r. Lilith duduk diam di kursinya, jemarinya menggenggam cek lima pul
n. Tidak ada obrolan ringan, tidak ada basa-basi. Seolah-olah kesepa
ekadar transaksi. Ini adalah
matanya lurus ke jalanan yang diterangi lampu kota. Wajahny
ke rumahmu?" Lilith ak
ya tetap fokus pada jalan sebelum akhirn
Aku pikir ini hanya
harus memastikan semua orang percaya bahwa ini
di rumah pria ini? Bersama p
harus tinggal?" t
menatap ke depan. "Setidaknya sampai semua
tidak yakin bisa berpura-pura
n. "Aku yakin kau bisa. Kau butuh uang, dan aku but
ndela. Lampu-lampu kota berpendar di kaca mo
harus ia bayar u
n sekadar rumah-itu
megah yang menjulang di hadapannya. Dinding kaca yang luas, lampu-lampu kristal yang berp
obil mereka meluncur masuk. Lilith hampir ti
seorang pria tua dengan setelan
kemudian menoleh pada Lilith dan sedikit
mana, mendengar namanya dis
berjalan ke sisi Lilith dan membuka pintunya. "Ini
sesuatu di matanya yang tajam. "Senan
gguk canggung
untuk membawa barang-barang Lilith-yang sebenarnya tidak banyak
unjukkan kamar A
at mengikuti, Alexander m
u," katanya, suarany
membeku
i. "Pasangan suami istri yang baha
r. Jika mereka benar-benar ingin meyakinkan dunia, me
berat hati, i
uga hal ini. "Baiklah, kalau begitu, saya akan men
dan Lilith mengikuti, meskipun
h luas dari seluruh
ewahan ini. Tempat tidur king-size dengan seprai sutra, lemari kayu mahoni yang
asa," gumam Lil
kannya di kursi sebelum menatapnya.
h. "Bagaimana kita
ndekat, berdiri hanya
yang nyata di depan orang lain," katanya pelan.
. "Dan kalau aku
um tipis. "Jangan
in.
gerti peri
dirinya tidak meny
bahwa ia sudah terjebak dalam perm