akhirnya membuat keputusannya. Malam-malam di bar desa, kisah-kisah Silas tentang dunia luar, dan terutama, buku 'Risalah Pedang Timur' yang kini ia lahap setiap hari,
sarkasme yang biasa. Ia sedang membersihkan Kage-Tsurugi, bilahnya berkilauan
Ke mana? Mencari peri hutan untuk dinikahi? Kupikir seleramu lebih tinggi dari i
Vortigern. Mereka yang membakar keluargaku, mereka yang membuatku jadi seperti ini." Ada
puas menjadi pendekar ranting dan juru masak kelinci." Ia menatap Rowan dengan seringai tipis. "Kau tahu, mencari bangs
i-ku akan menjadi mata dan telingaku. Dan jika tembok terlalu tinggi, aku akan menggunakan Tebasan Dimensi untuk membuat pintu. Atau mungkin aku akan mera
pakan, Bocah, dunia di luar sana jauh lebih kotor dari hutan ini. Akan ada wanita cantik yang mencoba menggodamu, pedagang yang akan menipu
ungkan pedangnya. "Dan aku tidak akan pulang sampai aku melihat
ak punya waktu untuk menguburmu." Ia menambahkan dengan kedipan mesum, lalu kembali fokus pada kelincinya, seolah
hitamnya berdenyut samar di bawah kulitnya. Ia melatih indranya untuk mencari jejak manusia atau petunjuk tentang Bangsawan
k dan beberapa pengawal sedang diserang. Bukan bandit, melainkan monster hutan-makhluk-makhluk berbulu gelap dengan taring tajam dan mata merah menyala, bergerak dengan kecepatan men
ak meringkuk ketakutan di balik gerobak, mata
urusannya, tentu saja. Ia bisa saja berbalik dan menghilang ke dalam hutan, membiarkan takdir menentukan nasib mereka. Lagi pula, Sil
n mereka diserang dulu. Ada kilasan ingatan tentang dirinya sendiri yang kecil, tidak berdaya. Seb
dengan desingan mematikan. Ki hitam pekat segera menyelimuti bilahny
ikan. Dengan setiap ayunan, monster-monster itu roboh, bukan hanya karena luka fisik, tetapi juga karena Ki hitam Rowan yang seolah merobek vitalitas mereka. Ia m
kecil yang tersisa lari tunggang langgang ketakutan. Rowan berdiri di tengah medan pertempur
a dengan campuran ketakutan, keheranan, dan kekagu
ak, seorang wanita muda melangkah maju, tatapannya lekat pada sosok Rowan yang masih memegang Kage-Tsurugi. Wajahnya tertutup kerud
dang menyamar dan memiliki bakat tersembunyi da
mbersihkannya dari sisa darah monster. Ia tidak menatap siapa pun secara khusus, matanya menjelajahi sekeliling, men
ami," katanya, suaranya tenang namun penuh keyakinan, mengalun lembut di tengah hutan yang baru saja dilanda kekerasan. "Dan untuk
ng kalian lakukan di tengah hutan ini dengan gerobak penuh barang rongsokan dan pengawal yang lemah? Dan kenapa monster-monster itu menyerang?" Ia menunjuk sisa-
. "Kami sedang dalam perjalanan penting. Perjalanan yang memang berbahaya, namun tak seharusnya berakhir seperti ini. Monster-monster ini... mereka bukan sekadar
Kedengarannya seperti masalah yang menyebalkan. Dan kau mencari sesuatu. Apa, harta karu
kini terlihat lebih lembut dan halus dari dugaan Rowan, meskipun masih ada guratan
kau peduli dengan perak." Ia menghela napas, seolah menimbang-nimbang. "Aku... kami butuh perlindungan
an mengantarmu ke sana demi segenggam perak?" Ia menunjuk kantung koin itu dengan dagunya. "Pe
nster-monster ini... mereka bukan sekadar binatang buas. Mereka dihasut, didorong oleh sihir gelap." Lyra melirik ke arah sisa-sisa
ntingan tajam. "Namaku bukan urusanmu. Sekarang, katakan apa yang kau cari. Mungkin aku bisa memberimu petunjuk, atau mungkin aku akan menyuruhmu kembal
mpai di Oakhaven. Dan sebagai jaminan, aku akan memberimu semua informasi yang ku ketahui tentang jalur menuju kota dan beberapa rumor tentang Bangsa
negosiasi. Atau memang semua orang di luar sana secerdik kau?" Ia mengedipkan mata, ada sentuhan kocak yang hampir seperti godaan, s
ng Terganggu
rung rapi di sampingnya. Ia tidak banyak bicara, matanya terus mengawasi hutan yang perlahan menipis
uga jauh dari pertempuran besar. Lebih seperti ga
ok jalanan yang tampaknya lebih lapar daripada berbahaya. Mereka
anjak. "Sepertinya 'masalah' yang kau bicarakan tadi tidak seb
i ompong, meludah ke tanah. "Diam kau, bocah! Serahkan semua
robak dan melemparkannya. Bukan ke arah perampok, melainkan ke dahan pohon rapuh di atas mereka. D
, perhatikan keadaan sekitar. Jangan sampai pohon menimpa." Perampok lain, ketakutan melihat
balik kerudungnya. Kecerdikan Rowan dalam menghadapi masalah kecil seperti itu
ndekat. Rowan selalu membereskannya dengan efisien, terkadang dengan cara yang sedikit berlebihan untuk mengolok-olok. Ia pe
cukup keras agar Lyra bisa mendengarnya. "Dia selalu bilang, 'jika kau bisa menakut-nakuti
mulai merasakan bahwa pemuda ini jauh lebih dari sekadar pengawal bayaran biasa. Ada kege
gangguan kecil, akhirnya mereka tiba di gerbang kota Oakhaven. Sebuah kota keci
gap indra Rowan, sebuah kontras tajam dengan kesunyian hutan yang selama ini ia kenal. Lyra turun dari gerobak d
mengulurkan kantung kanti koin yang dijanjikan, jauh lebih berat dari yang pertama. "Terima kasih
ini, Nona. Aku hanya melakukan pekerjaanku." Ia menatap Lyra lekat, mencari celah di balik kerudungnya. "Kau akan baik-bai
an lebih dari cukup." Ia mengangguk kecil, memberikan isyarat perpisaha
erasa pas di punggungnya. Tanpa menoleh lagi, ia segera berbaur denga
erti yang selalu diajarkan Silas, tempat terbaik untuk mendengarkan rumor, kabar burung, dan d
an beberapa sosok yang tampak seperti bangsawan kecil. Matanya yang tajam mengamati setiap sudut, memindai potensi bahaya atau pe
rolan keras, dan denting cangkir memenuhi ruangan yang remang-remang. Rowan berjalan ke konter, memilih k
tender gemuk yang mengelap meja dengan kain kotor. Su
nggungnya dan aura dingin yang tak biasa untuk seorang pemuda. "B
n dengan nada datar, disertai senyum tipis yang tak mencapai matanya. Barte
adalah informasi tentang Bangsawan Vortigern. Ia mencari setiap bisikan, setiap nama, setiap rumor yang bisa memberinya petunjuk. Duduk di sudut gelap "Anggur Naga Mabuk", cangkir ale-nya sesekali terangkat ke bibir. Matanya yang tajam dan telinganya yang terlatih menyaring setiap suara, memilah i
d Valerius masih punya banyak," ka
hut pria lain. "Tapi dia juga paling seri
g datang dari kota lain, dia pasti ada di sana. Bahkan penjagaannya lebih longgar di s
il. Informasi yang tidak terduga, tapi sangat berguna. Sebuah tempat di mana targetnya mungkin lengah, dengan penjagaan yang lebih lemah. Ini bisa menjadi titik masuk yang
kini terasa seperti kemenangan kecil
menuju "Sarang Merak", sebuah bangunan megah yang memancarkan cahaya redup dari jendela-jendela berukir dan alunan musik m
beludru, lampu-lampu minyak yang anggun, dan tawa renyah wanita-wanita berpakaian minim. Ini adalah dunia yang sama sekali baru bagi
engah ruangan, seorang pria bertubuh besar, jelas seorang pedagang kaya yang mabuk, sedang mencengkeram leng
, Tuan!" gadi
ini kau milikku!" geram pria
. "Tuan, tolong jangan membuat keributan di sini
, mendorong pengawal itu hingga tersandung. "Aku membayar u
i. Silas akan mendengus, "Bukan urusanmu, Bocah. Biarkan saja mereka. Dunia ini penuh drama murahan.
katanya dengan suara tenang namun tegas, menembus keributan. "Anda terlihat seperti babi hut
gusan?! Mau jadi pahlawan? Pergi dari sini sebelum aku memb
eleset tipis. Dengan gerakan yang nyaris tak terlihat, ia menjulurkan kakinya, membuat pedag
a jatuh yang lebih anggun." Ia melirik ke arah bartender yang terkesima, lalu mengedipkan
suaranya penuh kelegaan. "Kau telah menyelamatkan kami dari masalah besar. Pedagang itu sering membuat ulah, dan pengawal kami selalu kesulitan menghadapinya tanpa membuat keributan
arik. Kalau begitu, aku akan mengambil ale paling keras yang kau punya. Dan jangan coba-coba menip
"Jadi, hiburan apa saja yang ditawarkan di sini, Nyonya? Selain drama gratis dari par
tarian yang memukau, dan tentu saja, para gadis kami yang cantik dan berbakat, siap menemani obrolanm
is-gadis itu? Aku punya banyak pertanyaan, dan aku tidak suka berteriak di tengah keramaian. Apalagi jika pertanyaanku... sedikit pribadi." Ia mengedipkan
gan cara Rowan mengatakannya. "Tentu saja, Tuan Muda. Kami memiliki banyak ruang pribadi
paling mengundang. Ada aura misteri yang menarik perhatiannya. "Ya," jawab Rowan, menunjuk gadis itu dengan dagunya. "Gadis yang itu. Yang paling cantik dan paling menggoda di antara mereka semua. Dan untuk m
melati semakin kuat di sini. Ia kemudian masuk ke sebuah ruangan pribadi yang nyaman, dilengkapi sofa empuk dan meja rendah. Tak lama kemudian, gad
anya lembut dan memikat, menempatkan nampan di me
menyesapnya perlahan. Rasanya memang luar biasa, jauh di atas ale murahan yang biasa ia minum. "Minuman ini... luar biasa. Seperti
saya senang Anda menyukainya." Ia duduk di sofa seberang, tatapannya penasaran. "
meraih tangan Elara yang bertumpu di meja, dan membelai punggung tangannya dengan ibu jarinya, sentuhan fisik yang lembut namun penuh maksud. "Aku punya banyak pertanyaan, Elara. Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh seseorang sepertimu,
n dalam, dan matanya berkilat nakal. "Oh, Tuan Rowan, Anda ini. Pertanyaan 'pribadi' apa yang Anda maksud? Apakah itu tentang rahasia hati saya, atau rahasia yang lebih... gelap?" Ia menarik tangannya perlahan, namun tata
annya lagi, lalu menatap Elara dengan tatapan yang lebih serius, namun masih dengan sentuhan godaan. "Sebelum kita membahas tentang ular-ula
ang. "Pemilik tempat ini?" ulangnya, suaranya kini terdengar lebih tajam, tanpa kelembutan sebelumnya. "Maaf, Tuan Rowan, tapi mengapa Anda ingin tahu
kan tubuh lebih dekat, suaranya merendah, "Jadi, wajar saja jika aku ingin mengenal 'permata' yang sebenarnya di tempat ini, bukan? Pemiliknya. Aku ingin menikmati semua yang terbaik dari Sarang Merak ini, dan itu termasuk mengenal siapa yang mengendalika
gar tidak menarik perhatian. "Nyonya bukan 'hiburan' yang bisa Anda 'nikmati' seperti minuman atau gadis-gadis di sini! Dia adalah pemilik tempat ini, dia adalah wanita yang dihormati! Anda pikir dia akan bertemu dengan setiap p
asa. Ia adalah seorang ahli bela diri, meskipun mungkin bukan dari aliran yang mematikan. Pukula
ra, menghentikan serangannya dengan mudah. Ki hitamnya berdenyut samar di sekitar tangannya. "Tenang, permata kecil," bisiknya, suaranya masih
wal bar bertubuh besar masuk, melihat Elara yang tertahan dan ekspresi marah di
ntah Elara, matanya ma
lesat. Gerakannya adalah kilatan bayangan. Ia menyentuh titik-titik vital di leher kedua pengawal itu dengan kecepatan luar biasa.
mudahnya Rowan melumpuhkan pengawal terlatih. Ia
dan berwibawa memecah keheningan yang tib
u memancarkan aura otoritas dan kecantikan yang matang. Rambutnya yang gelap disanggul tinggi, matanya yang tajam dan cerdas menatap pemandangan di depannya: Elara yang terkeju
ya Vivian, pemi