tanah basah masih menggantung di udara. Embun menggantung di ujung daun singkong, menetes perlaha
blat. Mukanya masih lekat dengan sisa kantuk, tapi matanya menyala dengan keyakinan yang belum patah. Ia memegang Iqra' kecil yang sampulnya sudah hampir
nya
dunia di mana lapar bukan musuh, tapi teman yang setia datang setiap malam. Namun dalam kemiskinan itu, ada
panen. Ayahnya, Pak Leman, nyaris tak pernah bicara selain untuk mengucap salam, memberi nasihat pendek, dan mengajar Mamat tentang mati. Karena b
pernah sepenuhny
ua, tubuh Mamat memiliki satu kutukan yang membuatnya d
manggilnya "
olahraga, Mamat pasti sendiri. Tak ada yang mau satu tim dengan anak
s bernama Siti Maesaroh. Putri dari ustaz kampung sebelah. Cantik, manis, dan sangat lembut tutur ka
gsung berdiri dan
u jangan duduk deket-deket do
nya tertawa. Termasu
yiram tubuhnya dengan air sabun keras milik ibunya sampai kulitnya me
kan itu
abun. Bukan masalah keringat. I
isa dibasuh dengan i
_____________
uh, Empat Ta
hatinya mulai gelisah. Ia tidak pernah berani mengungkapkan cinta pada perempuan mana pun. Ia hanya menatap dari ja
Ia meminta kepada Tuhan, bukan rejeki atau kekayaan. Tapi hanya satu:
datang bu
ang adal
ohonan bambu yang melingkar seperti cincin gaib. Di tangannya, lelak
hmu menjadi wangi surgawi,"
siap kehilanga
gat dingin membanjiri tubuh.
Harum. Seperti bunga melati dan ka
itu, hidup M
ata. Itu adalah pintu gerbang menuju ilm
u, aroma tubuh
l deodoran. Tapi wangi samar yang sulit dijelaskan. Campuran bunga liar dan dupa, s
erubahan itu bukan Mamat send
Mamat sarapan, Bu Yati mendekat da
inyak wangi d
gkuk nasi tiwul. "Enggak, Bu. M
ju Mamat. Ada aroma... aneh. Wangi
membuat bulu
pa. Tapi malam itu, ia bangun lebih awal, dan ter
_____________
n perubahan itu tak be
sekitar desa mulai
a yang biasa tak menyapa siapa pun, kini tiba
g baik buat belajar," kata Bu Narsih, sambil menyelip
rdebar tiap kali tatapan perempuan datan
emaja masjid di desa sebelah. Di sana, ada b
sopan, dan sangat menjaga auratnya. Tapi sejak Mamat datang beberapa kal
gan arah. Ia salah sebut ayat, menjatuhkan muke
ebih lambat, Lilis menghampiri Mamat yang
at Al-Waqi'ah, Mat?" tanyanya denga
bisa berka
lis, dan tiba-tiba... ad
-tajam, dalam
tersentak. Tuaku seperti itu...?" g
tak me
lihat-tapi menundukkan. Tanpa ia sadari,
am Tuj
ong di pinggir desa. Rumah itu dulunya milik seorang kakek dukun tua, yang konon menghilan
sana. Bukan karena berani, ta
di tengah ruangan. Jubah hitamnya seperti menyerap cahaya. Wajahnya t
ah siap?"
guk, walau tug kamu c
.Aku ingin... agar peremp
a gembira, tapi seperti suar
tu... mari
_____________
alam itu
an sesuatu ke telinga Mamat. Sebuah mantra dalam bahasa Jawa Kuno. Tak semua kata bisa d
. langit sepe
menari di antara bunga kenanga. Mereka tertawa, memanggil namanya, menyodorkan tubuh, tap
_____________
sa lebih kuat. Nafasnya lebih panjang. Pandangannya lebih tajam. Tapi yang pali
_____________
, hidup Mamat
rumah reyot. Tapi para perempuan m
semua mendekat tanpa alasan yang jelas. Mereka datang mem
lu
uasainya sepenuhnya. Tapi setiap desir tubuh perempuan yang melewatinya ki
m, Mamat semakin da
nta yang
total atas rasa,