleh.

Tiba-tiba tubuhnya merinding. Ada desir aneh menyusup dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia seperti mencium kembali aroma tubuh lelaki itu. Aroma yang begitu familiar baginya sekarang.

Segarnya seperti tanah basah selepas hujan, maskulin, dan membumi. Tidak seperti aroma suaminya yang terlalu artifisial, terlalu dibuat-buat. Ia bahkan pernah merasa pusing hanya karena duduk terlalu dekat dengan suaminya.

Tapi aroma lelaki itu?

Ia bahkan menantikan saat-saat di mana lelaki itu berdiri sedikit lebih dekat dengannya saat menjemput, anaknya. Tanpa sadar ia menahan napas, menikmati aroma tubuh itu sejenak lebih lama. Dan kini, dalam sepi kamarnya, ia mulai membandingkan suaminya dengan lelaki muda, suami orang. Sama-sama gagah tapi berbeda getaran. Aura mereka berbeda. Yang satu mengintimidasi, yang satu menyentuh sampai relung hati.

Dalam benaknya, ia mulai membayangkan sesuatu yang tak pernah berani ia bayangkan sebelumnya. Lelaki muda itu mendekat, menatapnya dalam dan dengan lembut mencium kening, hidung dan bibirnya.

Tubuhnya tersentak menegang tak bergerak. Bayangan itu terlalu nikmat untuk ditepis. Terlalu kuat untuk diusir. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai seorang istri, ia membayangkan ciuman nikmat dari lelaki yang bukan suaminya.

"Sayang, oooh..." Lenguhnya tiba-tiba seraya meremas dua bukit kembar di dadanya, berharap mendapatkan remasan yang tak kalah menggairahkan dari lelaki itu. Remasan yang benar-benar ia bisa nikmati dengan sepenuh hati. Ia sudah sangat terhipnotis dengan pesona dan aura kejantanan sang papa muda, sejak beberapa bulan terakhir.

"Aaah Sayaaangku..." ia kembali melenguh seolah merasakan sentuhan jemari lelaki tetangganya itu. Jemari lelaki itu bahkan dirasakannya seolah menyentuh penuh energi yang membakar sukmanya, mengirimkan jutaan bulir kenikmatan ke seluruh tubuhnya.

Ia mulai kegerahan, hingga tak sadar mengangkat gamisnya sebatas leher. Tubuh indahnya dibiarkan terbuka hanya tertutup celana dalam dan bra.

'Sayang.... ooh......" ia mengerang kecil, sambil meremas seprai dengan kedua tangannya. Bayangan lelaki muda itu mulai merasuki jiwanya hingga membuatnya benar-benar kembali merasakan seolah jemari lelaki itu sedang meremasi kedua payudaranya yang indah dengan intens penuh gairah.

"Apa yang telah kamu lakukan padaku ini? Aaaah, kamu telah mencuri jiwaku, Sayang," lanjutnya semakin lirih. Bayangan selangkangan lelaki muda itu yang selalu tampak menyembul di balik celananya, kian membuatnya melayang.

Angin pagi menimbulkan suara bersuit di luar jendela kamar, istri salihah itu telentang. Matanya terbuka sepenuhnya, kamar tidur yang sunyi, senyap dan hangat kian membuat tubuhnya kegerahan padahal nyaris tak terututp lagi.

Ia tersentak ketika tak sengaja tangannya menyentuh bagian paling sensitif di selangkangannya. Celana dalamnya sudah mulai sedikit basah. Sebuah rasa geli yang telah lama tak dirasakannya muncul tiba-tiba. Rasa geli yang sudah cukup lama tak dia dapatkan dari suaminya yang sedang sibuk berkampanye.

Ia menggelinjang, terus mendesah gelisah. Rasa geli menyelimuti puncak-puncak kedua dadanya. Ia menggaruknya dengan tangannya sendiri dan membayangkan itu adalah tangan sang lelaki.

"Syaaang oooh Sayaang, aaah kamu sudah membuatku gila..." ia mendesahkan kenikmatan.

Wanita itu sudah mulai tak tahan lagi, dengan satu tangannya dia meremas-remas dua buah dadanya sendiri. Dia juga lantas mengusap-usap area kewanitaanya dengan tangan yang lain. Celana dalam yang masih dipakainya tak mampu mencegah rasa nikmat yang datang dari telapak tangannya sendiri.

"Nimkaaat sekaaaali sayaaang uuuh, jantan sekali dirimu," lenguhannya semakin tidak terkendali. Dia mulai lupa jika angin masih sedang mendengarkannya. Dan ternyata tangannya telah berhasil melepasakan celana dalamnya.

Dia terus meraba-raba tonjolan kecil di bagian atas yang telah menyeruak keluar dari persembunyiannya, menonjol diam-diam menanti sentuhan jarinya sendiri yang dia asusmsikan sebagi jemarinya lelaki perkasa itu.

Ia menggigit bibir bawahnya, tersentak bagai tersengat listrik ketika ujung telunjuknya tak sengaja menyentuh tonjolan kecil kenikmatannya.

"Ooowh ... sssst..." Sebuah desah cukup keras menghambur keluar dari mulutnya. Tak lama kemudian ia mengerang tanpa berusaha menahan suaranya. Sudah tak peduli lagi dengan apapun yang terjadi.

Kedua pahanya terbentang lebar dan jari tengahnya melesak menerobos di antara lembah bibir kewanitaannya. Jemari itu lalu keluar masuk dengan gerakan yang semakin cepat untuk menggapai nikmat surgawinya.

"Aaaah, Sayaaaang.... I love you..." erangannya semakin jelas. Kalau ada orang berdiri di balik jendela kamar dan menempelkan kupingnya, niscaya akan mendengar erangan kerasnya itu.

Dua jermarinya semaklin cepat keluar masuk lembah basah itu, sementara tangan yang satunya terus meremas-remas payudaranya dengan gemas. Tubuhnya berguncang-guncang oleh gerakannya sendiri, ranjangnya pun bergoyang keras ketika dia mulai merasakan dirinya mendaki puncak birahi yang teramat dahsyat,

Kedua jarinya makin melesak menelusur lembah sempit di bawah sana, kedua pahanya terentang maksimum, membuat lobang kewanitaan terbuka lebar, memberikan keleluasaan gerak tangan dan jari jemarinya, hingga menimbulkan rasa nikmat yang berdenyut-denyut.

Ia mengangkat pinggulnya, memberikan tekanan ekstra ke seluruh daerah kewanitaannya, menggosok-gosoknya sangat keras dengan kedua tangannya. "Sayangku... oooh gantengku oooh..."

Tubuhnya mulai mengejang. Dia terus menggosok dan enggesek arena surgawainya, hingga rasa geli, gatal dan nikmat itu begitu intens memenuhi tubuhnya. Dia semakin tidak tahan lagi.

"Aaaaah, I love you honey oooooh," erangnya kerasa seraya membentangkan kedua kakinya yang kejang. Kedua tangannya meninggalkan daerah kewanitaannya, mencengkram seprai di kedua sisi tubuhnya, saat klimaksnya datang bagai guntur bergulung-gulung.

"Ooooooh aku dapeeeet lagi, Sayangku..." lenguhnya kuat sebelum matanya benar-benar terpejam melepaskan bayanga sang kekasih gelpa yang kini telah pergi seiring dengan menghilangnya kenikmatan dirinya secara perlahan.

Istri Salihah itu beringsut bangun dan merapikan kembali pakaiannya, lantas bergegas ke kamar mandi. Langkahnya gontai, dadanya penuh sesak, air matanya lebih dulu jatuh sebelum air pancuran menyentuh kulit.

Ia kembali mandi dengan bersih, menggosok tubuhnya berulang-ulang, seakan bisa menghapus rasa yang tumbuh di tempat yang salah. Ia menangis dalam diam, hanya suara air yang menjadi saksi.

Dalam tiap usapan sabun, terselip doa agar Allah mengampuni segala sesatnya.

"Aku kotor... aku najis..." bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, seorang wanita yang dijuluki ustazah, istri sah, istri salihah, justru menyimpan gejolak pada lelaki lain. Bukan lelaki asing, tapi ayah dari balita yang sering ia timang dengan kasih.

Selesai mandi, tubuhnya masih gemetar. Ia melangkah pelan ke kamar, lalu menjatuhkan diri di atas kasur. Tanpa pikir panjang, ia membungkus dirinya dengan selimut tebal, rapat seperti seseorang yang terserang malaria.

Tubuhnya menggigil, tapi bukan karena demam. Melainkan rasa sesal dan malu yang merangsek dari dalam. Kepalanya dipenuhi bisikan yang menyesakkan: "Kenapa aku selemah ini?"

Dalam kegelapan di balik selimut itu, tangisnya kembali pecah. Seakan ia ingin menghilang, ditelan bumi yang sunyi.

"Fadly, siapa kamu sebenarnya?"

^*^

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Bagian   04-15 16:09
img
1 Bab 1 Bagian
15/04/2025
2 Bab 2 Bagian
15/04/2025
3 Bab 3 Bagian
15/04/2025
4 Bab 4 Bagian
15/04/2025
5 Bab 5 Bagian
15/04/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY