, seolah malam telah mencuri semua tenaga yang tersisa. Di balik dinding yang pucat, dunia terus berjalan. Oran
bahagia. Dia hanya tidak
Sering kali ia bertanya, "Apa gunanya aku hidup?" Tapi entah kenapa, setiap kali pikirannya berusaha meyakinkan di
perlahan saat ia mulai menarik diri, dan dunia terasa terlalu bising untuk didengar. Ia pun hanya
alu ramai, terlalu cepat, terlalu kejam. Semua orang yang terlihat bisa tersenyum, tertawa, berbicara tanpa beban. S
duduk di kamar tanpa cahaya, tanpa suara. Aku tidak suka keramaian. Aku tidak suka bertemu dengan orang-orang. Se
aku takut. Takut salah bicara, takut d
diri. Mereka tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahwa setiap kalimat itu menancap seperti jarum di dalam dada. Aku tumbuh dengan luka
percaya
terbuka ketika dunia bahkan tak mau mendengarkan? Aku mencoba menghubungi beliau lagi, tapi jemariku membeku di
tahu, a
ar-bena
it-langit. Tidak menangis. Tidak bicara. Hanya berharap se
n untuk diperhatikan. Tapi karena aku m
areng atau sekadar duduk-duduk, aku masih berjalan sendiri. Selalu sendiri. Tidak ada grup chat yang benar-benar menginginkanku d
menjawab tanpa terdengar aneh. Suaraku sendiri pun terkadang terdengar asi, tugas semakin banyak. Presentasi di depan kelas menjadi sesuatu yang mendebarkan. Setiap kali namaku dipanggil, terdengar ding
p begitu," kata salah satu dosen sambil tersenyu
tahu rasany
kata-kata mulai terasa tak cukup. Di tengah keramaian kampus, aku makin merasa asing. Aku bukan b
ubuh yang enggan bergerak. Setiap malam aku tidu
.. terasa panjang