perih yang tak tertahankan di bagian bawah. Michael tidak lagi di sisinya, hanya jejak kekosongan di ranjang yang kini terasa dingin. Alana memejamkan mata, mem
, sudah waktunya sarapan. Tuan Michael menunggu
angkit. "Aku tidak la
ichael meminta saya untuk memastikan Anda turun, Nyonya. Keluarg
ah tertatih-tatih, ia menuju kamar mandi. Ia membersihkan diri, mencoba mencuci semua jejak pria itu dari tubuhnya, namun rasa jijik itu tak kunjung hilang. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Mata
ng mungkin ditinggalkan Michael. Alana keluar dari kamar dan berjalan menyusuri lorong mansi
g wanita paruh baya yang terlihat anggun namun dingin, seorang pria tua yang menatapnya dengan pand
Michael tanpa ekspresi, me
ga adalah ibu Michael, menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Jadi ini menantu baruku," ujarnya
sinis, seolah menikmati penderitaan Alana. Pria tua itu, ayah Michael, hanya
gangguk, "T
nta untuk menghasilkan produk. Ia tak lebih dari rahim berjalan bagi keluarg
el, mengambilkan sepotong rot
ak, "Aku ti
a tak bisa menentang pria itu. Ia mengambil roti itu dan menggigitnya, namunuduk di seberang, yang Alana ketahui bernama A
," jawab Alana cepa
n curiga. "Michael, jangan berbuat ma
tu saja tidak. Kami hanya s
orang di meja itu, kecuali mungkin Alex, seolah-olah tak peduli dengan penderitaannya. Mereka sem
a duduk di bangku taman, memeluk lututnya, dan menangis. Ia membenci Michael, ia membenci keluargan
embawa segelas teh hangat. "Nona,
anya merah. "Terima k
u Anda sedang sedih. Tapi Anda harus kuat. Nyonya
tidak peduli. Mereka hanya
a Michael Jackson... mereka memang kejam, Nyonya. Tapi Nona harus
lam-dalam. Ia harus kuat. Ia harus mencari cara untuk keluar dari neraka ini. Ia
. Ia tidak akan membiarkan Michael Jackson menghancurkan dir