ungan mereka, kini tak lebih dari debu yang menghilang. Di tengah keheningan mansion, hanya Arga dan Maya yang tersisa, berdiri di antara sisa-s
yang begitu murni. Ia meraih tangan Maya, membawanya ke bibirnya, dan mengecupnya
emosi. "Tidak ada lagi yang menghalangi kita. Tidak
berani harapkan, kini ada di hadapannya. Pria yang ia cintai, pria yang dulunya ia raw
ik, namanya terasa be
Senyum yang penuh janji. Ia menuntun tangan Maya
pula ke kamar Maya yang selama ini menjadi "area aman"nya. Arga menuntunnya ke sebuah pintu ganda besar yang selama ini tidak pernah Maya masuki. Itu ad
berukuran besar dengan kanopi dan gorden sutra. Cahaya rembulan masuk melalui jendela-jendela t
g. Ini adalah wilayah baru, wilayah yang penuh d
adalah tempat yang seharusnya kita tempati sejak awal, Maya," bisiknya, suaranya dalam dan
g membakar kulitnya. Ia menoleh, menatap Arga. Ada keingin
Arga," kata Maya, suarany
lebih mencintaimu, Maya. Dan malam ini, aku ingin kita mem
semua emosi yang selama ini tertahan. Semua rasa sakit, semua kerinduan, semua harapan yang terpendam, tumpah dalam ciuman itu. Maya me
melepaskannya dengan hati-hati. Kulit Arga yang dulu pucat dan kurus karena sakit, kini mulai kembali berisi, dengan otot
raguan, tidak ada rasa malu, hanya penerimaan dan cinta y
iarkan jemarinya menelusuri garis wajahnya. "Aku selalu memimpikan saat ini. Saat di
ya berkaca-kaca. "Aku
sentuhan Arga membangkitkan sensasi baru dalam diri Maya, sensasi yang manis dan memabukkan. Mereka bergerak dengan per
hati dan jiwa mereka. Setiap sentuhan, setiap ciuman, adalah ikrar cinta yang lebih dalam dari kata-kata. Ini adalah puncak da
dan kekuatan tubuh pria itu. Ia mengangkat kepalanya, menatap wajah Arga yang masih terlelap.
yang meluap di hatinya. Ini adalah rumahnya, in
tersenyum ketika melihat Maya. "Selamat pagi,
ium bibir Arga. "Sel
anya menikmati kebersamaan mereka. Tidak ada lagi terburu-buru, tidak a
at jauh lebih sehat, rona di pipinya kembali, dan matanya memancarkan energi. Ia bahk
beda. Tidak lagi hanya tempat bekerja, tetapi juga tempat di mana mereka berbagi c
aya dengan serius. "Ada sesuatu y
berdebar. "Ap
pernah berani memimpikan masa depan. Penyakit ini merenggut
n saksama. Ia tahu ke m
Tapi sekarang... sekarang aku sehat, Maya. Aku bisa menjalani hidup normal. Aku ingin punya keturunan. Aku ingin punya keluarga
h harap. "Aku ingin punya anak
inginan ini begitu cepat, dan dengan begitu tulus. Ini adalah impian yang juga ia pen
"Aku... aku sangat menginginkannya.
a dipenuhi cahaya. Ia memeluk Maya erat-erat, mencium puncak kepala wanita
Arga ingin segera membicarakan hal ini dengan Profesor Wijaya, untuk memastikan bahwa secara medis, tidak
uk anak kita, Maya," kata Arga. "Aku tidak in
a ketakutan itu wajar. Mereka
nemui Profesor Wijaya. Profesor mendenga
lam masa remisi total. Tidak ada indikasi bahwa itu akan memengaruhi kesuburanmu, atau bahwa ada risiko besar untuk m
bagi Arga dan Maya. Sebuah babak baru yang
tahu bahwa ibunya masih dingin terhadap Maya, dan gagasa
an Maya makan malam dengan Nyonya Arini d
nang namun tegas. "Ada kabar gem
atapnya dengan c
. "Profesor Wijaya memastikan bahwa penyakitku dal
an ekspresi datar. "Itu bagus. Itu berarti kesepakatanmu dengan Nona Lestari sudah selesai, bukan?
tahu Arga sudah menduga reaksi ini,
akan menceraikan Maya. Dia adalah wanita yang aku cintai, wanita yan
enjadi amarah. "Apa?! Kau gila, Arga? Memiliki anak dengan wanita ini? Wanita yang tidak je
ga semarah itu. "Maya adalah istriku, dia adalah wanita yang mulia. Dia menyelamatkan hidupku, dan dia a
ah, namun juga ada sedikit ketakutan di matanya. Ia
Maya telah banyak berkorban untuk Arga. Dan Arga terlihat sangat bah
san di mata Arga, dan cinta yang tulus di antara Arga dan Maya. Ada konflik yang jelas
menerima semua ini. Aku perlu waktu untuk memikirkannya." Ia bangkit dan berjalan per
enuh, tapi ini adalah sebuah awal. Ia telah ber
," bisik Maya, menc
ium kening Maya. "Se
jungi dokter kandungan, menjalani serangkaian pemeriksaan, dan mendiskusikan kemungkinan untuk
an yang berujung pada cinta, tentang penyakit yang merenggut harapan namun juga membuka pintu kebahag
ng cerah, kabar yang mereka
telah
yata dari keajaiban. Maya tidak bisa menahan air matanya
memegang alat tes
an alat tes di tangannya. Ia langsung mengert
il?" bisik Arga
s pada saat bersamaan. "Kita akan pu
angkatnya dan memutar-mutarnya. Kebahagiaa
menciumi wajah Maya berkali-kali. "Ini
ua, terkejut namun kemudian tersenyum lebar. Ia ta
tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. Bahkan Nyonya Arini, ketika mengetahui bahwa ia akan memiliki cucu, menunjukkan s
Ia langsung mulai merencanakan pesta peny
apai puncaknya. Sebuah pernikahan bayaran untuk menutupi kekurangan, yang pada akhirnya, tidak
, cinta yang tak terbatas, dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ia tidak pernah berpikir bahwa ia akan mendapatkan semu
hu bahwa kisah mereka adalah kisah terbaik yang pernah ia tulis. Kisah tentang bagaimana cinta