menjejak pelataran depan yang sepi, hanya disambut desir angin malam yang
di dalam mansion terasa seperti bayangan kelam yang seti
ar malam ini. Hanya gema langkah kakinya yang ter
a jam lalu perlahan mulai menguap. Pertemuan singk
at merasa ringan, namun nyatanya... rasa itu hanya
dirinya bahan candaan atau sindiran, seperti ta
kan untuk Raselyn ia datang tadi. Ia datang demi merasak
lu bisa membuatnya tertawa dengan cara sederhana.
nggantungnya di rak kayu dekat pintu, p
ke
n. Bayangan pertemuan terakhir mereka di kamar m
lit dan pikirannya. Rasanya masih membakar, masih m
i itu benar
kuat. Wibawa, maskulinitas, dan sorot matanya yang taj
ya dia satu-satunya wanita di dunia ini-semuanya membua
bibir bawahnya. "Aku bisa gila kalau terus begini," b
oh dia akan kembali ke London. Tahun de
antara sekian banyak yang mungkin ada dalam hidup Duke. Tapi
a pijak, pikirannya kembali pada sentuhan tangan Duke di pinggangnya, pa
coba menenangkan degup jantung yang
a bisa hancur. Namun di sisi lain, justru k
ar-bena
k kapan, ia mu
besar itu masih rapi, belum ada yang menempatinya. Kosong. Dingin. Seperti biasa. Dan jangan tanya di mana suaminya. Tentu saja dia belum pulan
menyebalkan. Tak ada gairah. Tak ada kejutan. Hanya rutinitas yang kering dan penuh luka kecil yang tak kasat mata. Tangannya membuka ikat rambutnya, membiark
mu
r
ah harapan samar menyelinap, meski diiringi rasa cemas yang tak bisa ia jelaskan. Dengan cepat ia ber
sosok itu mu
ubuh dan napasnya. Mabuk. Lagi. Selina menghela napas dalam hati, menahan gelisah yang naik ke permuka
a, berniat membantunya naik ke lantai atas agar tidak ter
r
dengan kasar
knya lantang, membuat Selina t
jauh di dalam-di hati yang perlahan membatu karena terlalu sering dihancurk
oh saku jasnya dengan kasar, lalu melemparkan sesuatu ke arah Selina.
rjamuan." ucap Victor dengan nada dingin dan keras, sebelum akhirny
erlahan dan memungut undangan itu. Jari-jarinya gemetar sedikit
n cepat, dan dadanya
jam
a menjadi istri Victor yang sekadar hadir. Tapi lebih dari itu-ia dijadikan umpan. Disodorkan ke rekan kerja suaminya. Dipaksa duduk di meja-meja penuh alkohol dan tatapan lapar le
ngin menangis, tapi tak bisa menghindari
an itu erat-erat, lalu me
ahaan Carmes, diselengga
tinya makin
ak menyeretnya ke dalam mimpi buruk yang sama. Ia hanya ingin... menjadi istri yan
takut kembali menj

GOOGLE PLAY