Unduh Aplikasi panas
Beranda / Fantasi / The Alpha's Silent Oath
The Alpha's Silent Oath

The Alpha's Silent Oath

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

The Alpha's Silent Oath Thriller Romance | Dark Fantasy | Werewolf | Mystery Dalam dunia yang terbelah antara cahaya dan bayangan, lahirlah sebuah legenda yang terlupakan dan seorang wanita bisu menjadi kunci untuk menghidupkannya kembali. Selene Moonhart hidup dalam sunyi. Suaranya tak pernah terdengar sejak lahir, tapi matanya menyimpan lebih banyak cerita daripada yang bisa diucapkan. Hidup damai di desa kecil bersama keluarganya yang sederhana, Selene tak tahu bahwa darah kuno mengalir dalam tubuhnya darah sang Ratu Serigala yang hilang, penjaga terakhir keseimbangan antara klan yang saling memburu. Ketika malam jatuh dan desanya dibakar dalam serangan brutal, hanya satu sosok yang berdiri di antara hidup dan kematian: Darius Blackthorn, pemimpin muda klan werewolf paling ditakuti, yang terikat oleh sebuah sumpah leluhur. "Silent Oath" sebuah janji turun-temurun untuk tak mencintai siapa pun di luar garis darahnya, atau kehancuran akan menimpa seluruh keturunannya. Darius menyelamatkan Selene bukan karena belas kasihan, melainkan karena suatu getaran di dalam dirinya sesuatu yang bertabrakan dengan sumpahnya, sesuatu yang ia tolak namun tak bisa diabaikan. Ia tak tahu bahwa Selene adalah satu-satunya harapan untuk mengakhiri perang antarklan yang telah berlangsung selama berabad-abad. Namun cinta yang mulai tumbuh di antara mereka membawa bencana yang lebih mengerikan: jika Darius menyerah pada perasaannya, sumpah leluhur akan pecah dan kutukan akan bangkit. Di balik kesunyian Selene, tersembunyi kekuatan yang belum terbangun. Ia mulai melihat bayangan-bayangan masa lalu, mendengar bisikan serigala yang hanya bisa ia pahami lewat pikiran, dan merasa tertarik pada hutan-hutan gelap yang memanggil namanya. Tapi semakin ia mendekati kebenaran tentang siapa dirinya, semakin banyak musuh muncul dari kegelapan termasuk Luca Ashford, mantan sahabat Darius yang kini menjadi musuh bebuyutan. Luca percaya bahwa Selene adalah kunci untuk mengendalikan dunia para serigala, dan ia akan menghancurkan siapa pun yang menghalanginya. Di tengah medan perang yang tak kasat mata, di antara sumpah, pengkhianatan, dan rahasia darah, Darius dan Selene harus memilih: tetap terikat pada warisan yang membelenggu, atau menghancurkannya demi cinta yang terlarang. Namun cinta mereka bukan sekadar romansa; itu adalah pertaruhan atas nasib seluruh ras. The Alpha's Silent Oath adalah kisah tentang kesunyian yang menyembuhkan, sumpah yang mengikat jiwa, dan cinta yang mampu menghancurkan dunia atau menyelamatkannya.

Bab 1 Serangan dan Pertemuan Pertama

Hujan turun seperti lolongan roh di atas kanopi Amazon yang lebat. Udara dipenuhi aroma tanah basah, dedaunan hancur, dan jejak darah yang tak sempat mengering. Di tengah gemuruh alam, langkah-langkah panik memecah keheningan malam. Burung-burung hantu terbang menjauh. Ranting patah. Suara langkah itu bukan milik makhluk hutan biasa.

Selene berlari. Kakinya berdarah, kulitnya terkoyak oleh duri dan batu tajam. Namun yang paling menyakitkan bukan luka di tubuhnya, melainkan suara desing panah yang terus mengikutinya tanpa suara, ia tak bisa berteriak meminta tolong, dan itu membuatnya lebih seperti hantu daripada manusia.

Ia tahu mereka memburunya bukan karena ia mencuri, bukan pula karena ia membunuh. Tapi karena darahnya. Karena sesuatu yang bahkan dirinya tak mengerti tentang mata yang bersinar perak dalam gelap, tentang mimpi-mimpi aneh yang selalu membuatnya terbangun dalam peluh dingin, tentang suara serigala yang hanya ia dengar dalam pikirannya.

"Tangkap dia hidup-hidup!" teriak seseorang dari belakang. Suaranya berat dan kasar, aksen asing yang tak berasal dari desa mereka.

Selene berbelok tajam ke arah tebing yang ditutupi akar pohon raksasa. Tubuhnya mungil dan gesit, tapi ia kelelahan. Ia menyelinap ke balik batang pohon dan menahan napas. Jantungnya berdetak cepat, terlalu keras hingga ia yakin pemburunya bisa mendengarnya dari kejauhan.

Tiba-tiba, suara napas berat terdengar dari samping. Ia menoleh. Seekor ular besar menggeliat pelan dari balik dedaunan, lidahnya menjulur, menjilat udara.

Selene menahan jerit yang tak pernah bisa ia keluarkan.

Namun sebelum ular itu sempat menyerang, sekelebat bayangan hitam melintas. Ular itu terlempar ke udara, membentur pohon dengan suara retakan tulang.

Bayangan itu berdiri di hadapannya. Tinggi. Tegap. Matanya seperti bara yang terbakar diam-diam di tengah malam.

Darius Blackthorn.

Ia tak berkata sepatah kata pun. Tapi Selene tahu: pria itu bukan manusia biasa.

Dan entah kenapa, di tengah ketakutan yang mencekam, tubuh Selene bergetar bukan karena dingin. Tapi karena sesuatu yang lain sebuah getaran halus yang berasal dari dada, menjalar ke seluruh tubuhnya, seperti gema dari masa lalu yang tak ia ingat.

Darius menatapnya lama, sorot matanya tajam namun tidak mengancam. Ia bisa mencium aroma darah, takut, dan... sesuatu yang jauh lebih tua dari waktu.

"Siapa kau?" tanyanya lirih, namun suara itu terdengar seperti gema petir.

Selene menggeleng pelan. Matanya meminta maaf. Tangannya bergerak, memberi isyarat, tapi Darius tidak mengerti. Ia hanya menatapnya dengan kening berkerut.

"Bisu?" gumamnya.

Selene mengangguk.

Sebelum Darius bisa berkata lebih, anak panah menancap ke batang pohon di dekat kepala mereka. Darius bergerak cepat, menarik Selene ke belakang tubuhnya. Napasnya berubah lebih berat, lebih dalam. Ia mendongak, dan matanya bersinar perak terang.

Lelaki itu bukan hanya Alpha. Ia adalah kematian bagi siapa pun yang berani mengancam.

Tiga pemburu muncul dari balik semak. Mereka mengenakan jubah kulit, wajah mereka dihiasi lukisan suku yang telah dilupakan. Tapi Darius tahu siapa mereka.

"Pengecut," gumamnya.

"Dia bukan milikmu, serigala," ujar salah satu pemburu. "Anak itu milik kami. Ia keturunan yang kami cari titisan Ratu yang hilang."

"Dia bukan milik siapa-siapa," sahut Darius. "Pergi sekarang, atau aku akan menghancurkan tulangmu satu per satu."

Para pemburu tertawa. "Sumpahmu tidak mengizinkanmu mencampuri urusan luar klan."

"Dan aku tak pernah peduli pada aturan busuk yang ditulis oleh orang mati," ucap Darius, sebelum menerkam.

Serangan itu begitu cepat hingga mata manusia tak mampu mengikutinya. Darius berubah di udara-dari pria menjadi makhluk setengah serigala dengan cakar tajam dan taring berkilat. Ia menerkam pemburu pertama, mencabik lehernya, lalu menghantam dua lainnya hingga tubuh mereka terlempar.

Selene tak bisa berpaling. Pemandangan itu mengerikan, namun ada sesuatu yang indah di balik kebuasan itu sebuah kemarahan yang berasal dari rasa perlindungan. Ia tahu ia seharusnya takut. Tapi ia merasa aman.

Saat pertempuran selesai dan tubuh Darius kembali pada wujud manusianya, ia berdiri di hadapannya dengan napas terengah.

"Kenapa mereka memburumu?" tanyanya.

Selene menatapnya, lalu meletakkan telapak tangan di dadanya. Ia menyentuh jantungnya sendiri, lalu menunjuk langit.

Darius mengerutkan kening, mencoba memahami.

"Apa ini tentang darahmu?"

Selene mengangguk.

Diam.

Hening.

Angin bertiup membawa suara hutan yang berbisik.

"Kalau begitu... kau tidak bisa kembali," ucap Darius akhirnya. "Mereka akan terus mencarimu."

Selene menatapnya lekat-lekat. Matanya bertanya: Apa yang akan kau lakukan padaku sekarang?

Darius berpaling, seolah berjuang melawan sesuatu yang tak kasat mata.

"Jika aku membawamu ke wilayahku, aku melanggar sumpah."

Selene menunduk.

"Tapi jika aku membiarkanmu di sini, kau akan mati."

Ia mendekat, dan Selene bisa merasakan panas tubuhnya. Wajah mereka hanya sejengkal.

"Ada sesuatu tentangmu," bisiknya. "Sesuatu yang membuat jiwaku bergetar. Dan itu berbahaya."

Selene menyentuh tangannya. Lembut. Hati-hati. Dalam diamnya, sentuhan itu lebih keras dari teriakan.

Darius menarik napas dalam. "Sial..."

Ia mengangkat Selene ke pelukannya.

"Aku akan menyesali ini," gumamnya.

---

Di antara akar-akar pohon Ba-kari, tempat suku pendeta Amazon dahulu bersemedi, Darius membaringkan Selene di atas batu datar. Ia membersihkan luka-lukanya dengan daun huni dan air dari mata air suci. Ia melakukannya dalam diam, dengan kelembutan yang tak sesuai dengan reputasi sang Alpha.

"Aku tumbuh di sini," katanya perlahan. "Di hutan ini, aku belajar membunuh sebelum belajar mencintai."

Selene menatapnya.

"Dan mungkin karena itu... aku tak pernah tahu caranya mencintai."

Ia tertawa getir. "Aku terikat pada sumpah Silent Oath. Kami dilarang mencintai siapa pun di luar klan, karena cinta membawa kehancuran. Cinta pernah membakar seluruh wilayah kami menjadi abu."

Selene menggenggam tangannya. Matanya lembut, bukan karena kasihan, tapi karena pemahaman. Ia tak bisa bicara, tapi ia bisa mendengar dengan hati.

Darius balas menatapnya.

"Kau mengerti rasa sunyi itu, bukan?"

Ia mengangguk.

Dua kesunyian bertemu bukan untuk saling mengisi, tapi untuk saling menerima.

---

Saat malam semakin dalam dan suara hutan kembali tenang, Darius duduk menjaga Selene yang tertidur. Tapi sebelum ia tenggelam dalam pikirannya sendiri, suara dari dalam bayang-bayang terdengar.

"Menarik," kata suara itu. "Kau jatuh cinta pada keturunan Ratu."

Darius berdiri cepat. "Luca."

Dari balik pohon, sesosok pria muncul. Luka di wajahnya, senyum tipis, dan mata sehitam arang. Mantan sahabat yang kini menjadi pengkhianat.

"Dia adalah kunci. Dan kau baru saja membawanya ke dalam wilayahmu."

Darius mengepal tangan. "Sentuh dia, dan aku akan robek hatimu."

Luca tertawa. "Jangan khawatir. Aku akan datang ketika waktunya tepat. Tapi kau tahu ini, Darius kau sudah memulai akhir dari segalanya."

Lalu ia menghilang dalam kabut malam.

Darius menatap langit. Hujan mulai turun lagi, namun kali ini terasa lebih dingin. Ia tahu: takdir sudah bergerak. Dan di tengah semua itu, seorang wanita bisu kini menyimpan nyawa seluruh ras serigala juga hatinya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY