Lantai 15 – Hot
aya lembut ke dinding marmer berwarna champagne. Ruangan itu jelas bukan dibuat untuk pesta besar,
istri pejabat terpilih untuk menghadiri acara syukuran atas kenaikan jabatan
ngan senyum sempurna, menyambut tamu satu per satu. Gaun pastelnya yang mewah, rancangan khusus dari Singapura, serasi d
r istri Dirjen. Ia adalah ibu tunggal bagi Bisma, anak semata wayangnya yang sedang bersiap mengikuti ujian masuk fakultas kedokteran. Setiap pagi sebelum pukul lim
di bahan pembicaraan di kalangan istri pejabat. Kantornya di kawasan Menteng selalu di
langsung dalam kegiatan sosial yayasan Bunda Peduli. Anak-anak jalanan yang dibinanya memanggilnya "Mama Siska" dengan penuh kasih. "Dulu aku juga harus be
uami". Malam hari adalah waktu untuk bekerja: menyusun laporan keuangan bisnis, memantau nilai-nilai Bisma, dan menyiapkan proposal yayasan. Di tengah kesibukan, kadang ia terdiam sejenak, m
Siska menyimpan satu rahasia yang tak boleh sampai bocor
emang dan juga pemilik kafe hits yang digandrungi anak muda Jakarta. Tubuh atletis
tres mulai memengaruhi bentuk tubuhnya. Tapi setelah beberapa sesi, saat tangan Raka
akan dinginnya hubungan dengan suam
Dharma Wanita, diam-diam banyak istri pejabat lain yang juga punya "brondong". Hubungan gelap seperti
anda jenderal pensiunan yang masih haus kuasa. Mereka tampil memukau dalam gaun P
eri, istri atasan suaminya memasuki ruangan. Meski usianya 50 tahun, penampilannya tetap memesona berkat klinik kec
hirnya naik jabatan juga. Aura kekuasaanmu mak
sia 46 tahun, berkulit sawo matang, mengenakan ga
yenggol Bu
ja. Pantesan Raka bet
a tersenyum.
caya diri. Langkahnya mantap, aroma oud bercampur ambergris menye
ung manis di leher, sementara clutch Chanel berwarna silver mengayun ringan di pergelangan tangannya. Bu Mia bukan
gaya hidup kelas atas. Tapi di balik botol-botol kaca mewah dan aroma signature-nya, Bu Mia punya bisni
knya muncul, mengisyaratkan
anya. Bu Siska, Livia, Heni... kali
cktail-nya. "Cahaya kekuasaan, Mi. Tapi tetap but
ua yang terbaru, baru aja mendarat dari Ba
ng kirim fotonya donk. Yang kemarin lucu sih, tapi terla
m kecil, meneguk minumannya perlahan. Ia tak p
t sawo matang, pinter yoga, dan katanya pernah jadi model katal
enyumnya samar namu
u nggak. Yang penting, jangan yang terla
an dunia yang tak pernah tampil di berita protokoler kementerian
i berjalan di antara garis abu-abu, antara pengabdian dan permainan, antara image dan i
pun di
alih mikrofon, mempersilakan para tamu untuk duduk. Para pelayan berbaju hitam-putih berge
ersama Bu Livia, Bu Heni, dan Bu Mia. Mereka duduk berdampingan seperti ratu-ratu kecil dari
a hanyalah senyum tipis, lirikan cepat,
C memanggil nama Bu Siska
nya jatuh sempurna mengikuti langkahnya menuju podium. Semua mata tertuju
k, lalu tersenyum lebar. Senyum yang dipelajari, disusun,
akatuh. Selamat siang, ibu-ibu hebat,
ngguk, sebagian lai
iterima suami saya, Bapak Budi Laksono, sebagai Direktur Jenderal. Tapi lebih dari it
. Bahkan sendok garp
k tertulis, tetapi terasa beratnya setiap hari: harus sempurna, harus kuat, harus tampil baik, bahkan ketika hati kita sedang remuk. Tapi ki
pa wajah mulai menunjukkan keterpuka
dalam cara kita menjaga, membangun, dan tetap peduli meski dunia sering lupa bahwa kita juga manusia. M
cil, lalu menut
menjadi perempuan-perempuan yang luar biasa.
ali ke mejanya dengan langkah anggun, namun sorot matanya sedikit berubah ada kilatan perasaa
berbisi
mu hampir terde
noleh, ters
ling aman adalah yang d
rbicara tempat rahasia-rahasia besar disimpan dala
er satu di depan para tamu. Siang itu, menunya adalah confit bebek dengan saus jeruk mandarin, disajikan bersama mashed potato truffle dan
, dan Bu Mia makan dengan tenang. Namun seperti biasa, di balik
ng kuliah hukum, tinggi, anak tentara itu? Sekarang mulai susah diatur. Minta ap
lihara anak ambisius. Aku sekarang ganti tipe. Yang aku simpan di Cikini itu barista
pilih yang dari dunia 'biasa'. Mereka lebih tahu cara bersyukur. Apalagi kalau kamu kasih mer
t bersuara. "Raka masih stabil. Nggak banyak tanya, nggak banyak gaya. Tapi
ribadi dan piaraan bisa berbahaya. Anak sama brondong itu h
ahut dengan
atu buat weekday, satu buat weekend.
an-perempuan yang tahu bahwa dunia tempat mereka berpij
kut Bu Siska s
i podium... soal perempuan yang tak
urus ke depan, waj
au kalian merasa nyambung, ya mungkin
piring, dan tawa dari meja lain yang tidak tahu bahwa di meja ini,
kan di meja, para tamu mulai sedikit bersantai. Percakapan di meja Bu
nya dengan serbet satin, lalu berkata sambi
i dengan nada penuh undangan tersembunyi. "Aku ada agenda khusus, s
ngangguk sambil men
res setelah acara formal begini. K
tersenyum, m
Kan tahu sendiri, kalau 'acara khusus'-nya S
u Mia yang menghela napas sambil me
enyumnya tetap penuh intrik. "Hari ini ada jadwal rekrut. Beberapa anak ba
eli, "Wah, pantes aja kamu nggak mau ikut. Di tempat kita cuma
diselingi lirikan ke kanan-kiri untuk memas
gangkat bahu, pe
Harus tahu kualitas sebelum
ali sambil ters
yang lolos seleksi, si
u. Spesial untuk pelanggan u
n. Senyum kembali mengembang, lipstick kembali ditepuk pelan dengan tisu, dan raut wajah kembali netral, sep
memberi selamat kepada Bu Siska, menebar pelukan, senyum
ar ditutup perlahan oleh pelayan terakhir, hanya ter
tertinggi hotel. Langkah sepatu hak mereka beradu pelan dengan lantai marmer, tak ada perca
eka. Ruangan itu telah disulap menjadi tempat yang sama sekali berbeda, bukan un
umnya mengandung sesuatu yang tidak bisa d
.." bisiknya pelan, seperti
iran... hidan
balik tirai beludru. Ketika pintu terbuk
t dan bourbon memenuhi ruang, disusu
h terbuka dan kancing kemeja tak lagi sempurna berd