esar, Dave menatapnya dengan penuh keangkuhan. "Lepaskan pakaian
alaupun gemetar dalam ketakutan, Zara menegaskan dirinya dengan keberania
i atas Zara, memaksa Zara untuk bergerak mundur dan beranjak di pinggir ranjang. Zara mem
iba, menyebabkan Zara melotot
ya. Dia menyadari bahwa situasi ini jauh lebih berbahaya dari yang pernah dia bayangkan. Keh
n kepuasan atas ketakutan Zara. "Berikan alasa
tepat di tengah kekacauan yang melanda pikirannya. "Jangan bunuh suamiku"
ah disini aku yang dirugikan, Zara?" Dave menyampaikan argumennya dengan dingin, men
kut, tetapi di tengah-tengah keputusasaan itu, duara yang hampir tercekik oleh ke
atkan kemenangan yang ditunggu-tunggu. "Kau mengatakan sesuatu?
mah, mencoba menahan diri agar tetap tegar meskipun hatiny
ss" Ti
Dengan gerakan yang perlahan, dia mulai melepaskan kancing-kancing baju tidurnya, merilis tubuhnya dari belengg
n yang hampir tidak bisa ditahan. Namun, dia tetap diam, men
san demi lapisan, hingga menyisakan pakaian d
menunggu perintah selanjutnya. "Apa lagi, tuan?" tanya Zara dengan suara
mencium bibir Zara, berusaha memasukkan lidahnya ke dalam mulut wanita itu. Zara tidak menol
n cekatan membuka sisa pakaian dalam yang men
encekik, di mana kehendaknya sendiri tertut
ecara emosional. Dia merasa seperti sehelai kain yang ditari
ampuran antara keringat dingin d
putih pucatnya. Dave sempat terdiam beberapa saat menatap
ak dapat mengerti sepenuhnya. Tidak ada kata-kata yang diucapkan, tetapi keheningan yang memenu
hi
pertama kalinya setelah Dave memu
ara yang penuh dengan otoritas dan kepuasan. Namun, pen
at badai emosi yang melanda, menghancurkan se
es, jika pada akhirnya dia tidak memiliki kendali atas hidupnya sendiri? Bahkan haknya sebag
elacur saja' pikir