img Nikmatnya Rahasia Kita  /  Bab 2 Penawaran Baru | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Penawaran Baru

Jumlah Kata:1001    |    Dirilis Pada: 12/06/2025

terasa dingin, dan awan kelabu menggantung rendah, mencerminkan isi hati Larasati Kusuma Dewi. Ia berdiri mematung di samping pusara ibunya, ai

tercekat oleh isak tangis yang tertahan. "Siapa yang akan me

sa hampa, seperti sebatang pohon yang akarnya dicabut paksa. Ia tak tahu harus pergi ke mana, bagaimana melanjutkan hidup tanpa satu-satunya keluarga ya

s tidak perlu mendongak untuk tahu siapa itu. Aroma mask

amun kali ini ada nada kelembutan yang

. Ia merasa malu menunjukkan kerapuhannya di depan

seorang ibu... itu duka yang tak tergantikan." Ia terdiam sejenak, seperti merenungkan kata-katan

as tidak tahu harus bagaimana, Om. Laras sendirian sekarang. B

pandangannya dengan Laras. "Tidak sendirian," katanya tega

namun kini menjadi satu-satunya jaring pengaman di hidupnya. Pria yang aura dinginny

"Pulang. Kau harus istirahat.

itu hangat, meyakinkan. Ia bangkit, mengikuti langkah Ardi menjauh dari

ekosongan dan pertengkaran batin Ardi, kini terasa lebih hidup dengan kehadiran Laras, meskipun diselimut

di setelah Laras menghabiskan t

u ia akan tinggal di sini, tapi belum terpikirkan tentang "kamarnya". Ardi berhenti di depan sebuah pintu di

dap taman samping. Ada sentuhan-sentuhan familiar Mbok Sum di sana-sebuah sajadah terlipat rapi di sud

enak. "Ini sudah lebih dari cukup. Ini kamar Ibu." Ardi menggeleng pelan. "Tidak, Laras." Ia

kan kening. "L

kanan. Ia berhenti di depan sebuah pintu ganda berwarna putih gading, berukir

membuka pintu gand

ar dengan tirai tebal yang menghadap langsung ke kolam renang dan taman belakang, lemari pakaian built-in yang mewah, bahkan s

merasa sangat tidak enak. "Laras tidak pantas

pembantu. Kau di sini untuk kuliah, untuk melanjutkan hidupmu. Kamar itu," ia menunjuk ke kamar Mbok Sum yang ditinggalkan, "ada

peduli, sangat jauh dari citra pria arogan dan dingin yang ia dengar atau lihat sekila

asih ingin menolak, merasa tid

Sum. Aku berhutang banyak pada ibumu. Biarkan aku melaku

haru. Kata-kata "untuk ibumu" akhirnya meluluhkan pertahanannya. Ia tahu, meno

dengan realitas baru yang sangat berbeda dari apa yang ia bayangkan. Laras melangkah masuk, merasakan karpet lembut di bawah kakinya. Jendela besar itu membiarkan cahaya senja masuk, sedikit menghangatkan kamar yang masih terasa asing. Ia masih berd

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY