engah. Gaun tidurnya sudah robek, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang menggoda
buru, melainkan menikmati setiap momen dari dominasinya. Ia tahu wanita ini sepen
ya sedikit agar ia bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas. Tangannya yang lain perlah
yang jelas di dalamnya. "Dan kau sangat... lapar. Aku bisa merasakan itu." Ia menunduk, bibirnya meny
a sedikit terangkat ke arah sentuhan Rowan. "Ya... ya...
kuk lututnya, dan menempatkannya di bahunya, membuka akses sepenuhnya. Posisi ini menempatkan Se
dan sedikit ketakutan. "Apakah kau siap, Nyonya?" tanyanya, sua
mengangguk lemah, napasnya terengah-engah, matanya t
n tunggal yang dalam dan mendesak, Rowan menembus sepenuhnya, membuat Seraphina menjerit tertahan dan mencengkeram sprei dengan erat. S
pada sensasi yang terasa begitu dalam, menembus hingga ke inti dirinya. "Lebih-lebih dalam-! Oh, dewa-ini terlalu-!" desahnya, suaranya serak dan penuh permohonan, sebuah kontradiksi yang indah antar
menginginkannya, Nyonya? Kau menginginkan ini, sedalam ini?" bisiknya, suaranya rendah dan gelap, sebuah pertanyaan yang menuntut pengakuan mutlak. Ia mempercepat ritmenya, se
membanjiri dirinya, membuatnya ambruk kembali ke ranjang, terengah-engah, mata berkaca-kaca menatap Rowan. Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan keringat, sebuah tanda dari intensitas pengalaman yang
napas terengah-engah Seraphina. Ia membiarkan berat tubuhnya menindih Seraphina, sebuah penegasan terakhir dari dominasinya, sekaligus isyarat keintiman yang baru
asih panjang, dan ia akan menguras setiap rahasia yang Seraphina mili
enisnya yang masih di dalam vagina bercampur cairan kenikmatan. Seraphina memutar gulun
esahan dan jeritan. Matanya menatap Rowan, penuh kekaguman dan sedikit ketakutan. "Kau
nya lebih banyak yang ingin kau ceritakan padaku." Ia mengelus lembut pipi Seraphina, ibu jarinya menyeka air mata yang bercampur keringat
ilang'. Alaric bilang itu untuk menjaga 'keseimbangan'. Tapi aku tahu itu untuk ritual mereka. Ritual untuk membangunkan 'Jantung Dunia yang Tertidur'." Ia membuka matanya, menatap Rowan dengan ketakutan yang nya
ain Lord Valerius dan Alaric?" tanya Rowan, suar
lakukan sebagian besar ritual itu. Dia sering datang ke sini bersama Valerius, dan mereka selalu mengunci diri di ruang kerja Alaric. Aku pernah
ya berdenyut lebih kuat. Itu pas
bagaimana dia berkomunikasi de
suaranya bergetar. "Dia sangat tertutup. Dan dia berkomunikasi melalui burung gagak. B
wan mendesak. "Setiap oran
n. Kalung dengan batu permata hitam. Alaric pernah bilang, jika kalung itu diambil darinya, kekuatannya akan melemah drastis. Dan Valeri
yang sangat berharga. Ia bi
saja ia dapatkan. Ciuman itu adalah janji akan lebih banyak kenikmatan, dan lebih banyak rahasia. Ia membiarkan ciuman itu berlan
nita itu yang masih terengah-engah. Ia menarik diri sedikit, menatap mata Seraphina yang kini kembali berkaca-kaca, penuh hasrat dan k
a yang beraroma melati. Seraphina mendesah puas, membalas pelukan Rowan, tubuhnya yang lelah menemukan kenyamanan dalam pelukan kuat pengawal barunya. Mereka berdua terlelap dalam
eka yang masih samar, menciptakan suasana yang intim namun kini harus berakhir. Rowan sudah mengenakan kembali seragam pengawalnya, merapikan kemejanya, meskipun beberapa
desah saat menyadari Rowan sudah berpakaian. Ada sedikit kek
gairah malam. Ia mengulurkan tangannya, jarinya menyentuh pergelangan tangan Rowan. "Kau
nggung jawab." Ia tersenyum tipis, senyum yang ia tahu bisa membuat Seraphina merona. "Lagipula, saya tidak ingin Lord
g istrinya." Matanya menatap Rowan dengan godaan yang jelas. "Tapi kau... kau berbeda, Tuan Pengawal. Kau tahu bagaimana cara membuat seorang wanita merasa... hidup." Ia menarik napas dalam, membiarkan selimut sediki
isa membuat pagi ini sangat... menyenangkan." Ia mencondongkan tubuh, bibirnya nyaris menyentuh bibir Seraphina. "Tapi saya punya tugas lain yang harus saya selesaikan. T
ti." Ia lalu tersenyum licik. "Tapi pastikan kau kembali, ya? Aku tidak suka menunggu terlalu lama. Dan aku punya banyak rahasia lain yang mu
agih setiap rahasia yang Anda janjikan." Ia mencium kening Seraphina sekali lagi
ng dingin terasa menyegarkan di kulitnya, kontras dengan panas yang masih membara di dalam dirinya. Pikirannya kin
li Inf
kan. Namun, prioritas utamanya saat ini adalah Malakor dan menaranya. Ia berharap bisa mendapatkan informasi lebih lanjut
kan, dan kayu basah memenuhi udara. Di antara kerumunan, matanya yang tajam menyapu sekel
kitar lima orang, mengenakan pakaian compang-camping namun memiliki lambang ular bermahkota yang samar di lengan mereka-tanda kesetiaan
orang Valerius, dan mereka mungkin memiliki informasi tentang Malakor atau pergerakan Vortigern di pelabuhan. Ia menyerin
panya dengan nada santai, namun matanya mengamati setiap gerakan mereka. "Sepertinya kalian sedang sibuk. Ada 'bisnis' menarik yang sedang dibicarakan di gang gelap seperti ini? Atau hanya 'piknik' pagi?" Ia
mendengus. "Apa urusanmu, pengawal jalanan? Pergi dari sini sebelum kau menyesal.
juga sopan santun yang menyedihkan? Menarik." Senyum sarkasnya semakin lebar. "Baiklah, jika kalian in
siap. Gerakannya adalah kilatan bayangan. Kage-Tsurugi melesat keluar dari sarungnya dengan desisan mematik
in
e tanah dengan bunyi plop yang mengerikan. Darah menyembur, membasahi dinding gang dan karung di
it kedua jatuh dengan luka menganga di leher. Bandit ketiga mencoba mundur, ketakutan terpancar jelas di matanya, namun
bandit yang tersisa, yang tadi hanya mengamati, kini gemetar ketakut
ak salah satu dari mer
urugi yang masih meneteskan darah di tangannya. "Nah,
a menusuk kaki bandit itu dengan ujung Kage-Tsurugi. Bukan tusukan mematikan, hanya cukup dalam untuk melumpuhkan d
temannya kini dilumpuhkan, panik. Ia berbalik dan menco
?" Rowan mendengus, nada sarkasnya
u berputar di udara, menancap tepat di punggung bandit yang melarikan d
i punggung temannya yang sudah mati. Ia membersihkan bilahnya dengan kain c
Malakor. Lokasinya. Setiap detail kecil tentangnya. Dan jangan coba-coba berbohong, atau aku akan membuatmu berharap kau mati bers
lebat! Ada jalur sempit yang hanya diketahui sedikit orang, tersembunyi di balik semak belukar tebal. Malakor... dia punya penjaga di sana, makhluk-makhluk aneh yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa! Dia juga pun
detail. Informasi ini sangat berharga. Ia menganggu
hat sangat senang setiap kali kiriman itu tiba!" Bandit itu gemetar, menatap Rowan dengan mata
. "Terima kasih atas 'kerja sama' Anda, kawan," katanya, su
lepas, jatuh ke genangan darah di samping tubuhnya. Rowan membersihkan bilahnya lagi, lalu menyarungkan Kage-Tsurug
lebih segar, namun bau darah masih tercium samar di indranya. Pikirannya kini fokus sepenuhnya pada menara Malakor
epohonan bakau yang menjulang. Udara di sekitar rawa terasa lembab dan berat, dipenuhi aroma tanah basah dan dedaunan membusu
t menyerang menara Malakor secara langsung saat ini. Tujuannya hanyalah menyelidiki, mengamati, dan mengumpulkan lebih banyak informasi tentang pertahanan menara itu. Ia perlu memahami pola penjagaan, jen
di atasnya, menghalangi sebagian besar cahaya matahari. Tanah di bawah kakinya berlumpur dan licin, dan aroma rawa semakin pekat. Ia merasakan
a, matanya menyipit, mencoba menembus ilusi yang mungkin ada. Ia tahu mantra semacam ini bisa membingungkan indra, membuat seseorang tersesat atau meliha
salah, namun ia menolaknya, tetap fokus pada tujuan utamanya. Setelah beberapa saat, ia melihat siluet samar di kejauhan, menjulan
ekali, siluet burung gagak besar terbang mengelilingi puncaknya. Ia juga merasakan kehadiran energi sihir yang lebih kuat di sekitar
neh, seperti campuran rempah-rempah busuk dan sesuatu yang lebih mengerikan, tercium samar dari tumpukan itu. Di dekat tumpukan kotak, ia melihat beberapa gundukan tanah yang baru, dan di atasny
adalah bukti nyata dari kekejaman Vortigern, kekejaman yang ia sudah kenal betul. Namun, ia menahan diri. Wajahnya tetap dat
nara, jenis makhluk yang mungkin ia hadapi, dan bukti kekejaman Malakor. Ia telah melihat
nyusun strategi yang lebih matang, dan mungkin mencari informasi tambahan dari Seraphina. Ia berbalik, melangkah mundur perlahan, m
as seragam pengawalnya, menyisakan celana kulit dan kemeja tanpa lengan, memperlihatkan otot-ototnya yang terbentuk sempurna. Amarah yang mendidih dari
ngkan badai emosi yang mengamuk. Ki hitamnya berdenyut, merespons amarahnya, namun ia berusaha mengendalikannya, mengarahkannya, mengubahnya menjadi kek
ruangan, mengganggu fokusnya. Ia membuka mata, dan melihat Seraphina berdiri di sana, bersandar di kusen pintu. Ia mengenakan gaun formal berwarna gelap yang
kau punya kebiasaan melatih diri seperti ini. Apa kau tidak punya pekerjaan lain?" Mat
an, Nyonya. Dan menjaga agar tubuh tetap tajam. Anda tahu, tugas pengawal itu berat." Ia menyeka keringat di dahiny
itu. Dan... tentang bagaimana Anda membuat saya melupakannya." Ia mengulurkan tangannya, jarinya menyentuh dada Rowan yang berkeringat, menelusuri otot-ototnya. "Aku butuh Anda lagi, Tuan Pengawal. Aku butuh Anda untuk membu
berusaha menstabilkan emosinya. Ia tahu ia membutuhkan informasi itu, tetapi ia juga harus menjag
aya yakin rahasia yang Anda miliki sangat berharga." Ia menarik napas dalam. "Tapi sore ini, saya perlu fokus pada
bergejolak? Apakah saya tidak cukup... menarik?" Ia mencondongkan tubuh lebih dekat, aroma parfum
n Seraphina, lalu melangkah mundur sedikit. "Bagaimana kalau begini, Nyonya. Jika Anda benar-benar membutuhkan 'layanan' saya, Anda bisa datang ke kamar saya malam nanti. Saya akan memasti
ali, menempatkan wanita itu dalam posisi yang harus mengejarnya. Ini
ka Rowan akan menolaknya, apalagi membalikkan keadaan seperti itu. Ia menghela napas, sebuah desahan yang penuh hasrat. "Baiklah, Tuan Pengawal," bisiknya,
gan. Rowan hanya menyeringai. Ia tahu ia telah berhasil. Ia telah mengendalikan amarahnya, d