h ponsel, mematikannya, lalu meregangkan tubuh. Sinar matahari pagi yang menerobos celah tirai jendela apartemennya yang minimalis terasa ironis. Dulu, pagi secerah i
menghadapi Arion Aditama, CEO dingin da
yang tak tergoyahkan dan tatapan mata tajam yang seolah menembus jiwa, adalah definisi hidup dari seorang bos yang menuntut. Setiap detail harus sempurna, setiap laporan haru
pang?" Suara Arion, tenang namun menusuk, masih terngiang-ngiang di benaknya dari email terakhir tadi malam. Ia
diri di depan cermin. Rambut panjangnya ia tata rapi dalam sanggul rendah, dan riasan tipis menambah kesan profesional. Ia tahu, kesan p
itu adalah medan perang kreatifnya. Sekarang, itu hanya menjadi pengingat pahit tentang impian yang terpaksa ia tunda. Agensi desainnya sendiri. Nama "Kreativa Studio" sudah ia siapkan, bahkan logo kasarnya pun
engembangan aplikasi berbasis AI, meroket dalam waktu singkat berkat visi dan dedikasi Arion. Ia membangun perusahaan itu dari nol, dengan tangan dan pikiran sendiri, hingga kini men
g ke pintu kaca yang selalu tertutup itu. Ia menyalakan komputer, memeriksa email, dan meninjau ulang jadwal Arion untuk hari ini. Pertemuan penting dengan investor
jau kesukaan sang CEO di sampingnya, dan memastikan proyektor di ruang rapat berfungsi. Sega
an jas abu-abu gelap yang pas di tubuh atletisnya, rambut hitam tertata rapi, dan ekspresi wajah
Arion," sapa Elen
a Elena sebelum beralih ke ruangannya. "Jadwal saya hari
laporan keuangan terbaru. Setelah itu, pukul sebelas, rapat tim pengembangan produk untuk membahas fitur baru aplikasi 'Zenith'. Lalu sore na
eh saya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Dan minta Pak Bima untuk m
," jawab E
enjadi asisten pribadi CEO dingin yang membuat hidupnya penuh tantangan, namun entah mengapa, juga memberinya pelajaran berharga tentang disiplin dan profes