ancur, dan jejak darah yang tak sempat mengering. Di tengah gemuruh alam, langkah-langkah panik memecah kehenin
enyakitkan bukan luka di tubuhnya, melainkan suara desing panah yang terus mengikutinya tanpa sua
esuatu yang bahkan dirinya tak mengerti tentang mata yang bersinar perak dalam gelap, tentang mimpi-mimpi aneh y
dari belakang. Suaranya berat dan kasar, a
gesit, tapi ia kelelahan. Ia menyelinap ke balik batang pohon dan menahan napas. Jantungn
. Ia menoleh. Seekor ular besar menggeliat pelan da
it yang tak pernah
t bayangan hitam melintas. Ular itu terlempar ke
inggi. Tegap. Matanya seperti bara ya
Black
a pun. Tapi Selene tahu: p
arena dingin. Tapi karena sesuatu yang lain sebuah getaran halus yang berasal dari
tidak mengancam. Ia bisa mencium aroma darah, ta
rih, namun suara itu ter
annya bergerak, memberi isyarat, tapi Darius tidak
?" gu
menga
pala mereka. Darius bergerak cepat, menarik Selene ke belakang tubuhnya. Napasnya
. Ia adalah kematian bagi si
akan jubah kulit, wajah mereka dihiasi lukisan suku
ut," gu
tu pemburu. "Anak itu milik kami. Ia keturun
arius. "Pergi sekarang, atau aku akan
ahmu tidak mengizinkanmu me
ran busuk yang ditulis oleh orang m
dari pria menjadi makhluk setengah serigala dengan cakar tajam dan taring berkilat. Ia menerka
atu yang indah di balik kebuasan itu sebuah kemarahan yang berasal da
s kembali pada wujud manusianya, ia berd
ka memburumu
apak tangan di dadanya. Ia menyentuh j
tkan kening, m
tentang
menga
i
ni
mbawa suara huta
kembali," ucap Darius akhirnya
Matanya bertanya: Apa yang ak
h berjuang melawan sesu
u ke wilayahku, ak
e men
mbiarkanmu di sin
merasakan panas tubuhnya. W
ya. "Sesuatu yang membuat jiwak
t. Hati-hati. Dalam diamnya, sent
ik napas dal
at Selene k
enyesali in
-
kan Selene di atas batu datar. Ia membersihkan luka-lukanya dengan daun huni dan air dari mata a
ahan. "Di hutan ini, aku belajar m
menat
u... aku tak pernah ta
arang mencintai siapa pun di luar klan, karena cinta membawa keh
kan karena kasihan, tapi karena pemahaman. Ia ta
alas men
i rasa sunyi
enga
an untuk saling mengisi,
-
duduk menjaga Selene yang tertidur. Tapi sebelum ia tenggelam da
itu. "Kau jatuh cint
rdiri cep
wajahnya, senyum tipis, dan mata sehitam aran
kau baru saja membawa
n. "Sentuh dia, dan a
ng ketika waktunya tepat. Tapi kau tahu ini,
hilang dalam
bih dingin. Ia tahu: takdir sudah bergerak. Dan di tengah semua itu, se