/0/23454/coverbig.jpg?v=cf54d7fb5828f41e4a0a2b3ab69b9543)
KHUSUS DEWASA (21+) "Hasrat Liar Istri Salihah" Ketika kesetiaan diuji bukan oleh godaan dari luar, melainkan dari dalam hati sendiri... Nadia dikenal sebagai istri salihah-lembut, sabar, dan selalu menempatkan keluarga di atas segalanya. Tapi saat Danar, suaminya, pergi ke luar kota untuk proyek besar dan meninggalkannya bersama anak mereka, perlahan ada ruang kosong yang tak bisa diisi oleh doa dan kesabaran semata. Apalagi ketika sosok lama dari masa lalu kembali hadir... dengan tatapan yang dulu sempat membuat jantungnya bergetar. Di antara status sebagai seorang istri yang patuh dan seorang perempuan dengan hasrat yang terpendam, Nadia harus memilih. Apakah ia tetap menjadi simbol kesetiaan, atau justru menemukan dirinya dalam pelukan dosa yang selama ini ia kutuk dalam diam? Sebuah kisah tentang gejolak batin, pengkhianatan hati, dan rahasia yang mengubah arti kata "salihah".
Pagi itu dunia seolah melambat.
Mentari baru menyusup malu-malu di sela tirai putih rumah minimalis. Di balik kaca jendela, seorang wanita berdiri, memeluk gelas teh yang tak lagi hangat. Gamis dan hijab modern membalut tubuhnya yang anggun.
Seorang wanita, berusia 32 tahun, istri kedua seorang dosen senior sekaligus politisi vokal. Tapi hari ini, ia tak tersentuh oleh isu-isu besar atau orasi-orasi politik yang panas. Yang membuat dadanya sesak hanyalah satu rasa yang tumbuh diam-diam dan kini riuh, sulit ditekan.
Ia belum dikaruniai anak. Hari-harinya ia curahkan untuk menyayangi, balita lucu anak tetangganya. Bocah itu sering ia ajak main di rumahnya, disuapi, ditimang, dan kadang tertidur dalam pelukannya. Semua itu ia lakukan sebagai pelampiasan rindu pada hadirnya buah hati dalam rumah tangganya.
Tapi di balik kasih itu, perlahan hadir rasa lain.
Bukan lagi pada sang bocah, tapi pada ayahnya.
Seorang lelaki muda, tampan, sopan, tenang, dan hangat dalam bersikap. Enam tahun lebih muda darinya, namun terasa matang. Dari obrolan ringan di depan pagar, tawa kecil karena tingkah anaknya, rasa itu tumbuh. Ia mencoba menolak berkali-kali. Tapi hatinya tak mudah diluruskan.
Setiap kali ia menatap suaminya, rasa bersalah menghantam. Ia bukan lagi istri seorang cendekia. Ia hanya wanita biasa, yang sedang berperang dengan cintanya sendiri pada suami orang.
Degup jantungnya berdetak saat suara motor itu muncul dari kejauhan. Lelaki muda itu melintas dengan motor sport hitamnya, jaket kerja membalut tubuh tegapnya. Wajah teduh dan sorot matanya tegas menatap ke depan. Tak menoleh sedikit pun. Tapi cukup untuk membuat dunia wanita itu runtuh dalam diam. Ia berdiri kaku, berharap tak terlihat, tapi diam-diam ingin diperhatikan.
Wanita itu menggigit bibir. Duduk perlahan, meletakkan gelas, menarik napas panjang, lalu beristighfar lirih. Namun air mukanya tak bisa dibohongi. Ada rindu yang tak tahu ke mana harus dititipkan.
Dia melangkah pelan masuk ke kamar. Tirai jatuh kembali, menutup pandangan dan menyimpan rahasia. Di atas tempat tidur, ia terbaring. Gamisnya kusut, jilababnya bergeser, matanya menerawang ke langit-langit, tapi pikirannya entah ke mana. Deru motor, sorot mata, cara senyumnya, semua berulang dalam kepalanya.
"Kenapa kamu?" bisiknya lirih.
"Kenapa bukan suamiku yang mengguncang hatiku seperti ini?"
Suaminya lelaki baik, cerdas, dihormati. Tapi sudah lama tak menyentuh batinnys. Ia rindu kelembutan yang lebih personal, perhatian yang tulus, seperti yang diberikan lelaki muda itu dengan tanpa sadar dan tanpa usaha.
Obrolan ringan tentang susu dan popok pun terasa seperti oase. Ia menutup mata, tapi wajah lelaki tampan nan karismatik itu justru muncul lebih jelas, tersenyum sederhana, membuatnya merasa hidup kembali.
"Astaghfirullah..." bisiknya. Namun istighfar itu belum cukup menenangkan. Ia sadar: ini bukan sekadar kekaguman. Ini perasaan yang nyata. Ia sedang berdiri di ujung jurang. Sedikit saja tergelincir, segalanya bisa hancur.
Ia tidak pernah merasakan getaran sebesar ini kepada siapa pun sebelumnya. Tidak pada suaminya, tidak pada lelaki mana pun dalam hidupnya.
Rumah minimalis itu terasa kian sunyi mencekam. Tak ada suara televisi, tak ada denting piring dari dapur, bahkan detik jam dinding pun seperti enggan bergerak. Ia berbaring di ranjang megah yang tak membuatnya merasa megah sedikit pun.
Setelah bosan dalam posisi miring, tubuhnya kini telentang, menatap langit-langit kamar seperti menatap kekosongan jiwanya sendiri. Angan-angannya menari liar. Wajah lelaki itu kembali hadir dalam benaknya, begitu jelas seolah baru saja ia pandangi. Senyumnya, matanya, bahkan caranya menggendong anaknya dengan satu tangan dan menyapa dengan ringan membuat hatinya meleleh.
Tiba-tiba tubuhnya merinding. Ada desir aneh menyusup dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia seperti mencium kembali aroma tubuh lelaki itu. Aroma yang begitu familiar baginya sekarang.
Segarnya seperti tanah basah selepas hujan, maskulin, dan membumi. Tidak seperti aroma suaminya yang terlalu artifisial, terlalu dibuat-buat. Ia bahkan pernah merasa pusing hanya karena duduk terlalu dekat dengan suaminya.
Tapi aroma lelaki itu?
Ia bahkan menantikan saat-saat di mana lelaki itu berdiri sedikit lebih dekat dengannya saat menjemput, anaknya. Tanpa sadar ia menahan napas, menikmati aroma tubuh itu sejenak lebih lama. Dan kini, dalam sepi kamarnya, ia mulai membandingkan suaminya dengan lelaki muda, suami orang. Sama-sama gagah tapi berbeda getaran. Aura mereka berbeda. Yang satu mengintimidasi, yang satu menyentuh sampai relung hati.
Dalam benaknya, ia mulai membayangkan sesuatu yang tak pernah berani ia bayangkan sebelumnya. Lelaki muda itu mendekat, menatapnya dalam dan dengan lembut mencium kening, hidung dan bibirnya.
Tubuhnya tersentak menegang tak bergerak. Bayangan itu terlalu nikmat untuk ditepis. Terlalu kuat untuk diusir. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai seorang istri, ia membayangkan ciuman nikmat dari lelaki yang bukan suaminya.
"Sayang, oooh..." Lenguhnya tiba-tiba seraya meremas dua bukit kembar di dadanya, berharap mendapatkan remasan yang tak kalah menggairahkan dari lelaki itu. Remasan yang benar-benar ia bisa nikmati dengan sepenuh hati. Ia sudah sangat terhipnotis dengan pesona dan aura kejantanan sang papa muda, sejak beberapa bulan terakhir.
"Aaah Sayaaangku..." ia kembali melenguh seolah merasakan sentuhan jemari lelaki tetangganya itu. Jemari lelaki itu bahkan dirasakannya seolah menyentuh penuh energi yang membakar sukmanya, mengirimkan jutaan bulir kenikmatan ke seluruh tubuhnya.
Ia mulai kegerahan, hingga tak sadar mengangkat gamisnya sebatas leher. Tubuh indahnya dibiarkan terbuka hanya tertutup celana dalam dan bra.
'Sayang.... ooh......" ia mengerang kecil, sambil meremas seprai dengan kedua tangannya. Bayangan lelaki muda itu mulai merasuki jiwanya hingga membuatnya benar-benar kembali merasakan seolah jemari lelaki itu sedang meremasi kedua payudaranya yang indah dengan intens penuh gairah.
"Apa yang telah kamu lakukan padaku ini? Aaaah, kamu telah mencuri jiwaku, Sayang," lanjutnya semakin lirih. Bayangan selangkangan lelaki muda itu yang selalu tampak menyembul di balik celananya, kian membuatnya melayang.
Angin pagi menimbulkan suara bersuit di luar jendela kamar, istri salihah itu telentang. Matanya terbuka sepenuhnya, kamar tidur yang sunyi, senyap dan hangat kian membuat tubuhnya kegerahan padahal nyaris tak terututp lagi.
Ia tersentak ketika tak sengaja tangannya menyentuh bagian paling sensitif di selangkangannya. Celana dalamnya sudah mulai sedikit basah. Sebuah rasa geli yang telah lama tak dirasakannya muncul tiba-tiba. Rasa geli yang sudah cukup lama tak dia dapatkan dari suaminya yang sedang sibuk berkampanye.
Ia menggelinjang, terus mendesah gelisah. Rasa geli menyelimuti puncak-puncak kedua dadanya. Ia menggaruknya dengan tangannya sendiri dan membayangkan itu adalah tangan sang lelaki.
"Syaaang oooh Sayaang, aaah kamu sudah membuatku gila..." ia mendesahkan kenikmatan.
Wanita itu sudah mulai tak tahan lagi, dengan satu tangannya dia meremas-remas dua buah dadanya sendiri. Dia juga lantas mengusap-usap area kewanitaanya dengan tangan yang lain. Celana dalam yang masih dipakainya tak mampu mencegah rasa nikmat yang datang dari telapak tangannya sendiri.
"Nimkaaat sekaaaali sayaaang uuuh, jantan sekali dirimu," lenguhannya semakin tidak terkendali. Dia mulai lupa jika angin masih sedang mendengarkannya. Dan ternyata tangannya telah berhasil melepasakan celana dalamnya.
Dia terus meraba-raba tonjolan kecil di bagian atas yang telah menyeruak keluar dari persembunyiannya, menonjol diam-diam menanti sentuhan jarinya sendiri yang dia asusmsikan sebagi jemarinya lelaki perkasa itu.
Ia menggigit bibir bawahnya, tersentak bagai tersengat listrik ketika ujung telunjuknya tak sengaja menyentuh tonjolan kecil kenikmatannya.
"Ooowh ... sssst..." Sebuah desah cukup keras menghambur keluar dari mulutnya. Tak lama kemudian ia mengerang tanpa berusaha menahan suaranya. Sudah tak peduli lagi dengan apapun yang terjadi.
Kedua pahanya terbentang lebar dan jari tengahnya melesak menerobos di antara lembah bibir kewanitaannya. Jemari itu lalu keluar masuk dengan gerakan yang semakin cepat untuk menggapai nikmat surgawinya.
"Aaaah, Sayaaaang.... I love you..." erangannya semakin jelas. Kalau ada orang berdiri di balik jendela kamar dan menempelkan kupingnya, niscaya akan mendengar erangan kerasnya itu.
Dua jermarinya semaklin cepat keluar masuk lembah basah itu, sementara tangan yang satunya terus meremas-remas payudaranya dengan gemas. Tubuhnya berguncang-guncang oleh gerakannya sendiri, ranjangnya pun bergoyang keras ketika dia mulai merasakan dirinya mendaki puncak birahi yang teramat dahsyat,
Kedua jarinya makin melesak menelusur lembah sempit di bawah sana, kedua pahanya terentang maksimum, membuat lobang kewanitaan terbuka lebar, memberikan keleluasaan gerak tangan dan jari jemarinya, hingga menimbulkan rasa nikmat yang berdenyut-denyut.
Ia mengangkat pinggulnya, memberikan tekanan ekstra ke seluruh daerah kewanitaannya, menggosok-gosoknya sangat keras dengan kedua tangannya. "Sayangku... oooh gantengku oooh..."
Tubuhnya mulai mengejang. Dia terus menggosok dan enggesek arena surgawainya, hingga rasa geli, gatal dan nikmat itu begitu intens memenuhi tubuhnya. Dia semakin tidak tahan lagi.
"Aaaaah, I love you honey oooooh," erangnya kerasa seraya membentangkan kedua kakinya yang kejang. Kedua tangannya meninggalkan daerah kewanitaannya, mencengkram seprai di kedua sisi tubuhnya, saat klimaksnya datang bagai guntur bergulung-gulung.
"Ooooooh aku dapeeeet lagi, Sayangku..." lenguhnya kuat sebelum matanya benar-benar terpejam melepaskan bayanga sang kekasih gelpa yang kini telah pergi seiring dengan menghilangnya kenikmatan dirinya secara perlahan.
Istri Salihah itu beringsut bangun dan merapikan kembali pakaiannya, lantas bergegas ke kamar mandi. Langkahnya gontai, dadanya penuh sesak, air matanya lebih dulu jatuh sebelum air pancuran menyentuh kulit.
Ia kembali mandi dengan bersih, menggosok tubuhnya berulang-ulang, seakan bisa menghapus rasa yang tumbuh di tempat yang salah. Ia menangis dalam diam, hanya suara air yang menjadi saksi.
Dalam tiap usapan sabun, terselip doa agar Allah mengampuni segala sesatnya.
"Aku kotor... aku najis..." bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.
Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, seorang wanita yang dijuluki ustazah, istri sah, istri salihah, justru menyimpan gejolak pada lelaki lain. Bukan lelaki asing, tapi ayah dari balita yang sering ia timang dengan kasih.
Selesai mandi, tubuhnya masih gemetar. Ia melangkah pelan ke kamar, lalu menjatuhkan diri di atas kasur. Tanpa pikir panjang, ia membungkus dirinya dengan selimut tebal, rapat seperti seseorang yang terserang malaria.
Tubuhnya menggigil, tapi bukan karena demam. Melainkan rasa sesal dan malu yang merangsek dari dalam. Kepalanya dipenuhi bisikan yang menyesakkan: "Kenapa aku selemah ini?"
Dalam kegelapan di balik selimut itu, tangisnya kembali pecah. Seakan ia ingin menghilang, ditelan bumi yang sunyi.
"Fadly, siapa kamu sebenarnya?"
^*^
Misteri Birahi Kampung Cilendir adalah sebuah kisah yang menggali sisi gelap sebuah kampung yang tampak damai dan sejahtera di permukaan, namun menyimpan rahasia kelam di balik kehidupan sehari-hari warganya. Di balik senyum ramah penduduknya, tersembunyi konflik batin yang mengguncang jiwa, ketamakan, dan nafsu yang tanpa kendali. Cerita ini membawa pembaca ke dalam kehidupan para tokoh yang terjebak dalam dilema moral, di mana keinginan yang tak terungkap beradu dengan norma dan harapan yang dibebankan masyarakat. Ketegangan antara pengendalian diri dan dorongan syahwat yang tak terkontrol membentuk alur yang penuh gejolak, meruntuhkan segala harapan akan kehidupan yang sederhana dan tenang. Satu per satu rahasia kampung ini terungkap, membuka gambaran bahwa kadang, kehidupan yang tampak sempurna justru menyembunyikan kelicikan yang membahayakan
Kebutuhan biologis adalah manusiawi. Tak perduli dia berprofesi apa dalam dunianya, namun nagkah batin jelas tak mengenal tahta, kasta maupun harta.
Usia terkadang tidak menjadi patokan buat seseorang bisa berbuat lebih dewasa. Banyak faktor yang memperngaruhinya, termasuk salah pergaulan. Khusus pembaca yang pernah mengalami gejolak hasrat cinta dan birahi masa remajanya, tentu kisahku ini akan sedikit memberikan kesan dan nostalgia terindah masa-masa remajanya. Sengaja disajikan utuh memotret masa beberapa tahun yang lalu, agar siapapun yang pernah merasakan bangku SMA dan dunia perkuliahan, bisa lebih menghayatinya. Namun demikian pada beberpa bab kisah ini hanya cocok buat dewasa karena mengandung adegan dewasa, mohon bijak dalam memilih bab-bab tertentu
Tak pernah terduga jika dia sebenarnya sang mafia itu. Suangguh pandai wanita itu menyembunyikan dirinya dalam cahaya terang yang senantiasa menyoroti setiap langkahnya. Namun sepnadai-pandainya tupai meloncat, suatu saat dia akan terjatuh juga. Salah sasaran akhirnya mengubah segalanya.
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?