an dentuman musik bass rendah mengisi ruangan, menambah kesan mewah sekaligus sedikit menyesakkan. Di tengah gem
lakang, menatapnya dari balik meja kaca. Sorot matanya tajam, penuh penilaian
kursi, tangan terlipat di depan dada, dan senyum tipis mengembang di bibirnya. "Semacam... model wanita. Anda akan mengantar minuman ke setiap ruangan privat. Selain tip yang lumayan, Anda juga berkesempatan
han yang belum pernah ia jamah. Ruangan ini terlalu asing-terlalu berkilau
mbil menyelesaikan pendidikannya tanpa pernah menggantungkan diri pada orang tua. Ia tahu betul, bantuan apa pun dari keluarganya hanyalah untuk Larin, adik perempuannya
uk di dada. "Baiklah," ucapnya akhirnya. Suaranya datar, hampir hampa. Tapi di balik
al. Dengan cepat, ia menarik sebuah setelan minim dari laci dan menyerahkannya. Kai
a bisa mula
nya terasa berat namun mantap. Ia tak punya banyak pilihan, namu
iannya dengan senyum semakin leba
dan tubuh seperti itu... dia akan
pintu menutup pelan di belakangnya, sementara de
utu Kuba dan minuman beralkohol mengambang samar di udara. Lampu gantung kristal memantulkan cahaya lembu
i speaker tersembunyi, memberi
gelasnya tinggi-tinggi. Tawa riuh mengisi ruangan saat yang lain menyambut
erisi minuman dingin berwarna keemasan-dan menyesap perlahan, tak terburu-buru. Di balik tatapan tenangnya, ada kilatan rasa l
telah satu tegukan, alisnya bertaut kecewa. "Alkohol saj
terkekeh, "Sabar, sudah ku pesan tadi. Tunggu saja." Ia kembali
n eksklusif, dan kartu-kartu yang berserakan. Namun, di tengah keramaian itu, Delson tetap tenang. Matanya mengamati
lebih besar. Dan meskipun ia tampak tenang di luar, pikirannya terus berputar... hingga akhirnya, suar
a melangkah masuk, mendorong rak besi berisi minuman yang tampak tertata rapi. Gaunnya sederhana namun elegan, rambutnya tersis
kartu mendadak mereda. Beberapa pasang mata menoleh, namun h
di atas meja dengan gerakan anggun dan terlatih. Tidak ada yang berlebihan. Tidak ada sorot mat
bisa berkata-kata. Bukan hanya karena parasnya yang cantik, namun karena car
dekatinya tanpa ragu, menawarkan diri tanpa malu. Namun wanita ini... dia bahkan tak m
u? Atau... dia tak peduli?" Ada keheningan aneh yang merayap di dadanya, bukan k
ala sedikit dan berkata pelan, "Selamat menikmati,"
i pintu yang kini sudah menutup rapat, sementara pikirannya masih penuh de
sempurna... sangat sopan dan elegan," gumam Philip nyaris tak perca
sih mengernyitkan dahi, mencoba mengingat detail wajah dan n
ita harus mendapatkan nomor teleponnya." Colin menoleh dan
u orang yang te
ya sebelum akhirnya membuka suara
wanita itu
. Terkejut. Tak percaya. Bahkan nyaris tak y
ebih dekat ke arah Delson, seperti ditarik oleh gra
ujar Philip, berusaha mengembalikan Delson ke jalur rasion
di atas meja dengan tenang. Tatapannya tajam mene
gairah. Untuk apa kupikirkan? Aku membutuhkan wanita yang bisa membuatku bertahan hidup. Yang membuat
dengan keyakinan yang tak biasa, membuat
Hans, menatapnya dengan tatapan
an sama saja seperti wanita-wanita sebelumnya? Setelah kau mendapatkan yang kau mau... apakah kau akan membuangnya begitu saja? Kita sudah berteman lebih dari
eolah ingin menggali kepas
er mengusulkan perjodoh
, tapi karena tahu betapa sedikit yang mereka pah
cing kemejanya yang sedikit terbuka. Sorot matanya tajam, di
namun penuh ketegasan, "sepertinya aku seriu
elson yang perlahan menjauh, membawa serta aura tekad
cinta. Dan saat Delson menginginkan sesuatu, du