Kirana. Tangannya gemetar saat menatap layar ponselnya, foto y
g berciuman mesra dengan s
engalir tanpa bisa ia hentikan. Ia segera menghubungi Malvin, berharap
erasa penuh. Perasaan dikhianati membuatnya muak, dan satu-satunya
s, lalu melangkah keluar dari apartemen tanpa
-
ik jazz lembut. Kirana duduk di kursi tinggi dekat meja barten
ra berat seorang pria
kemeja hitam yang digulung hingga siku. Wajahnya tegas, dengan ra
ua... siapa yang menghitung?" jaw
"Sepertinya kau butuh lebi
u menyesapnya perlahan. "Aku h
minumannya dengan es bat
, tapi suaranya pahi
ngatakan bahwa ia mengerti. Ada sesuatu dalam sorot matanya y
tahu apakah itu efek alkohol atau hanya karena pria di sampingnya ini terlalu ny
-
i. Kirana menatap pria di sampingn
malam ini," ucapnya, h
da keheningan di antara mereka sebelu
tanya, menge
itu sesaat, lalu men
senyum tip
, mereka meningga
-
kelopak mata Kirana yang masih berat. Ia meng
ya terbuka,
melingkupinya. Jantungnya langsung berdegup ken
ri
. Wajahnya terlihat lebih tenang dibandingk
samar tentang malam itu mulai kembali, dan ia
cari-cari bajunya yang berserakan di kursi. Dengan gerakan
l keluar, suara berat yan
man
menemukan Adrian menatapnya dengan
menelan ludah. "
apa detik sebelum menga
melangkah keluar, menutup pintu di bela
i atau tidak. Tapi satu hal yang pasti, malam
masih berdetak kencang. Ia menggigit bibirnya, mera
n? Bagaimana bisa
dan menarik napas dalam. Ia berharap tidak ada yang memperhatikannya saat ia m
ada dalam dunianya sendiri, penuh kekacauan. Ia merogoh tasnya
menanyakan apakah
g bertanya apakah Kirana ingin
lagi... d
t isinya. Ia sudah cukup terluka, dan sekarang, ia
ke dalamnya, memberikan alamat aparte
annya melayang ke malam tadi, senyuman samar Adrian, tatapan tajamnya, d
elengkan
gumamnya pada d
sebuah pelaria
-
sa menghapus kebingungan yang masih menggelayutinya. Ia menatap bayangannya
ik napas
aku harus bena
adalah hari pertama di tempat kerja barunya, sebuah perusahaan konsultan bisnis ternama.
, mencoba membangu
upakan semua
keluar. Ia tak tahu bahwa dunia k
lupakan... akan kembali hadir di ha
edung megah tempatnya akan bekerja. Ia berdiri sejenak di dep
l baru,"
etelah memperkenalkan diri sebagai karyawan baru, seorang staf HRD datang me
a barunya. Mereka tampak profesional dan menyambutnya d
ta akan datang," ujar seora
pin muda yang cerdas dan berpengaruh di dunia bisnis. Namun, ia tidak terlalu
ang rapa
pada pria yang melangkah m
encatat sesuatu di bukunya,
, dunianya seakan
tu. Tat
ri
seharusnya ia lupakan... kini berdi
eku. Napasn
enatapnya sekilas tanpa eksp
lam itu tidak
atu yang membuat Kirana yakin, ia tid