img GALERI CERPEN PANAS 21+  /  Bab 5 Diagnosa nafsu (part 1) | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Diagnosa nafsu (part 1)

Jumlah Kata:1315    |    Dirilis Pada: 23/05/2025

nding menunjukkan pukul lima lewat sepuluh, seharusnya waktu pasien t

pintu membuatnya

s seorang dokter muda yang mulai ter

an seorang wanit

terdiam

ok tahu. Tapi yang satu ini berbeda. Cara ia melangkah-tenang, percaya diri,

han, memastikan pada daftar

jenis suara yang dilatih untuk menarik per

sepersekian detik itu, ia merasakan kulit yang halus dan genggam

kan d

buh, dan celana jeans ketat yang seolah dirancang untuk menonjolkan tiap garis pinggulnya. R

a apa, Mba

erat, Dok. Cuma... akhir-akhir ini sering pusing, agak sesak kalau malam. Saya pikir, mun

ambil mulai membuka form pemeriksaan

sih yang nggak stres sekarang? Tapi mungkin s

ng di udara. Rayhan m

cek tekanan

g. Saya dud

i periks

han, aroma parfumnya tercium-manis dan sedikit tajam. Ada sesuatu yang membuat darah d

Kulitnya dingin tapi lembut. Ketika tensimeter dibelitkan, Nadira

ya?" tanya Rayhan, tet

yang ini beda ya. Dokt

at. Nadira hanya tersenyum, seolah t

ak, biasanya karena pola tidur atau mungkin hormon. B

senang

nuhnya terbuka, tapi cukup untuk membuat Rayhan merasa seperti se

Nadira. Jantungnya berdetak normal. Tapi ada

mencatat hasilnya. Tapi Nadir

n sekarang," godanya, suaranya le

"Saya hanya ingin memasti

ya?" Nadira men

jarak. Tapi ia tetap

imun. Tapi saya juga sarankan rutin isti

lebih dekat dari yang diperluk

l-hal ringan yang bantu si

gkin saya bisa sering-sering datan

aci meja, mengal

Kamis. Tapi bisa buat janj

m keluar, ia menoleh. "Kalau saya datang la

yum. "Kita lihat n

ira aja. Lebih

tert

natap layar komputer kosong. Pikirann

a penuh aturan sore itu

ng satu ini bukan hany

*

alam ruang praktik membuat udara seperti berhenti bergerak. Rayhan duduk di balik meja, mencoba

di

ahkan senyum tipisnya meninggalkan jejak yang belum bisa ia hapus. Dan kini, hanya

low

nal. Tapi untuk pasien seperti Nadir

lima, ketukan itu

itu bahkan sebel

nya terbuka sedikit, memperlihatkan kulit yang terang dan leher jenjang ya

ucapnya dengan nada se

i. "Silakan d

membuka blazer pelan. "Saya datang lagi... karena masi

tap lekuk yang mulai terlihat dari garis leher bajunya. "A

Dok. Kadang seperti... ada yang menekan

ingkat, lalu bang

iksa lagi. Seperti kemarin-de

h kalau saya buka sendiri ba

kit kaget. "Kalau ka

bagian bahu dan dada atas yang terbuka. Ia masih mengenakan bra, tapi po

mengambil stetoskop, mendekat, dan

ayhan sendiri, yang mulai terasa berat. Tubuh Nadira hangat di bal

etoskop ke sisi kanan.

" bisiknya,

wab. Ia profesio

tipis di antara mereka-mulai m

unggung juga," katanya,

gungnya terbuka nyaris sempurna. Rayhan menempelkan stetoskop ke sana, mencoba

h. "Kalau saya bilang... saya suka disentuh sama

n mem

mbat. Suara hujan mul

rasa tenang dan panas sekaligus seperti wa

berbalik, masih setengah terbuka. Tapi tak

dan pasien ada batasnya, kan?" t

kalau kita sama-sama tahu ini

ngatur detak jantungnya sendiri. "

rasa. Dan saya tahu... dari cara Dokter menyentuh saya... dari car

p Rayhan

ter juga meng

ntung. Ada jeda-satu tarikan napa

"Pakaianmu. Pakai lagi. Ha

Tak kecewa. Tak

pelan. Ia membenarkan dr

akan buat jadwal lagi minggu depan. Mungkin.

nduk, menyandarkan diri ke meja. Tan

ahu: ini ba

*

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY