hujan masih mengguyur kota, dan langit yang kelabu menciptakan suasana muram, namun baginya, itu adalah tanda bahwa dia
terluka, tetapi ada bagian dalam dirinya yang menolak untuk terpuruk terlalu lama. Dinda, sahabatnya, selalu mengingatkan bahwa
dia bisa duduk dalam ketenangan, meminum secangkir kopi panas, dan membiarkan pikirannya berkelana. Dia selalu merasa damai di sini, jauh dari
eja favoritnya di pojok ruangan, jauh dari keramaian, dan duduk di sana. Ia memesan seca
ia di luar sana terbungkus dalam lapisan kabut yang membuatnya tampak lebih jauh dan lebih tidak terjangkau. Rina merasa
ahnya dan melihat seorang pria yang tidak asing baginya-Adrian, pemilik kafe ini. Adrian adalah tem
kesedihan yang tersisa di matanya. "Selamat pag
tahu kamu suka datang kemari untuk mencari ketenangan,
n. Dia adalah salah satu orang yang selalu bisa membuatnya merasa sedikit lebih baik,
, seolah sudah tahu dari raut wajah Rina bahwa i
ak bisa aku ubah. Amara kembali, dan aku sudah tidak ada di dalam gambaran hidupnya lagi
ita cintai, agar kita bisa menemukan diri kita yang lebih kuat. Hidup itu bukan tentang bert
r seperti kebenaran yang sulit diterima, tetapi semakin ia pikirkan
nah begitu besar. Tapi hidupmu belum berakhir, Rina. Kamu masih punya kesempatan u
irinya yang masih bergejolak. Seolah ada kekosongan yang tidak bisa diisi dengan kata-kata manis atau jaminan
berat. "Aku tahu aku harus bergerak maju, tetapi kadang-kadang, seo
sendiri, untuk benar-benar memahami apa yang kita inginkan, sebelum kita melangkah lebih jauh. Jangan terb
api benang merahnya tetap sama-bahwa Rina perlu memberi ruang untuk dirinya sen
uhnya melupakan Rayhan, atau segala yang telah terjadi, tetapi dia bisa merasa sedikit lebih tegar. Mungkin ini saa
-sisa hujan yang jatuh dari pohon-pohon di sekitar jalan. Rina merasa seolah dunia itu ke
k rintangan yang harus dia hadapi. Tetapi yang pasti, dia
arus memaafkan dirinya terlebih dahulu. Hanya dengan begitu,