nding menunjukkan pukul lima lewat sepuluh, seharusnya waktu pasien t
pintu membuatnya
s seorang dokter muda yang mulai ter
an seorang wanit
terdiam
ok tahu. Tapi yang satu ini berbeda. Cara ia melangkah-tenang, percaya diri,
han, memastikan pada daftar
jenis suara yang dilatih untuk menarik per
sepersekian detik itu, ia merasakan kulit yang halus dan genggam
kan d
buh, dan celana jeans ketat yang seolah dirancang untuk menonjolkan tiap garis pinggulnya. R
a apa, Mba
erat, Dok. Cuma... akhir-akhir ini sering pusing, agak sesak kalau malam. Saya pikir, mun
ambil mulai membuka form pemeriksaan
sih yang nggak stres sekarang? Tapi mungkin s
ng di udara. Rayhan m
cek tekanan
g. Saya dud
i periks
han, aroma parfumnya tercium-manis dan sedikit tajam. Ada sesuatu yang membuat darah d
Kulitnya dingin tapi lembut. Ketika tensimeter dibelitkan, Nadira
ya?" tanya Rayhan, tet
yang ini beda ya. Dokt
at. Nadira hanya tersenyum, seolah t
ak, biasanya karena pola tidur atau mungkin hormon. B
senang
nuhnya terbuka, tapi cukup untuk membuat Rayhan merasa seperti se
Nadira. Jantungnya berdetak normal. Tapi ada
mencatat hasilnya. Tapi Nadir
n sekarang," godanya, suaranya le
"Saya hanya ingin memasti
ya?" Nadira men
jarak. Tapi ia tetap
imun. Tapi saya juga sarankan rutin isti
lebih dekat dari yang diperluk
l-hal ringan yang bantu si
gkin saya bisa sering-sering datan
aci meja, mengal
Kamis. Tapi bisa buat janj
m keluar, ia menoleh. "Kalau saya datang la
yum. "Kita lihat n
ira aja. Lebih
tert
natap layar komputer kosong. Pikirann
a penuh aturan sore itu
ng satu ini bukan hany
*
alam ruang praktik membuat udara seperti berhenti bergerak. Rayhan duduk di balik meja, mencoba
di
ahkan senyum tipisnya meninggalkan jejak yang belum bisa ia hapus. Dan kini, hanya
low
nal. Tapi untuk pasien seperti Nadir
lima, ketukan itu
itu bahkan sebel
nya terbuka sedikit, memperlihatkan kulit yang terang dan leher jenjang ya
ucapnya dengan nada se
i. "Silakan d
membuka blazer pelan. "Saya datang lagi... karena masi
tap lekuk yang mulai terlihat dari garis leher bajunya. "A
Dok. Kadang seperti... ada yang menekan
ingkat, lalu bang
iksa lagi. Seperti kemarin-de
h kalau saya buka sendiri ba
kit kaget. "Kalau ka
bagian bahu dan dada atas yang terbuka. Ia masih mengenakan bra, tapi po
mengambil stetoskop, mendekat, dan
ayhan sendiri, yang mulai terasa berat. Tubuh Nadira hangat di bal
etoskop ke sisi kanan.
" bisiknya,
wab. Ia profesio
tipis di antara mereka-mulai m
unggung juga," katanya,
gungnya terbuka nyaris sempurna. Rayhan menempelkan stetoskop ke sana, mencoba
h. "Kalau saya bilang... saya suka disentuh sama
n mem
mbat. Suara hujan mul
rasa tenang dan panas sekaligus seperti wa
berbalik, masih setengah terbuka. Tapi tak
dan pasien ada batasnya, kan?" t
kalau kita sama-sama tahu ini
ngatur detak jantungnya sendiri. "
rasa. Dan saya tahu... dari cara Dokter menyentuh saya... dari car
p Rayhan
ter juga meng
ntung. Ada jeda-satu tarikan napa
"Pakaianmu. Pakai lagi. Ha
Tak kecewa. Tak
pelan. Ia membenarkan dr
akan buat jadwal lagi minggu depan. Mungkin.
nduk, menyandarkan diri ke meja. Tan
ahu: ini ba
*