ng berkilauan itu. Gaun itu seindah perangkap: setiap lapisan renda, setiap mutiara yang dijahit dengan tan
. Tidak seorang pun melihat sedikit getaran di jari-jari Mia, atau tetesan keringat yang mengancam akan melonggarkan prostesis silikon kecil yang direkatkan di rahangnya. Bagian yang sangat kecil, hampir seperti cetakan yang menyempurnakan kontur dagunya, me
lai memainkan waltz yang khidmat. Akordnya naik ke langit-langit yang melengkung, memantul dari dinding marmer, dan kembali dengan penuh harap. Itulah momen yang ditunggu-tunggu semua orang: pengantin wanita yang berseri-seri, suami yang sempurna, tarian pertama yang menyegel ikatan yang diberkati oleh uang dan penampilan. "Jangan gemetar," gumam Hector sambil meletakkan tangannya yang kokoh lainnya di lekuk pinggang Mia. Kehangatan telapak tangannya menembus lapisan sat
tiba-tiba, begitu pelan hingga
njalar di tula
k menahan senyumnya. Pernis pada topeng it
membalikkan tubuhnya, menariknya kembali ke dadanya. Parfumnya-cam
ngusap bibirnya ke telinga Mía. "La
menggigit, jangan menjawab, jan
erudung bergeser, jika seseorang menyentuhnya terlalu dekat... selamat tinggal pada segalanya. Dia memikirkan saudara perempuannya yang menunggunya di tempat yang jauh, tentang uang yang dijanjikan, tentang janji untuk tidak menjadi siapa-siapa lagi. Hanya dua hari. Dua hari lagi. Ketika musik berhenti, tepuk tangan mengguncangnya seperti ombak. Héctor perlahan melepaskannya, masih menatapnya. Dia berusaha untuk tidak berkedip terlalu cepat, tidak menundukk
i matanya menemukannya dari jauh. Dia memperhatikannya. Dia tidak pernah berhenti m
layan itu mencondongkan tubuhnya, mendoakan kebahagiaannya. Mía memegangnya
gangkat gelasnya sendiri dan mengetukkanny
ak malam ini," katanya, ta
Bibir gelas menyentuh bibir
" jawabnya otomat
is hingga hampir menyakitkan,
. Matanya, gelap seperti lub
gnya, seolah membenarka
knya: Lara bersulang di pesta, memegang gelas anggur merah, tertawa dengan gelas yang seten
bil menelan ludah. "Hari ini ak
gan ujung jarinya, seolah-olah sedang bermain-main dengan g
langkah pergi untuk menyambut sekelompok investor, Mia merasakan ge
itnya terbakar di bawah prostesisnya, akar wignya menusuk di belakang telingan
m bayangan, mengawasinya seperti elang yang sabar. Gelas masih di tangannya, bibirnya menegang dalam senyum