kamar tidur yang disediakan Nadine untuknya, sementara Damien duduk di ruang tamu, menatap televisi yang tak menyala,
sibukan Nadine, tapi tidak pernah ada jarak sejauh ini. Nadine tampaknya semakin menjauh, baik secara fisik maupun emosional. Setiap kata ya
pengabaian. Nadine tampak begitu tidak peduli pada perasaannya. Seper
menariknya dari lamunan.
Ada banyak pekerjaan yang harus d
as, seperti jawaban yang sama setiap kali ia menghubungi N
singkat: "Baik. H
a terasa berat saat ia berjalan ke kamar tidur. Biasanya, ia dan Nadine akan berbicara sebelum ti
an kehadiran Nadine yang begitu jauh. Saat itulah ia mendengar suara pintu
gkah cepat. Wajahnya terlihat lelah, tapi juga tamp
an terburu-buru. "Kau... lagi-lagi tidak ada waktu untuk berbica
t. "Damien, jangan mulai lagi. Aku sudah bil
elah? Atau hanya tidak peduli?" tanya
menatapnya dengan tatap
tu. Apakah itu alasan kenapa aku terus diabaikan? Karena ada orang lain yang h
ian yang sudah ditanggalkan ke tempat tidur. "Dia hanya
n menerima semuanya? Kau membawa seorang asing ke rumah kita,
u sedang mencoba mengatur semuanya. Aku mencoba menjaga karierku, menjaga rumah,
lagi?" suara Damien bergetar. "Apakah peran kit
di matanya yang sulit dipahami. "Kau tahu aku berusaha, bu
rpisah, Nadine. Apa yang kita miliki sekarang? Apakah ini yang kita
yang bisa dia katakan. Damien bisa merasakan keteganga
Damien, suaranya lebih lembut sekarang. "Seandainya saj
tidurnya dan berbaring, membelakangi Damien. "Aku lelah, Damien. Aku
ereka berdua berada dalam satu kamar, rasanya mereka semakin jauh, dan ad
na, di tengah hening yang menekan, Damien merasa dirinya kehilangan arah. Ke ma
orang gadis yang menginap di rumah mereka. Ini tentang Nadine yang semakin tidak terlihat. Ini tentang dirinya y