sekejap mata. Dari apartemen sempit yang berbau apek dan tikus, aku pindah ke penthouse mewah dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Jendela-jende
dan lebih nyaman naik taksi online atau bahkan sesekali naik ojek, hanya untuk merasakan sentuhan realitas. Pakaian lusuhku diganti dengan sete
anan media untuk mengungkap "kisah sukses" mendadakku membuatku paranoid. Setiap artikel yang memuji "kejeniusan" atau "visi" ku membuatku ingin tertawa histeris atau muntah, karena aku tahu kebenarannya jauh lebih konyol. Aku merasa terjebak dalam identitas yang bukan diriku, merindukan kesederhanaan, namun terlalu taku
ingat, aku mengenakan setelan baru yang masih terasa asing di tubuhku, terasa kaku dan tidak nyaman, seolah aku adalah robot yang baru saja diprogram untuk menghadiri acara sosial. Sarah, yang selalu menjadi pusat perhatian, menyapaku dengan senyum profesional yang mematikan. Jantungku langsung berdebar kencang, seolah baru saja lari maraton tanpa henti, dan
tang keberuntunganku yang tak masuk akal. Namun, ada sesuatu dalam kecanggungan atau kejujuran Arya yang menarik perhatiannya. Mungkin itu adalah caraku yang tidak sengaja menjatuhkan garpu perak saat makan malam, atau komentar sarkastik yang k
mun dengan nada yang sedikit lebih hangat dari yang kuduga. "Saya Sara
, Nona Sarah," sahutku, mencoba terdengar santai, tapi suaraku sedikit terce
buat kopi saya tumpah di laptop baru saya," katanya, ada nada geli dalam suaranya. "Tapi saya juga terkesan dengan
narik," aku mengiyakan, mencoba mengalihkan pandangan dari matanya yan
pesta. "Saya dengar Anda punya beberapa ide yang cuku
g merindukan kesederhanaan dan masih bingung dengan semua keberuntungan ini. Aku menceritakan, dengan humor yang pahit, bagaimana aku dulu hanya bermimpi makan rendang tiap hari, dan kini aku punya koki pribadi yang bisa membuatnya kapan saja, tapi aku
caramu melihat peluang itu unik. Tidak terikat pada teori pasar, tapi entah kenapa selalu tepat." Aku, di sisi lain, terpesona oleh kecerdasan Sarah yang tajam, ketegasannya dalam mengambil keputusan yang sulit, dan integritasnya yang tak tergoyahkan di tengah dunia bisnis yang penuh serigala dan intrik. Aku menemukan bahwa di balik citra CEO yang sempurna dan berwibawa, Sarah adalah wanita yang hangat, berprinsip, dan memiliki selera humor yang halus, yang seringka